Grebeg Pancasila Kembali Digelar Meriah di Kota Blitar
Grebeg Pancasila di Kota Blitar kembali digelar meriah dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila. Acara inti berupa pawai gunungan hasil bumi, doa syukur, dan kenduri atau makan bersama.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Grebeg Pancasila kembali digelar secara meriah di Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu (1/6/2022), setelah dua tahun terhalang pandemi. Grebeg diselenggarakan memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
Mengambil tema ”Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”, kegiatan yang melibatkan puluhan gunungan berisi aneka hasil bumi ini digelar mulai dari upacara di alun-alun setempat. Selanjutnya, disusul pawai gunungan menuju Makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit yang berjarak sekitar 2 kilometer. Adapun pada Selasa (31/5/2022) malam sudah digelar rangkaian peringatan, di antaranya perarakan lentera dan lambang Pancasila oleh para pemuda.
Grebeg Pancasila, Rabu pagi, diikuti seluruh lapisan masyarakat Blitar. Semangat yang disemai agar warga semakin menghayati dan mengamalkan kehidupan yang selaras dengan jiwa Pancasila; Pancasila sebagai dasar negara yang bisa diterima ratusan suku, aneka bahasa, dan semua agama.
Selain lima buah gunungan yang disebut Gunungan Limo yang menjadi inti grebeg, ada juga puluhan gunungan yang dibuat setiap kelurahan dan kecamatan. Gunungan terbuat dari beragam hasil bumi, seperti jantung pisang, kacang panjang, jeruk, belimbing, terung, wortel, bawang merah dan bawang putih, jagung, nanas, hingga kue tradisional. Sayuran dan buah dianggap memiliki folosofi yang melambangkan kehidupan berbangsa.
Diselipkannya beberapa atraksi Kesenian, seperti tari Dibyatara Joyodigdo, semakin menambah marak suasana. Apalagi, pembawa acara mempergunakan bahasa Jawa selama upacara dan grebeg berlangsung. Sementara peserta grebeg mengenakan pakaian tradisional, kasual, dan perjuangan. Sesampainya di kompleks Makam Bung Karno digelar kenduri Pancasila berupa doa syukur dan makan bersama hasil bumi yang diarak dalam gunungan.
Wali Kota Blitar Santoso, selaku inspektur upacara Grebeg Pancasila, mengatakan, 1 Juni menjadi hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, tahun 1945, Bung Karno di depan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengutarakan gagasan dasar negara yang disebut Pancasila.
Peringatan ini, menurut Santoso, diharapkan makin menambah gelora semangat pemerintah Kota Blitar dan masyarakat untuk semakin memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila telah teruji dan terbukti mampu mempersatukan bangsa yang berbineka. (Santoso)
”Bagi kita, Pancasila adalah final, tidak perlu diperdebatkan lagi. Pancasila telah teruji dan terbukti mampu mempersatukan bangsa yang berbineka,” katanya.
Grebeg Pancasila di Kota Blitar mulai digelar lagi secara meriah setelah dua tahun terakhir terkendala pandemi. Pada 2020, Grebeg Pancasila tidak diadakan. Sementara tahun 2021 kegiatan ini diadakan lagi, tetapi dengan jumlah orang terbatas dan secara hibrida di Istana Gebang di Kelurahan Sanan Wetan, Kecamatan Sanan Wetan. Kala itu tidak ada perarakan gunungan, hanya upacara.
Menurut Santoso, Grebeg Pancasila kali ini kembali digelar meriah karena pandemi Covid-19 relatif terkendali. Tidak hanya grebeg, serangkaian acara juga turut mendampingi seperti bedol pusaka dan festival lentera dari Istana Gebang menuju Balai Kota Blitar, Selasa malam.
Oleh karena itu, melihat situasi terkini, grebeg kali ini mengambil tema ”Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”. ”Dengan semangat persatuan kita bangkit bersama dari dampak pandemi yang telah meluluhlantakkan tatanan kehidupan,” kata Santoso.
Menyikapi realitas bangsa akhir-akhir ini, hal terpenting yang mesti dirawat anak Bangsa, menurut Santoso, adalah persatuan dan kesatuan sejalan dengan sila ke-3 Pancasila. Selain itu, semangat gotong royong juga harus dijaga untuk bisa bangkit dari dampak pandemi.
Sementara itu, salah satu pelaku budaya Blitar, Purbo Utomo, mengatakan, pihaknya merasa bergembira grebeg ini bisa kembali dilaksanakan sebagaimana kondisi sebelum pandemi. Saat pandemi, grebeg dilaksanakan secara sederhana, bahkan melalui hibrida.
”Harapannya, ke depan Pancasila semakin kokoh, semakin kuat menjadi landasan hidup bangsa Indonesia. Adapun acara grebegnya sendiri diharapkan makin dikenal masyarakat luas, makin mendunia kalau bisa,” ujarnya.