Pukul Sopir Truk di Surakarta, Anggota Paspampres Minta Maaf
Jagad media sosial diramaikan dengan kabar pemukulan yang dilakukan oleh seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden terhadap sopir truk, di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Aksi itu berawal dari gesekan kedua kendaraan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Jagad media sosial diramaikan dengan kabar pemukulan yang dilakukan seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres terhadap sopir truk, di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pemukulan berawal dari gesekan kendaraan dari kedua pihak saat sama-sama melintas. Pihak Paspampres meminta maaf atas insiden tersebut.
Kabar pemukulan pertama kali mencuat dari unggahan akun Twitter @txtdrberseragam, Kamis (11/8/2022). Dalam unggahan tersebut, seorang warga menceritakan pengalaman ayahnya, yang bekerja sebagai sopir, dipukul saat bertabrakan dengan mobil yang ditumpangi oleh anggota Paspampres. Surat Izin Mengemudi (SIM) milik sang sopir juga disebut diambil oleh anggota tersebut.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka langsung menanggapi selang beberapa waktu sejak kisah itu terunggah. ”Saya cari orangnya,” jawab Gibran singkat melalui akun Twitter pribadinya, yaitu @gibran_tweet, Kamis malam.
Gibran menindaklanjuti isu tersebut dengan mempertemukan semua pihak yang saling bersinggungan dalam peristiwa itu di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (12/8/2022). Pertemuan mereka berlangsung selama lebih kurang satu jam. Dari pertemuan itu, diketahui anggota pasukan tersebut bernama Hari Misbah. Ia bertugas sebagai tim pendahulu. Tak bertugas langsung mengamankan presiden dan keluarganya.
”Saya mengakui saya salah. Saya minta maaf atas kesalahan saya dan tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya minta maaf kepada bapak yang saya pukul dan keluarganya. Mohon maaf karena perbuatan saya menyakiti hati dan keluarganya,” kata Misbah seusai pertemuan tersebut.
Gesekan mobil kedua pihak terjadi di Simpang Empat Girimulyo, Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (9/8/2022). Sopir truk berkendara dari arah Patung Wisnu menuju Terminal Tirtonadi. Sementara mobil yang dikendarai Misbah bergerak dari arah Terminal Tirtonadi menuju markasnya di wilayah Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari.
”Posisinya lampu sudah merah. Kami memaksakan maju. Dari depan, kendaraan berlawanan arah sudah melintas. Terjadilah gesekan itu,” kata Misbah.
Misbah menyebut, saat itu, pihaknya tidak sedang bertugas. Mobil yang ditumpanginya juga sudah dikendarai sopir tersendiri. Ia mengaku khilaf sehingga memukul sopir truk yang bergesekan dengan mobilnya.
Sementara itu, lanjut Misbah, pengambilan SIM dilakukan untuk mengurus reparasi mobil yang ditumpanginya. Sebab, mobil tersebut milik rental. Identitas pengemudi truk dibutuhkan sebagai pertanggungjawaban bagi pemilik rental.
”Jadi, yang meminta dari pihak rentalnya. Driver yang bersama kami juga itu dari rental. Ini tadi sudah dikembalikan kepada bapak pengemudi sopir truk,” kata Misbah.
Gibran tampak murka dengan adanya insiden tersebut. Bahkan, ia mencabut masker Misbah saat tengah menyampaikan permintaan maaf di hadapan awak media. Sampai-sampai masker tersebut terputus talinya.
Selanjutnya, Gibran mengungkapkan, pihaknya telah menghubungi pimpinan Paspampres mengenai persoalan tersebut. Ia menginginkan agar masalah itu diselesaikan sampai tuntas. Pemberian sanksi juga diserahkannya kepada pimpinan lembaga dari kesatuan pasukan tersebut.
”Bagi saya, ini belum selesai. Mereka minta maafnya karena berita viral. Kalau enggakviral, mereka enggak mungkin meminta maaf. Saya enggak terima warga saya dibegitukan. Dia enggak salah kok. Paspampres juga dalam posisi tidak mengawal siapa-siapa,” kata Gibran.
Gibran menambahkan, pihaknya juga sudah mempunyai rekaman kamera pemantau (CCTV). Dari rekaman itu, ia melihat tindakan Misbah terlalu kasar. Rekaman itu seharusnya membuat Misbah tak bisa lagi berkilah.
”Jelas banget kejadiannya. Kasar banget. Saya sudah pegang videonya. Kejadiannya juga di dekat rumah saya. Bayangkan saja. Saya malu sekali. Tugas saya di sini untuk melindungi warga,” kata Gibran.