Balai Bahasa Sumbar Luncurkan Buku Terjemahan Cerita Rakyat Minangkabau dan Mentawai
Balai Bahasa Sumbar meluncurkan empat buku terjemahan cerita rakyat Minangkabau dan Mentawai untuk memperkaya bahan bacaan sekaligus melestarikan kekayaan budaya warga Sumbar.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Balai Bahasa Sumatera Barat meluncurkan empat buku terjemahan cerita rakyat Minangkabau dan Mentawai. Buku-buku tersebut selain memperkaya materi dan bahan bacaan dalam gerakan literasi Nasional, juga diharapkan melestarikan kekayaan budaya di Sumbar.
Peluncuran buku-buku tersebut dilangsungkan di Kota Padang, Sumbar, Senin (17/10/2022). Kegiatan ini bersamaan dengan peluncuran produk lainnya dari Balai Bahasa Sumbar yang dikemas dalam acara peringatan Puncak Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2022.
Buku terjemahan itu adalah dua buku cerita rakyat Minang berjudul Siamang Putihdan Cerita Lainnya; dan Danau Kembar dan Cerita Lainnya. Ada pula dua buku cerita rakyat Mentawai berjudul Kesaktian Gua Sipukpuk dan Cerita Lainnya; serta Burung Pipit dan Burung Rangga dan Cerita Lainnya.
Tiap-tiap buku cerita rakyat ini terdiri atas 5-6 judul cerita. Cerita rakyat itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Walakin, buku itu juga memuat cerita rakyat itu dalam versi bahasa aslinya, yaitu bahasa Minangkabau dan bahasa Mentawai.
Kepala Balai Bahasa Sumbar Eva Krisna mengatakan, peluncuran buku-buku ini dalam rangka memperkaya materi dan bahan bacaan dalam gerakan literasi nasional. Diharapkan, buku terjemahan cerita rakyat dari Sumbar ini bisa dibaca semua anak-anak Indonesia.
”Diharapkan, anak-anak bisa memperoleh nilai-nilai buaya, etika, ataupun nilai-nilai luhur lainnya yang diwariskan nenek moyang sejak lama. Nilai-nilai itu masih relevan dan bermanfaat bagi-bagi anak-anak Indonesia saat ini,” kata Eva.
Selain jadi bahan bacaan, kata Eva, penerbitan buku terjemahan cerita rakyat ini juga untuk mendokumentasikan cerita rakyat di Sumbar. Cerita rakyat yang umumnya disajikan berbentuk lisan ini berpotensi punah pada masa depan karena generasi sekarang tidak lagi mengakrabi budaya lisan.
”Cerita rakyat jarang ditulis, umumnya berbentuk lisan. Maka kepunahan sangat mungkin terjadi, apalagi pada era kita tidak lagi mengakrabi budaya lisan. Dengan penerbitan ini, diharapkan cerita rakyat dari Sumbar tidak hilang, baik Minangkabau maupun Mentawai,” ujarnya.
Ditambahkan Eva, penerbitan buku cerita rakyat dari Sumbar ini tidak berhenti sampai di sini. Tahun depan, Balai Bahasa Sumbar mendapatkan anggaran untuk menerbitkan 23 judul buku terjemahan cerita rakyat Sumbar, baik dari Minang maupun Mentawai.
Anggota tim penyusun buku Joni Syahputra mengatakan, materi buku terjemahan cerita rakyat Minang didapat dari hasil bimbingan teknik dan pelatihan menulis cerita rakyat Minangkabau yang diadakan balai bahasa tahun lalu. Sepuluh cerita terbaik diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan dalam dua buku.
”Dua buku lagi cerita rakyat Mentawai, karena (balai bahasa) keterbatasan sumber daya manusia, tidak ada yang bisa berbahasa Mentawai, kami bekerja sama dengan Yayasan Citra Mandiri Mentawai. Mereka mencari naskah dan membantu menerjemahkan,” kata Joni, yang juga Koordinator Kelompok Kepakaran Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan Balai Bahasa Sumbar.
Joni menambahkan, ratusan cetakan buku-buku yang ditargetkan untuk siswa kelas IV-VI SD atau anak usia 10-14 tahun ini akan didistribusikan ke SD, taman baca, dan mitra balai bahasa, termasuk dinas pendidikan. Selain itu, buku juga akan dicetak oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa). ”Bagi yang tidak bisa mengakses versi cetak, e-book-nya segera bisa diakses di laman resmi Balai Bahasa Sumbar dan Badan Bahasa,” ujarnya.
Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Iwa Lukmana, secara daring, mengatakan, peluncuran buku terjemahan cerita rakyat Sumbar ini diharapkan dapat mendukung upaya toleransi dan literasi sekaligus mendukung pemahaman kebinekaan di tingkat lokal, daerah, dan nasional.
Selain meluncurkan empat judul buku terjemahan cerita rakyat Sumbar, dalam kesempatan itu Balai Bahasa juga meluncurkan program “Siniar Badaso”, laman “Peta Komunitas Literasi Sumbar”, dan kamus daring Minangkabau-Indonesia “Limpapeh” dan kamus cetak Mentawai-Indonesia.