Enam Nelayan Timor Tengah Utara Dilaporkan Hilang di Laut Sawu
Enam nelayan Timor Tengah Utara hilang di laut saat berlayar dari Bolok, Kupang, menuju Pelabuhan Wini, Timor Tengah Utara, di Laut Sawu.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Enam nelayan asal Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, dilaporkan hilang di perairan Laut Sawu, tepatnya antara perairan Naikliu dan Oepowli Kabupaten, Kupang. Para korban hilang kontak saat berlayar dari Dermaga Bolok Kupang, dengan tujuan Pelabuhan Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, perbatasan Indonesia-Timor Leste sejak Senin (29/8/2022). Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kelas A Kupang I Putu Sudayana di Kupang, Rabu (31/8/2022), mengatakan, pihaknya menerima laporan pada Senin dari keluarga korban. ”Ada enam nelayan diduga hilang di perairan antara Naikliu dan Oepowli. Mereka menggunakan sebuah kapal lampara atau kapal ikan,” kata Sudayana.
Mereka bertolak dari Pelabuhan Bolok Kupang, Sabtu (27/8/2022) pukul 03.00 Wita dengan tujuan Pelabuhan Wini, menyusuri perairan Laut Sawu. Sesuai rencana, mereka tiba di Pelabuhan Wini, Senin. Namun, sampai jadwal kedatangan, para korban sulit dihubungi melalui ponsel yang mereka bawa.
Sesuai keterangan keluarga korban atas nama Ridho yang menghubungi SAR Kupang, sepanjang perjalanan, sejak bertolak dari Pelabuhan Bolok, keluarga korban terus berkomunikasi dengan keenam nelayan itu melalui ponsel.
Tetapi saat memasuki perairan antara wilayah Naikliu di Kecamatan Amfoang Utara dan Oepowli wilayah Kecamatan Amfoang Timur, komunikasi dengan para korban hilang. Kehilangan kontak itu terjadi sejak Minggu (28/8/2022) pukul 12.00 sampai dengan keesokan harinya, Senin pukul 23.00. Kemudian pukul 23. 22, keluarga korban menghubungi SAR Kupang meminta pertolongan.
Menurut laporan dari keluarga, sesuai informasi dari para korban saat masih sempat berkomunikasi, kapal yang mereka tumpangi mengalami patah as kemudi. Kapal kemudian sulit dikendalikan sehingga terombang-ambing di tengah lautan, antara perairan Naikliu dan Oepowli. Sekitar 20 menit kemudian, usai komunikasi dengan keluarga, para korban sulit dihubungi lagi.
Sudayana mengatakan, kondisi angin kencang saat ini sangat berpengaruh pada kegiatan pelayaran di perairan Nusa Tenggara Timur. Aktivitas nelayan di perairan pun mesti selalu diwaspadai.
Pada Senin pukul 23.45, seusai menerima laporan keluarga, tim SAR Kupang beranggotakan 15 orang diberangkatkan dengan KN Antareja ke lokasi perairan Naikliu-Oepowli. Hal itu sesuai dengan pesan singkat dari seorang anak buah kapal pada detik-detik sebelum hilang kontak yang menyatakan kapal hanyut dari Naikliu, Amfoang Utara, menuju Oepowli, Amfoang Timur, mendekati Mercusuar Oepowli.
Namun, setelah KN Antareja melakukan pencarian di sekitar lokasi, sejak Senin hingga Rabu ini, di lokasi yang dimaksud tidak ditemukan tanda apa pun. Meskipun demikian, pencarian masih terus berlanjut. Adapun tinggi gelombang di lokasi kejadian berkisar1,50-2,50 meter dengan kecepatan angin 20-30 knot per jam.
Selain tim SAR Kupang, pencarian dibantu TNI, Polri, serta nelayan Naikliu dan Oepowli. Sejumlah perahu nelayan di sekitar kejadian dikerahkan.
”Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak Timor Leste untuk memantau di wilayah pantai di negara itu, terutama di Distrik Oecussi. Pencarian masih berlanjut,” kata Sudayana.
Ridho, anggota keluarga korban, berharap para korban segera ditemukan. Ia dan keluarga terus berdoa dan memohon dukungan tim gabungan agar tetap sabar melakukan pencarian itu. Beberapa anggota keluarga pun turut dalam pencarian tersebut.
Kepala Stasiun Metereologi Maritim Kupang Syaeful Hadimengingatkan warga agar tetap waspada terhadap kondisi cuaca saat ini, terutama saat berlayar dan beraktivitas di pantai. Angin kencang terjadi di beberapa wilayah, termasuk di antaranya perairan Laut Sawu, Laut Timor, dan sekitarnya.