Bangka Belitung tak cuma soal timah dan uang. Ada juga keindahan alam yang memanjakan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
Sore itu, gerimis masih membasahi Pantai Tanjung Tinggi, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Namun, wisatawan sudah tak tahan untuk menikmati keelokan pantai yang menjadi salah satu lokasi shooting film Laskar Pelangi itu. Dengan kerabat, mereka menembus rintik dan mendekati pantai, berfoto, dan sebagian lagi berenang di pinggir laut yang airnya berwarna hijau kebiruan.
Mendung dan gerimis pada Jumat (22/7/2022) itu tak bisa menyembunyikan keelokan pantai berpasir putih dengan bebatuan besar sebagai ciri khas. Batu-batu dengan diameter lebih dari 2 meter itu saling bersusun hingga membentuk bukit batu.
Bebatuan inilah menjadi salah satu daya tarik karena menjadi sangat indah sebagai teman berfoto ketika mengunjungi Bangka-Belitung.
Bangka Belitung memiliki wisata unik lain, yaitu ”danau” bekas tambang timah, yang biasa disebut sebagai kolong. Air tampungan kolong ada yang berwarna hijau atau biru cerah sehingga terlihat indah. Danau bekas tambang seperti itu pun kini menjadi tempat wisata.
Seperti halnya lahan bekas tambang timah di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, yang kini menjelma menjadi danau indah warna hijau dan biru. Danau itu dikenal sebagai Danau Kaolin.
Keindahan danau Kaolin sudah dikenal wisatawan domestik dan mancanegara. Jumlah pengunjungnya, pada akhir pekan, bisa mencapai 1.000 orang per hari. Mereka akan menikmati suasana danau dengan warna tosca dan kehijauan nan indah. Pengelola tempat wisata juga menyediakan perahu wisata sehingga pengunjung bisa berperahu di danau tersebut.
Warna danau tersebut berbeda karena ada danau yang bisa ditumbuhi ganggang dan dijadikan ternak ikan nila (warna kehijauan). Adapun cekungan berwarna biru/tosca tidak bisa dihuni ikan.
Lahan Danau Kaolin semula dikelola sebuah perusahaan tambang timah. Setelah perusahaan berhenti beroperasi, lahan dikembalikan ke pemerintah, dan oleh desa diminta untuk dikelola desa.
”Sejak tahun 2016 lahan ini sudah jadi milik desa. Desa mengajukan permohonan untuk memperoleh lahan seluas 7,5 hektar tersebut. Setelah melalui proses panjang, akhirnya lahan ini menjadi milik desa,” kata Juni, perangkat Desa Nibung sekaligus pengelola tempat wisata itu.
Potensi wisata non-alam lain yang sudah cukup terkenal adalah replika sekolah Laskar Pelangi di Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Replika sekolah itu diminati karena orang ingin melihat sekolah yang difilmkan dalam kisah Laskar Pelangi.
Pengunjung tempat wisata itu datang dari dalam dan luar negeri. Harga tiket masuk Rp 5.000 per orang. Pengelola tempat wisata itu adalah badan usaha milik desa. Sebulan, lebih kurang 1.000 orang datang berkunjung ke sana.
Di luar tempat-tempat di atas masih banyak potensi wisata di Bangka Belitung. Meski potensinya besar, sektor wisata belum menunjukkan kinerja ekonomi seperti industri pengolahan (19,59 persen dari PDRB), pertambangan (9,49 persen), serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (17,94 persen).
Tedi (24), penyedia paddle boat di Pantai Tanjung Tinggi, mengatakan, potensi wisata Belitung yang banyak dikenal baru Belitung Utara, Tanjung Tinggi, Tanjung Kelayang. ”Padahal, lainnya sebenarnya bagus,” katanya.
Tedi dan temannya, Reza (23), selama ini menjadi salah satu penyedia jasa wisata di sana, sekaligus membantu menjaga kebersihan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sudarman juga mengakui besarnya potensi wisata Belitung. Namun, harus diakui, sumbangsihnya terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) masih kecil, yaitu kurang dari 10 persen.
Sudarman mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah dalam menata potensi Bangka Belitung, termasuk sektor wisata.
Selain itu, tingginya potensi wisata itu juga berbanding lurus dengan tantangannya. Salah satu tantangan terbesar adalah makin meluasnya usaha pertambangan, hingga akhirnya menggerus keelokan alam di sana.
”Beberapa waktu lalu ada kapal ponton pengeruk timah mendarat di Belitung. Semua penyedia jasa wisata di sini beramai-ramai memprotesnya karena tidak ingin Belitung rusak karena tambang timah seperti di Bangka,” kata Tedi.
Sekali ditambang, menurut Tedi dan Reza, keindahan pantai akan rusak dan tak bisa dipulihkan lagi. ”Tambang timah mungkin hasilnya bagus saat ini. Namun, apa bisa selamanya, apa timah tidak akan habis? Kalau air sudah keruh, terumbu karang rusak, sedimentasi lumpur tinggi, maka apa masih bisa indah dan menarik dikunjungi?” kata mereka.
Beberapa waktu lalu ada kapal ponton pengeruk timah mendarat di Belitung. Semua penyedia jasa wisata di sini beramai-ramai memprotesnya karena tidak ingin Belitung rusak karena tambang timah seperti di Bangka .
Kalau sudah begitu, penyedia wisata, pemilik rental mobil, pedagang asongan, pemilik warung makan, pemandu wisata, dan banyak lainnya akan kehilangan mata pencarian. ”Hanya pemilik modal besar, dalam hal ini petambang, yang akan mendapat untung,” kata Tedi.