Potensi Likupang Digali lewat Konferensi Internasional
Pembangunan destinasi pariwisata superprioritas Likupang di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, memerlukan perencanaan pembangunan yang terintegrasi. Pemerintah perlu memaksimalkan potensi alam yang sudah ada.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pembangunan destinasi pariwisata superprioritas atau DPSP Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, memerlukan perencanaan pembangunan yang terintegrasi. Pemerintah perlu memaksimalkan potensi alam yang sudah ada, termasuk keanekaragaman hayati.
Inilah yang akan menjadi pokok bahasan dalam konferensi internasional bertajuk ”Likupang, North Sulawesi: Discover the Hidden Paradise” yang akan digelar di Novotel Manado Golf Resort and Convention Center, Selasa (8/3/2022). Acara tersebut digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam kerja sama dengan harian Kompas.
Dalam siaran pers, Menparekraf Sandiaga Uno menyebut Likupang memiliki potensi pariwisata yang unik. Keindahan alamnya tak lagi diragukan berkat pantai yang airnya jernih dan berpasir putih serta bukit sabana yang mengelilinginya. Semuanya merupakan pemberian cuma-cuma dari Tuhan.
”Saya sangat terkesan dengan Likupang ini, indah sekali. Saya melihat potensi yang luar biasa, dan ini mudah-mudahan bisa memberikan semangat kita untuk bangkit kembali, menggerakkan ekonomi masyarakat,” kata Sandiaga ketika bertandang ke ”Bumi Nyiur Melambai”, pertengahan bulan lalu.
Pemerintah kini sedang berupaya mengebut pembangunan infrastruktur dasar di Likupang, seperti jalan dan saluran air, demi menggaet investor masuk. Sandiaga mengatakan, Presiden Joko Widodo telah meminta pembangunan infrastruktur dasar tersebut selesai sebelum akhir 2023.
Menurut Sandiaga, Likupang akan menjadi pusat kebangkitan pariwisata di Sulut jika pandemi Covid-19 telah berlalu. Sektor pariwisata pun telah menjadi salah satu penopang perekonomian Sulut sebelum pandemi. Sepanjang 2019, total 129.587 wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Sulut, naik drastis dari 40.624 pada 2016.
Tentu kami harus mempersiapkan diri baik-baik agar bisa memberikan pelayanan yang profesional, bukan sekadarnya.
Sejak 2020, kunjungan wisman ke Sulut hanya kisaran 23.031. Namun, penetapan Sulut sebagai rumah bagi satu dari lima DPSP memberikan harapan. Selagi menunggu pembangunan selesai dan investor masuk, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda ingin pariwisata di Likupang terus berjalan.
Saat ini, sudah ada beberapa obyek wisata di Likupang yang rutin dikunjungi, seperti Pantai Paal, Pantai Pulisan, Bukit Pulisan, dan Bukit Larata. Joune pun mengaku tidak ingin muluk-muluk. Wisatawan yang ia targetkan saat ini adalah warga di Minahasa Utara, Manado, Bitung, dan Tomohon.
”Potensinya bisa sampai 1 juta wisatawan. Tidak mudah melayani tamu sebanyak itu, 200.000 orang saja sudah susah. Tentu kami harus mempersiapkan diri baik-baik agar bisa memberikan pelayanan yang profesional, bukan sekadarnya,” kata Joune.
Nama Likupang memang jarang terdengar sebelum 2019 ketika ia ditetapkan sebagai salah satu DPSP, apalagi di tingkat nasional. Karena itu, potensi alam Likupang selain pantai dan bukit belum semuanya tersingkap. Padahal, Sulut telah terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang unik karena letaknya di kawasan biogeografis Wallacea.
Konferensi internasional soal Likupang di Manado yang akan dilaksanakan secara hibrida dengan 100 peserta luring dan ratusan peserta daring itu pun akan membahas daya tarik keindahan alam di Likupang pada sesi pertama. Sejarawan sains National University of Singapore, Dr John van Wyhe, akan mengupas tuntas kekayaan flora dan fauna kawasan Likupang serta sejarah kawasan di sekitarnya.
Pada 10 Juni 1859, penjelajah asal Inggris, Alfred Russel Wallace, tiba di pesisir Likupang sebagai kelanjutan dari perjalanannya di Nusantara. Di hutan-hutan sekitar pesisir itu, Wallace menemukan beraneka hewan endemik, seperti burung maleo (Macrocephalon maleo), anoa (Bubalus depressicornis), dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).
Dalam sesi tersebut, wartawan Kompas, Aris Prasetyo, juga akan memaparkan perjalanannya dalam ekspedisi Wallacea Kompas di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Ekspedisi itu mengungkap kekayaan flora dan fauna di Sulut, terutama Bitung yang letaknya tak jauh dari Likupang, dan masalah-masalah yang mungkin akan mengadang dalam pemanfaatannya.
Pada sesi tersebut, hadir pula pakar kepariwisataan Politeknik Negeri Manado yang akan membahas tentang upaya mengoptimalkan potensi alam di sekitar Likupang. Adapun Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily akan membahas daya tarik potensi alam Likupang dari sudut pandang generasi muda.
Daerah kita sangat siap untuk berbagai event (acara) internasional.
Hal yang juga tak bisa dilepaskan dari DPSP adalah pengembangan wilayah secara terintegrasi untuk berbagai jenis wisata, seperti pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (MICE). Gubernur Sulut Olly Dondokambey telah menyatakan Likupang sangat cocok untuk berbagai acara tersebut, termasuk level internasional.
”Daerah kita sangat siap untuk berbagai event (acara) internasional. Kemarin ada pertemuan W-20 (Women 20 dari G-20) di Likupang. Juli-Agustus ada Fishing International, kemudian tahun depan ada World Beach Game,” kata Olly.
Potensi itu akan dibahas pada sesi kedua dengan topik mengembangkan potensi integrasi pariwisata di Likupang. I Wayan Suwastana, Direktur Sales dan Marketing Pacto Convex, akan berbicara tentang upaya membangun pariwisata daerah melalui acara promosi potensi ekonomi kreatif dan kekayaan lokal daerah.
Peneliti dan budayawan Minahasa, Dr Paul Richard Renwarin, akan membahas potensi wisata religi dan budaya masyarakat Minahasa yang begitu terkenal akan kerukunannya. Adapun Yozua Makes, Chief Executive Officer Plataran Indonesia, akan berbagi pengalaman strategi membangun destinasi unggulan berbasis ekowisata di Pulau Menjangan, Bali Barat.
Kuliner juga tidak akan ketinggalan dibincangkan. Ragil Imam Wibowo, koki dan pegiat gastronomi Indonesia, akan membahas cara merangkai cerita ragam kuliner khas Sulut sebagai daya tarik wisata. Terakhir, Paquita Widjaja Rustandi yang kini menjadi kepala pengembangan proyek PT Minahasa Permai Resort Development (MPRD), pengembang KEK Likupang, akan berbagi cerita tentang upaya mempercepat pembangunan KEK.
Konferensi itu dapat diikuti secara daring melalui situs MICE.id secara gratis. Acara ini juga disiarkan di akun YouTube Harian Kompas, Kemenparekraf, dan Kompas TV.