Adu Cepat Panjat Pinang Kala Peringatan Maulid di Lombok
Lomba panjat pinang di Lombok, NTB, saat peringatan Maulid tidak hanya hiburan semata. Lomba itu merupakan gambaran kebersamaan dan gotong royong warga yang masih terus terjaga.
Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, lomba panjat pinang tidak hanya bisa ditemukan setiap 17 Agustus saat peringatan Kemerdekaan RI. Warga juga bisa menyaksikan kemeriahan lomba menaklukkan batang pohon licin dengan berbagai hadiah itu saat peringatan Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Acara itu menjadi gambaran kebersamaan dan gotong royong warga yang masih terjaga.
Jam menunjukkan pukul 16.30 Wita, Kamis (13/10/2022), saat jalan depan Masjid Nurul Iman, Dusun Kuang Jukut, Desa Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, dipadati warga. Tua-muda, baik perempuan maupun laki-laki, tumpah ruah di sana.
Mereka berdiri membentuk lingkaran, mengelilingi batang pohon pinang setinggi kurang dari 10 meter yang ditancapkan di tengah-tengah. Hampir seluruh batang pinang itu telah dikupas dan dilumuri oli, kecuali 1 meter terakhir di bagian atas.
Pada bagian atas pohon pisang itu dibuatkan dua lubang. Kemudian dimasukkan balok berukuran sama dan dibuat menyilang. Ujung balok itu kemudian ditutup dengan bilah bambu membentuk lingkaran penuh.
Baca juga: Presiden: Gotong Royong Jadi Strategi Hadapi Krisis
Di bilah bambu itulah berbagai hadiah digantung. Mulai dari beraneka minuman, topi, celana, sendal, periuk nasi dari plastik, teflon, tikar, pemanggang ikan, hingga gantungan baju. Di pucuk batang pisang itu ditancapkan bendera dari handuk, ditambah uang tunai yang dimasukkan ke plastik.
Begitu semua siap, panitia memberi aba-aba untuk mulai. Dalam hitungan detik, para peserta yang kebanyakan anak-anak mulai berebutan memanjat batang pinang itu. Warga yang menonton langsung bersorak gembira memberi semangat kepada para peserta. Teriakan mereka mampu mengalahkan suara iringan musik kasidahan yang disetel panitia dari dalam masjid.
Namun, memanjat pinang yang telah dilumuri oli tidaklah mudah. Baru memanjat beberapa meter, anak-anak itu kelelahan. Lalu turun pelan-pelan sambil memeluk batang pinang. Momen itu disambut gelak tawa penonton.
Segala macam cara dicoba peserta. Dari membentuk tangga hingga menggunakan kain untuk memanjat. Tangga dibentuk di mana peserta saling menahan dengan pundak. Satu orang berdiri paling bawah, kemudian peserta lain naik dan berdiri di pundaknya.
Begitu seterusnya hingga mereka bisa sampai ke atas. Akan tetapi, usaha itu juga tidak semulus batang pinang yang telah dilumuri oli. Mereka berjatuhan karena posisi paling bawah tidak kuat menahan beban.
Sementara cara lain adalah menggunakan kain. Peserta membawa kain kotor untuk diikat di batang pinang. Setiap kali bergerak naik, ia akan turut menaikkan kain itu dan mengikatnya sekuat mungkin. Sembari berpegangan di sana, mereka mengumpulkan energi dan mencoba naik lagi.
Cara itu cukup ampuh. Selain memudahkan gerakan, juga membersihkan oli di batang pinang. Benar saja, tak lama setelah peserta menggunakan kain, pohon pinang itu tidak lagi begitu licin. Sekitar pukul 17.00, peserta sudah bisa sampai bisa menjangkau hadiah yang digantung.
Sambil menjepit batang pohon dengan kaki dan berpegangan dengan satu tangan kanan, mereka menarik hadiah dengan tangan kiri. Lalu melemparnya ke bawah. Peserta lain kemudian bergegas naik, bahkan saling berebutan dan saling tarik hingga terjatuh lagi.
”Pegang talinya, pegang talinya biar bisa ke pucuk,” teriak Darmawan (33), salah satu panitia. Tali yang dimaksud adalah pengikat pohon pinang agar tidak rebah. Tali itu dipasang di antara persilangan balok sebelum pucuk.
Mendengar itu, peserta yang semula ingin mengambil hadiah terdekat, kembali memanjat. Lalu berpegangan di tali dan kemudian menjangkau balok kayu. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha naik dan akhirnya berhasil berdiri di atas pucuk.
Momen itu kembali memancing kegembiraan penonton. Tepuk tangan disertai sorakan warga langsung terdengar. ”Cabut, segera cabut benderanya,” teriak Hendra (38), yang menonton dari pematang sawah.
Tepuk tangan dan teriakan semakin semarak saat peserta benar-benar mencabut bendera dari handuk itu. Sebelum melemparnya ke bawah, ia mengibar-ngibarkannya terlebih dahulu.
Setelah ada peserta yang berhasil ke pucuk dan mengambil bendera, peserta lain terpacu semangatnya. Tidak kurang dari 20 menit, hadiah-hadiah lain langsung dilibas. Hadiah terakhir berupa botol minuman, dijatuhkan sekitar pukul 17.20.
Gotong royong
Ketua Panitia Irgi Ahmad Saputra (22) mengatakan, lomba panjat pinang diselenggarakan untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Dusun Kuang Jukut. Acara inti peringatan Maulid ini berlangsung pada siang hari hingga habis shalat Ashar.
Lomba panjat pinang hanya salah satu dari kegiatan hiburan dalam rangka peringatan Maulid. Selain itu, ada sejumlah lomba lain untuk warga. ”Selain peringatan Maulid, tentu juga ini bagian dari melestarikan tradisi di kampung ini,” kata Irgi.
Lomba panjat pinang menjadi gambaran kebersamaan dan gotong royong warga. Tidak hanya saat lomba berlangsung, tetapi juga dalam prosesnya. Misalnya, hadiah yang disiapkan, termasuk untuk kegiatan lain, berasal dari urunan warga.
Saat proses pembuatan pohon pinang untuk lomba, warga terutama anak-anak muda bergotong royong. Dari mengambil batang pinang, membersihkan, memasang hadiah, mendirikan batang pinang, hingga merebahkannya kembali.
Haji Junaidi, salah satu tokoh masyarakat Dusun Kuang Jukut, mengatakan, tidak hanya saat lomba seperti panjang pinang, secara keseluruhan peringatan Maulid adalah membangun semangat gotong royong warga.
”Ini juga berlaku di sini saat acara-acara besar keagamaan lain. Kalau Maulid, selain untuk menunjukkan rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, juga momen silaturahmi dan membina kebersamaan antarwarga. Gotong royong-lah,” kata Haji Junaidi.
Saat Maulid, warga bersama-sama hadir untuk saling mendukung terhadap semua kegiatan Maulid. Misalnya pada Kamis pagi, warga hadir beramai-ramai di masjid untuk mengikuti khitanan anak warga.
Baca juga: Semangat Gotong Royong
Lalu mereka juga hadir lagi pada siang hari selepas Zuhur untuk mengikuti acara puncak Maulid di dusun yang berada sekitar 23 kilometer timur Mataram, ibu kota NTB, itu. ”Ibu-ibu juga membawa dulang berisi makanan untuk disajikan dan dimakan bersama-sama seusai acara,” kata Haji Junaidi.
Presiden Joko Widodo pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Tahun 2022 mengatakan, semangat gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia bisa menjadi modal yang besar bagi bangsa ini melewati berbagai krisis (Kompas, 21/6/2022).
Meski sederhana, warga Kuang Jukut telah melakukan pesan Presiden itu. Tentu dengan cara mereka sendiri, yakni melalui lomba panjat pinang dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap bulan Rabiul Awal pada penanggalan Islam.