Diterkam Buaya Saat Mandi di Sungai, Seorang Bocah di Agam Masih Dicari
Seorang bocah perempuan di Agam, Sumbar, diterkam buaya muara seusai mandi di sungai sebelum berangkat ke sekolah.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Seorang bocah perempuan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, diterkam buaya muara seusai mandi di sungai sebelum berangkat ke sekolah. Tim SAR gabungan tengah berupaya mencari korban. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar mencatat, ada tujuh kasus konflik manusia-buaya sepanjang 2021 dengan satu korban jiwa.
Korban serangan buaya muara itu bernama Nisa (9). Ia diterkam buaya seusai mandi bersama kakaknya di tepian Batang Masang, Jorong Padang Madani, Nagari Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung, Senin (17/1/2022) pukul 06.20.
”Dua bersaudara ini mandi di sungai untuk pergi sekolah. Si kakak naik duluan, sedangan si adik masih di tepian. Ketika adiknya hendak naik, tiba-tiba disambar, kemungkinan oleh buaya,” kata Sarmen Johan, Kepala Seksi Pemerintahan Nagari Manggopoh, Senin.
Kakak korban, lanjut Sarmen, sempat tarik-menarik dengan buaya untuk menyelamatkan adiknya, tetapi tidak berhasil. Nisa dilarikan buaya ke dalam sungai yang berada di areal perkebunan kelapa sawit masyarakat itu.
Menurut dia, tim SAR gabungan yang terdiri dari kantor basarnas, polres, BPBD, dan satpol PP sedang berupaya mencari korban. Hingga Senin sore, pencarian belum membuahkan hasil.
Sarmen melanjutkan, lokasi tersebut memang tepian tempat pemandian keluarga korban. Lokasi itu sekitar 7 kilometer dari muara sungai di pantai kawasan Muaro Putuih.
”Informasi dari warga, buaya memang sering muncul di tepian lain di Batang Masang. Barangkali waktu itu keluarga korban kurang waspada,” katanya.
Atas kejadian ini, ia mengimbau warga agar berhati-hati, waspada, dan mengurangi kegiatan di sungai.”Jika selama ini masyarakat menggunakan sungai untuk mandi, mencuci, dan kegiatan lain, hari ini kami ajak untuk waspada dan meninggalkan sungai,” ujarnya.
Secara terpisah, KepalaBalai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Ardi Andono mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi kejadian untuk membantu pencarian korban, termasuk mengidentifikasi buaya penyerangnya.”Kami juga akan berkoordinasi dengan wali nagari untuk mencari jalan keluarnya,” kata Ardi.
Ia belum memastikan apakah buaya akan dipindahkan atau tidak. Menurut dia, Batang Masang memang habitat buaya sehingga tidak bisa serta-merta dipindahkan. Evakuasi merupakan langkah terakhir karena saat ini tempat konservasi juga penuh dengan buaya yang dievakuasi karena konflik.
Evakuasi merupakan langkah terakhir karena saat ini tempat konservasi juga penuh dengan buaya yang dievakuasi karena konflik.
”Selama 2021, ada tujuh kali konflik buaya dengan manusia. Lima di antaranya di Agam, di Sungai Batang Masang. Ada satu korban jiwa di Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Agam,” ujarnya.
Untuk selanjutnya, kata Ardi, BSKDA sedang berupaya membuat kawasan ekosistem esensial untuk buaya di Agam. Ia berharap rencana tersebut mendapat dukungan dari bupati karena wewenang ada di pemkab. Kawasan tersebut untuk selanjutnya juga bisa difungsikan sebagai destinasi wisata terbatas.
Selain itu, BKSDA juga akan menambah papan larangan dan imbauan di lokasi habitat buaya. Sosialisasi tentang habitat satwa bakal diperkuat.”Kami juga berharap partisipasi dari perkebunan sawit yang di dalamnya ada habitat buaya sehingga lokasinya bisa digunakan untuk penangkaran buaya atau HCV (high conservation value)-nya perkebunan,” ujarnya.