Listrik Tenaga Surya PLN di Pulau Messah, NTT, Geliatkan Perekonomian Warga
PLN menghadirkan listrik tenaga surya di Pulau Messah, pulau terluar di Nusa Tenggara Timur. Perekonomian 400 keluarga di sana pun hidup.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Ribuan warga Pulau Messah, pulau terluar di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, kini mampu merasakan manfaat listrik setelah PT Perusahaan Listrik Negaramenghadirkan pembangkit listrik tenaga surya di daerah itu. Aktivitas ekonomi warga bergerak sehingga kesejahteraan warga meningkat. PLN pun mengajak delegasi ”Sherpa Meeting” G20 di Labuhan Bajo mengunjungi kawasan itu.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu (13/7/2022), mengatakan, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 530 kilowatt peak (kWp) dihadirkan PLN di Pulau Messah untuk membantu 2.000 warga di pulau terpencil itu. Keberadaan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) itu merupakanbagian dari program Indonesia mengurangi emisi karbon.
”Sudah puluhan tahun warga di Pulau Messah tidak merasakan listrik. Kehadiran EBTsebagai bukti kehadiran negara dan PLN dalam memberikan akses energibagi seluruh warga Indonesia. PLN memberikan akses listrik yang andal dan bersih selama 24 jam. Itu berarti kapan saja masyarakat bisa memanfaatkan listrik untuk berbagai keperluan,” kata Darmawan.
Sekitar 400 keluarga atau 2.000 warga di pulau seluas 7 kilometer persegi itu bisa berdaya di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti kerajinan tenun ikat, perbengkelan, dan usaha mebel setelah mendapat akses listrik. Mereka akhirnya juga bisa memanfaatkan listrik untuk memasak, menyeterika, dan mencuci. Anak-anak bisa belajar sampai larut malam dan melakukan praktik di laboratorium sekolah.
Selama belum ada PLTS, masyarakat menggunakan lampu teplok atau lilin. Masyarakat sempat mendatangkan genset yang digunakan secara bersama, tetapi setiap malam warga harus membayar Rp 14.000 per keluarga untuk mendapatkan askes listrik. Kondisi itu memberatkan ekonomi warga.
Pembangunan PLTS, kata Darmawan, tetap memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat, seperti menjaga dan mempertahankan pohon yang dipercaya warga sebagai tempat pemujaan arwah para leluhur, yang diwariskan nenek moyang. Pohon itu pun tidak ditebang.
Hj Bangun, salah satu tokoh masyarakat setempat, mengapresiasi PLN. Kehadiran listrik di pulau terluar itu bakal meningkatkan ekonomi sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga Messah.
”Warga sudah membeli sejumlah peralatan listrik untuk meningkatkan aktivitas rumah tangga. Nelayan bisa membeli freezer untuk mengawetkan hasil tangkapan dan memproduksi minuman dingin, yang diharapkan warga. Warga cukup membeli token senilai Rp 20.000 per keluarga, sudah menikmati listrik 24 jam,” kata Bangun.
PLN pun mengajak peserta Sherpa Meeting G20 ke-2 tanggal 10-13 Juli di Labuhan Bajo mengunjungi Pulau Messah, menyaksikan energi ramah lingkungan di pulau itu.
PLN juga melibatkantiga UMKM binaan terpilih, mempromosikan produk mereka dalam pertemuan Sherpa Meeting G20 ke-2 di Labuan Bajo. Tiga UMKM yang dibawa PLN yakni produksi kopi arabika, kerajinan bambu, dan kerajinan tenun ikat. Ketiga UMKM ini dibina dan bekerja sama dengan PLN sejak 2021.
Mitra binaan UMKM PLN ini juga bergabung dalam ”Rumah BUMN” yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN.
Pemilik UMKM Indigo Ikat (tenun ikat), Ivan Botha (43), mengatakan, memamerkan produk tenun dalam pertemuan sherpa meeting merupakan kesempatan terbaik. PLN tidak hanya memberikan pendampingan, tetapi juga menyediakan wadah untuk memasarkan hasil produk UMKM binaan. Dengan cara ini, produk binaan PLN bisa go international.
”Setelah bergabung dengan PLN, kami merasakan dampak link pemasaran yang lebih luas. Saya harap, kerja sama ini terus berlangsung sehingga UMKM juga turun berperan dalam upaya pemulihan ekonomi bangsa ini,” kata Ivan.
Pemilik UMKM Koeslin Bambu Flores, Markus Lina, menyebutkan, Rumah BUMN menjadi wadah yang tepat bagi UMKM di Indonesia agar lebih berkembang. Sejumlah pelatihan dan pendampingan usaha bisa didapatkan secara gratis oleh para pelaku UMKM melalui Rumah BUMN.
Kini, Koeslin Bambu Flores bisa mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan untuk mendapatkan modal usaha sehingga secara ekonomi lebih dipermudah. ”Melalui Rumah BUMN Bajawa, kami mendapatkan kepercayaan untuk pinjam modal usaha itu. Terima kasih PLN,” katanya.
Pemilik UMKM Dapataki, Aris Deze, mengatakan, dengan keterlibatan usahanya dalam pameran Sherpa Meeting G20, ia dapat menjual hasil olahan kopi arabikanya. Setelah bergabung, ia dapat menjual produk kopi arabikanya secara daring. Promosi juga dilakukan PLN sehingga mendorong pengasilan bertambah. ”Pertambahan itu berkisar 40-50 persen,” katanya.
Ia berharap keterlibatan PLN dalam membina UMKM bisa lebih luas lagi, tidak hanya tiga pelaku UMKM itu. Jika makin banyak UMKM yang dibina, termasuk pemasarannya, secara perlahan kemiskinan di NTT bisa dikurangi.