Sulut Rayakan HUT dengan Makan Massal Setengah Ton Sashimi Tuna
Pemecahan rekor makan massal sashimi tuna sebanyak setengah ton akan digelar di Manado untuk memperingati HUT Ke-58 Provinsi Sulawesi Utara. Acara ini akan diikuti 2.500 orang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemecahan rekor makan massal sashimi tuna sebanyak 500 kilogram akan digelar di Manado untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-58 Provinsi Sulawesi Utara. Acara ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi tuna masyarakat sekaligus mendongkrak sumbangan sektor perikanan pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Pemecahan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) itu akan digelar pada Sabtu (17/9/2022) mendatang sebagai bagian dari Festival Tuna Sulut (Fena) yang akan digelar selama dua pekan, yaitu 12-25 September di kawasan bisnis Megamas Manado. Panitia membuka kesempatan bagi 2.500 orang untuk ikut serta makan sashimi gratis sejak pagi hari.
”Ada 12 unit pengolahan ikan (UPI) yang berpartisipasi mempersiapkan tuna sebanyak 500 kilogram untuk dikonsumsi 2.500 orang. Lewat festival tuna ini, kami mau mencoba kasih pemahaman kepada masyarakat bahwa tuna itu enak dan sehat untuk dikonsumsi,” kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (Kanwil DJBC) Sulawesi Bagian Utara, Erwin Situmorang, dalam konferensi pers di Manado, Kamis (8/9/2022) sore.
Untuk ikut berpartisipasi dalam pemecahan rekor, warga dan wisatawan dapat mendaftarkan diri melalui situs www.festivaltunasulut.com. Nantinya, para peserta akan mendapatkan kode respons (QR) cepat melalui surat elektronik (e-mail). Kode QR itulah yang akan ditunjukkan kepada panitia agar bisa ikut serta makan sashimi pada hari pelaksanaan.
Selama dua pekan penyelenggaraan Fena, masyarakat juga dapat menikmati berbagai olahan tuna lainnya, mulai dari dada dan rahang tuna sampai tuna woku. ”Kami akan menghadirkan 30 UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) untuk berperan. Masyarakat bisa berkunjung dan membeli hidangan tuna selama dua pekan festival,” kata Erwin,
Menurut dia, acara ini penting untuk digelar karena selama ini masyarakat Manado belum cukup memahami potensi ekonomis ikan tuna. Padahal, tidak banyak daerah yang bisa menyajikan ikan jenis pelagis ini dalam keadaan segar, terutama dalam bentuk sashimi. ”Ini bisa menjadi nilai kompetitif bagi Manado,” ujar Erwin
Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Manado Muhlin menjamin keamanan dan kesehatan sashimi yang akan dikonsumsi. Daging ikan tuna mentah itu berasal dari perusahaan-perusahaan yang telah memiliki sertifikat hazard analysis critical control point dan terbiasa memenuhi standar ekspor.
”Daging ikan yang akan digunakan juga grade A dan B yang mutunya luar biasa. Saya kira 12 perusahaan yang akan memasok ikan untuk pemecahan rekor Muri sudah mengetahui cara menjamin mutunya, dari pengolahan hingga ke tangan konsumen,” kata Muhlin.
Dari kacamata pariwisata, Wali Kota Manado Andrei Angouw mengatakan, pemecahan rekor ini akan mempromosikan sashimi sebagai salah satu daya tarik wisata di Manado. Sebab, sashimi di Sulut, yang juga populer dengan sebutan sashibi atau sashimi Bitung—karena ikan tuna banyak ditangkap di Kota Bitung—disajikan dengan saus berbahan dasar rempah asli Indonesia, seperti bawang merah dan putih, jahe, serai, dan kemangi.
”Sashimi tuna bisa jadi keunikan yang menarik bagi wisatawan untuk datang. Saya harap setelah pemecahan rekor Muri ini, semakin banyak yang jual sashimi tuna. Kita harus buat sebanyak mungkin variasi makanan demi meningkatkan pariwisata di Manado,” kata Andrei.
Di luar setengah ton sashimi yang akan disediakan untuk pemecahan rekor, sulit untuk memperkirakan stok ikan tuna yang disediakan selama festival. Perwakilan pengelola Megamas, Amelia Tungka, mengatakan, itu semua tergantung persediaan masing-masing UMKM serta minat belanja masyarakat.
”Animo masyarakat sangat sulit diprediksi. Kalau kami adakan festival makanan, biasanya selalu ramai dari pukul 16.00 sampai pukul 00.00 (Wita). Jadi orang baru pulang saat tutup,” katanya.
Dongkrak perekonomian
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Tienneke Adam yakin acara ini dapat memicu peningkatan kinerja subsektor perikanan. Sepanjang triwulan II-2022, sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar Rp 7,9 triliun, meningkat 7,62 persen dari periode yang sama pada 2021.
Data BKIPM Manado juga menunjukkan peningkatan ekspor. Sepanjang semester I- 2022, volume ekspor perikanan Sulut mencapai 11.125 ton, meningkat 10,59 persen dari semester I-2021. Nilai ekspor juga meningkat signifikan sebesar 42,95 persen menjadi 78,56 juta dollar AS.
Kepala BKIPM Manado Muhlin mengatakan, 95 persen ekspor perikanan tersebut adalah tuna, baik dalam bentuk ikan kaleng, ikan beku, maupun segar. Lima tujuan terbesar perikanan tersebut secara berturut-turut adalah Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang, Australia, dan Korea Selatan.
Melihat tren ini, Tienneke berharap ikan tuna juga semakin digemari di tingkat lokal, terutama yang berkualitas ekspor, yaitu grade A dan B. Selama ini, konsumsi lokal justru lebih banyak didominasi oleh grade C yang sering digunakan sebagai bahan ikan kaleng.
”Banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan tuna grade A dan B yang harganya Rp 70.000-Rp 80.000 per kilogram dengan C yang di kisaran Rp 20.000 per kg. Semua dipukul rata. Akibatnya, banyak nelayan yang tidak meng-handle hasil tangkapan dengan baik sehingga mutunya turun. Ini yang harus kita perbaiki agar nelayan sejahtera dan kualitas tuna kita semakin baik,” kata Tienneke.
Ia menambahkan masih perlu penyempurnaan infrastruktur pendukung sektor perikanan. Di wilayah Kepulauan Sangihe dan Talaud, misalnya, ketersediaan es masih menjadi kendala karena pasokan listrik tidak memadai.
”Ini menjadi pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama dengan stakeholder lain,” ujarnya.