Barongsai Diusulkan sebagai Mata Pelajaran di Sekolah
Barongsai diusulkan menjadi mata pelajaran atau ekstrakurikuler yang diajarkan di sekolah. Selain untuk kebutuhan pencarian bibit baru, hal ini diperlukan untuk memperkenalkannya sebagai cabang olahraga.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Barongsai diusulkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler atau bagian dari mata pelajaran olahraga yang diajarkan di sekolah. Selain untuk kebutuhan pencarian bibit-bibit atlet baru, hal ini bagian dari memperkenalkan barongsai sebagai salah satu cabang olahraga.
”Tidak lagi dianggap sebagai kesenian, budaya, atau sekadar sebagai atraksi hiburan, kami berharap upaya mengajarkannya di sekolah membuat barongsai akhirnya benar-benar dikenali sebagai cabang olahraga yang menarik untuk diterjuni,” ujar Ketua Umum Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) Edy Kusuma, Sabtu (8/10/2022).
Diharapkan barongsai ini nantinya bisa diajarkan mulai dari jenjang pendidikan SD. Hal ini penting dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menggali potensi sekaligus membina calon-calon atlet barongsai sedari dini.
Barongsai kini terdaftar sebagai salah satu cabang olahraga di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Barongsai nantinya juga menjadi salah satu olahraga yang akan dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di Aceh dan Sumatera Utara.
Dua tahun pandemi cukup berdampak pada latihan dan upaya penggalian bakat-bakat muda dalam olahraga barongsai. Namun, hal itu juga tidak terlalu mengganggu semangat mereka yang sudah menerjuni cabang olahraga ini.
Semangat untuk menerjuni olahraga barongsai ini, antara lain, terlihat dalam Kejuaraan Nasional Barongsai yang digelar di mal Sleman City Hall, Sleman, DIY, pada 7-9 Oktober 2022. Kejuaraan ini diikuti oleh lebih dari 400 atlet dari 16 provinsi.
Barongsai sebenarnya adalah kesenian tradisional yang sudah ada, tumbuh, sejak ratusan tahun lalu di China. Namun, saat ini, barongsai juga sudah sangat lekat dengan budaya masyarakat Indonesia.
”Kini, barongsai sudah dimainkan mulai dari sekolah, kompleks militer, hingga di pondok-pondok pesantren,” katanya. Karena sudah menyentuh semua kalangan, pemain barongsai pun sekarang justru didominasi masyarakat non-Tionghoa.
Edy mengatakan, jumlah atlet barongsai di Indonesia saat ini sudah mencapai lebih dari 2.000 orang. Dengan tingginya animo masyarakat untuk menerjuni olahraga ini, diharapkan jumlah atletnya bisa terus berkembang setidaknya mencapai sekitar 5.000 orang.
Tidak hanya di ajang PON, Chairman of Olympic Solidarity Commission Indra Gamulya mengatakan, barongsai sebenarnya juga berpeluang untuk dipertandingkan di ajang olahraga SEA Games dan Asian Games. Kesempatan untuk maju dan dipertandingkan ada karena banyak negara di Asia juga memainkan barongsai.
”Dimulai di tingkat Asia dan Asia Tenggara, barongsai pun sebenarnya juga layak untuk dipertandingkan di lingkup yang lebih luas di ajang olahraga Olimpiade,” ujarnya.
Negara-negara di luar kawasan Asia yang juga kerap memainkan barongsai adalah Amerika Serikat dan Perancis.
Jika sudah dibuka dan dipertandingkan dalam ajang olahraga di luar negeri, menurut dia, atlet-atlet barongsai dari Indonesia pun sudah cukup siap untuk untuk mengikutinya. Dalam catatan FOBI, atlet-atlet Indonesia sudah pernah lima kali menang dalam kejuaraan barongsai tingkat dunia.
Sementara itu, beberapa daerah di Indonesia juga masih mengenal barongsai sebagai salah satu atraksi kesenian. Stegani Roslinda, Sekretaris FOBI Kota Denpasar, yang mendampingi tim dari Bali dalam Kejuaraan Nasional Barongsai 2022 mengatakan bahwa kejuaraan ini menjadi perlombaan barongsai pertama yang diikuti tim atlet Bali.
”Sebelumnya, kami hanya menampilkan barongsai di acara-acara festival kesenian saja,” ujarnya.
Barongsai di Bali pun lekat dengan tradisi dan kebudayaan Bali. Dalam penampilannya di salah satu kategori Kejuaraan Barongsai 2022, tim dari Bali juga menampilkan gerakan naga yang dipadukan dengan gerakan tarian kecak.