Sirene Peringatan Tsunami Selalu Dibunyikan Setiap Tanggal 26 di Bali
Ketangguhan bencana dan kesiapsiagaan bencana menjadi tanggung jawab bersama. Rangkaian peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 juga disertai simulasi evakuasi bencana secara mandiri.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sirene peringatan bencana tsunami di Bali kembali dibunyikan saat peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022, Selasa (26/4/2022). Ketangguhan dalam penanggulangan bencana harus menjadi tanggung jawab bersama.
Saat kegiatan ini juga dibuka simulasi evakuasi bencana yang diikuti pelajar SDN 2 Serangan, SDN 3 Serangan, dan SMPN 11 Kota Denpasar, pukul 10.00 WITA. Mereka berbondong-bondong menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) Tsunami Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Desa Serangan.
Kepala SDN 3 Serangan I Ketut Merta melibatkan semua murid dari kelas III sampai kelas V. ”Kami mengapresiasi dan antusias mengikuti kegiatan simulasi bencana ini. Kami di sekolah rutin mengikuti simulasi bencana setiap bulan tiap tanggal 26,” kata Merta.
Lurah Serangan I Wayan Karma menyebutkan, latihan kesiapsiagaan bencana lewat pembunyian sirene peringatan tsunami rutin dilaksanakan setiap tanggal 26. Selain memastikan peralatan alarm bencana tsunami itu tetap berfungsi, menurut Karma, latihan itu dibutuhkan warga tetap waspada potensi bencana. Dia menambahkan, kerap melibatkan pelajar, warga banjar, sampai aparatur pemerintah.
”Kami sadar tinggal di kawasan risiko tinggi bencana tsunami. Saya ingat gelombang laut besar pernah menghantam wilayah kami di Serangan sekitar tahun 1976. Mungkin (gelombang pasang) itu yang disebut gelombang tsunami, karena mengakibatkan banyak rumah rusak, bahkan ada warga yang hanyut,” ujar Karma.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, Bali termasuk daerah dengan risiko tinggi terhadap bencana alam. Oleh karena itu, edukasi, sosialisasi, dan simulasi diharapkan bisa menumbuhkan budaya sadar bencana dan kemampuan mengurangi risiko bencana. ”Kesiapsiagaan bencana dibangun semua pihak, mulai lingkungan terkecil, yakni keluarga,” ujar Koster.
Koster juga mengapresiasi deklarasi dukungan penyelenggaraan Forum Kebijakan Global Pengurangan Risiko Bencana (Global Platform for Disaster Risk Reduction/GPDRR) 2022 di Bali. Menurut Koster, upaya penanggulangan bencana bukanlah kerja sendiri, melainkan tanggung jawab bersama.
”Penanggulangan risiko bencana harus menjadi urusan bersama atau pentaheliks bencana,” ujar Koster.
Adapun puncak peringatan HKB 2022 secara nasional dilangsungkan di Gunung Merapi, Selasa. Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian menyatakan, Indonesia berada di zona rawan bencana, baik bencana alam, bencana non-alam, dan bencana akibat ulah manusia. Tito menyatakan, kerja sama dan kolaborasi semua pihak, baik dari kementerian maupun lembaga, dibutuhkan memantapkan kesiapsiagaan bencana.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyatakan, sinergi dan kolaborasi seluruh unsur menjadi kekuatan dalam menuju ketangguhan dan kesiapsiagaan bencana. ”Kekuatan menjadi energi besar untuk membangun peradaban bangsa dalam mengurangi risiko bencana,” kata Suharyanto.