Target Bangkit seperti Sebelum Pandemi
Pandemi merenggut 5 juta wisatawan dari Bali. Akibatnya, pengangguran naik tajam menjadi 5,63 persen. Jumlah kunjungan wisatawan yang sama dibutuhkan agar perekonomian Bali pulih kembali. Mampukah?
Dampak pandemi Covid-19 telah meredupkan pariwisata Bali. Bali kehilangan potensial wisatawan mancanegara sebanyak lebih dari 5 juta orang per tahun. Aliran uang yang dibawa turis asing yang biasanya hampir 1 miliar dollar Amerika Serikat per tahun terhenti. Potensi pendapatan dari visa kedatangan yang nilainya puluhan milliar rupiah per tahun pun lenyap. Pariwisata Bali harus bisa bangkit seperti sebelum masa pandemi.
Sebelum pandemi, tak kurang dari 5 juta wisatawan mancanegara atau wisman yang berkunjung ke Bali.
Tahun 2019 menjadi tahun puncak jumlah kedatangan wisman ke Bali. Tercatat 6,275 juta orang turis asing yang masuk ke Bali saat itu atau hampir 40 persen dari total turis asing yang masuk ke Indonesia.
Begitu pandemi melanda dunia, pergerakan manusia di berbagai belahan dunia melambat. Pembatasan perjalanan diberlakukan di banyak negara, termasuk Indonesia. Pemerintah melarang warga negara asing masuk ke Indonesia atau transit untuk sementara waktu pada 2 April 2020.
Akibatnya, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia anjlok hingga 75 persen. Dari sebelumnya mencapai 16,1 juta orang di tahun 2019 menjadi hanya 4 juta orang pada tahun 2020. Penurunan jumlah kunjungan wisman ke Bali bahkan lebih drastis lagi, yakni 83 persen. Dari sebelumnya 6,25 juta orang pada 2019 menjadi 1,07 juta orang pada tahun berikutnya. Pada tahun 2021, Badan Pusat Statistik mencatat hanya ada 51 wisman yang berkunjung ke Bali.
Pertumbuhan ekonomi Bali pada 2020 terkontraksi sangat dalam, menjadi minus 9,33 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kondisi nasional yang hanya terkontraksi 2,07 persen.
Kondisi kunjungan wisatawan Nusantara atau wisnus yang ke Bali setali tiga uang meski tidak seanjlok jumlah wisman. Hingga 2019, jumlah kunjungan wisnus tercatat mencapai 10 juta orang. Jumlah tersebut turun lebih dari separuh pada 2020 (56,41 persen) menjadi sekitar 4,5 juta orang. Di tahun 2021, angkanya masih turun menjadi 4,3 juta orang.
Dengan berkurangnya tingkat hunian hotel di Bali karena minimnya tamu yang datang, roda perekonomian Bali pun melambat. Pertumbuhan ekonomi Bali pada 2020 terkontraksi sangat dalam, menjadi minus 9,33 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kondisi nasional yang hanya terkontraksi 2,07 persen.
Pengangguran di Bali pun jadi meningkat tajam, dari 1,57 persen (2019) menjadi 5,63 persen (2020). Persentase pengangguran di tahun 2021 masih sebesar 5,37 persen. Masih terdapat 138.670 orang yang menganggur per Agustus 2021.
Selain itu, BPS menyebutkan pada tahun 2020 tercatat ada 853.140 penduduk usia kerja di Bali yang terdampak Covid-19. Di tahun 2021, jumlahnya masih cukup besar meskipun sudah ada penurunan, yakni sekitar 714.200 orang. Kondisi ini berakibat pada menurunnya kesejahteraan masyarakat Bali. Angka kemiskinan di Bali meningkat dari 3,61 persen atau 156.910 orang (September 2019) menjadi 4,53 persen atau 201.970 orang (Maret 2021).
Baca juga: Wow... Asyiknya Kembali ke Bali...
Aliran uang
Meningkatnya angka pengangguran di Bali dampak dari redupnya aktivitas ekonomi masyarakat yang ditopang oleh sektor pariwisata. Bali yang memiliki daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan yang berlimpah sepi dari wisatawan.
Berkurangnya wisman, berarti berkurangnya permintaan akan barang dan jasa yang mendukung sektor pariwisata. Aliran uang yang dibawa turis asing ke Bali memutus permintaan akan barang dan jasa.
Sebelum pandemi, satu wisman sekurangnya mengeluarkan biaya 145,15 dollar AS per hari. Dengan keseluruhan wisman yang datang sepanjang 2019, setidaknya ada aliran dana masuk sebanyak 910,85 juta dollar AS yang dikeluarkan untuk tinggal di Bali selama satu hari. Pengeluaran wisman menjadi lebih besar karena lama tinggal mereka selama di Bali rata-rata adalah 2,68 hari.
Di tahun 2020, dengan jumlah wisman yang menurun, uang yang mengalir ke Bali pun turun drastis menjadi 155,23 juta dollar AS untuk tinggal selama satu hari. Tahun 2021 dengan jumlah kunjungan wisman yang hanya 51 orang, angkanya anjlok menjadi 7.403 dollar AS.
Baca juga: Bali Masih Tetap Andalkan Wisata
Uang yang dibawa turus asing ini terdistribusi untuk banyak sektor yang terkait dengan pariwisata, seperti penginapan atau akomodasi, transportasi, makanan dan minuman, serta kerajinan cendera mata.
Dalam struktur perekonomian Bali, kontribusi sektor penyediaan akomodasi dan makan minum di masa sebelum pandemi porsinya merupakan yang terbesar, yakni di kisaran 23 persen pada tahun 2018 dan 2019. Di tahun pertama pandemi, porsinya langsung berkurang menjadi 18 persen. Porsinya mengecil lagi pada tahun 2021 menjadi 16 persen. Pertumbuhan di sektor ini pun yang semula tidak kurang dari 5 persen, di masa pandemi tumbuh negatif sebesar 10-27 persen.
Selain potensi berkurangnya aliran uang masuk yang sangat besar, pemerintah pun kehilangan pendapatan dari visa kedatangan (visa on arrival) yang dibayar wisman untuk ke Bali. Data Bank Indonesia menunjukkan, sampai tahun 2019, pemerintah menerima setidaknya 3 juta dollar AS dari visa kedatangan turis asing ke Bali. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp 14.000 per dollar AS, jumlahnya tak kurang dari Rp 42 miliar.
Pemerintah pernah menerima pendapatan dari visa kedatangan turis asing terbanyak pada tahun 2016 yang mencapai 9,1 juta dollar AS. Namun, di tahun pertama pandemi, pemerintah menerima kurang dari 1 juta dollar AS.
Perbaikan
Perekonomian Bali tahun 2021 sebenarnya sudah lebih membaik dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi menjadi hanya minus 2,47 persen. Namun, angka itu masih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah positif ke angka 3,69 persen.
Perbaikan yang terjadi tidak lepas dari kebijakann pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali melalui beberapa program, di antaranya mengajak masyarakat, khususnya aparatur sipil negara, untuk work from Bali serta adanya kegiatan internasional di akhir tahun.
Perekonomian Bali di tahun 2022 ini diperkirakan akan lebih baik seiring dengan membaiknya perekonomian global dan lalu lintas perjalanan internasional sudah lebih tinggi. Hal itu ditopang oleh sudah semakin banyaknya penduduk dunia yang divaksin.
Jika pengendalian pandemi tetap berlangsung baik di Bali dan tidak ada lagi varian baru Covid-19 yang akan menghambat perjalanan, sektor pariwisata akan segera pulih. Bukan tidak mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan, kejayaan pariwisata Bali sudah kembali seperti sebelum pandemi. (LITBANG KOMPAS)