Dinkes Payakumbuh dan Bukittinggi Galakkan Deteksi Dini Gagal Ginjal Akut
Dinkes Payakumbuh dan Dinkes Bukittinggi, Sumatera Barat, menggalakkan deteksi dini kasus gagal ginjal akut pada anak seiring maraknya kasus tersebut. Warga juga diimbau menghindari membeli obat bebas tanpa resep dokter.
Oleh
YOLA SASTRA
·6 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh dan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, menggalakkan deteksi dini kasus gagal ginjal akut pada anak seiring maraknya kasus tersebut di sejumlah wilayah. Untuk mengantisipasi ancaman gagal ginjal akut, warga juga diimbau menghindari membeli obat bebas tanpa resep dokter.
Kepala Dinkes Payakumbuh Wawan Sofianto, Sabtu (22/10/2022), mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan surat edaran kepada fasilitas kesehatan (faskes), baik puskesmas maupun rumah sakit (RS). ”Kami sudah tugaskan (faskes melakukan) deteksi dini terhadap kemungkinan anak-anak mengalami gagal ginjal akut ini,” katanya.
Warga juga diminta segera melapor atau membawa anaknya ke faskes jika ada gejala gagal ginjal akut. Gejala tersebut, antara lain, berupa anuria atau buang air kecilnya kurang atau tidak ada dalam 12 jam terakhir. Gejala itu bisa disertai gejala lain, misalnya demam, muntah, dan diare.
Wawan melanjutkan, apabila puskesmas tidak bisa menangani kasus itu, pasien akan dirujuk ke RSUD. Apabila butuh diagnosis lanjutan, pasien bakal dirujuk ke RSUP Dr M Djamil Padang yang ditunjuk Kementerian Kesehatan sebagai RS yang menangani gagal ginjal akut pada anak.
Selain itu, Dinkes Payakumbuh juga meminta apotek agar menghentikan sementara penjualan obat sirop sebagai antisipasi atas kejadian ini. Dinkes Payakumbuh bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) setempat juga menyetop peredaran lima jenis obat sirop yang terindikasi mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Terkait lima pasien gagal ginjal akut yang sebelumnya disebut Dinkes Sumbar dan RSUP Dr M Djamil berasal dari Payakumbuh, Wawan mengatakan, hal itu sedang ditelusuri. Menurut dia, memang ada lima pasien dari RSUD Dr Adnan WD Payakumbuh yang dirujuk ke RSUP Dr M Djamil. Satu di antara pasien itu meninggal dunia.
”Apakah kelima pasien ini warga Payakumbuh, itu yang kami masih telusuri. Kami kemarin susah dapat datanya. Sedang dicek ulang, memang ada dikirim dari RSUD Dr Adnan WD, cuma tidak semua warga Payakumbuh,” ujarnya.
Terlepas dari mana asal pasien itu, Wawan mengatakan, dari hasil investigasi cepat Dinkes Payakumbuh, pasien anak-anak tersebut punya riwayat mengalami demam dan mengonsumsi obat sirop sebelum datang faskes. Walakin, secara medis klinis, dinkes belum bisa menyatakan obat sirop sebagai penyebab gagal ginjal akut ini.
”Belum ada penelitian sahih, itu kan baru diduga. Tapi memang rata-rata ada riwayat demam. Ada konsumsi minum obat sirop,” katanya.
Wawan pun mengimbau warga agar menghindari membeli obat bebas tanpa resep dan diagnosis dokter. Jika anak sakit, mereka harus segera bawa ke faskes. Apabila sakitnya ringan, warga bisa melakukan penanganan awal dulu. Misalnya, jika anak mengalami demam, mereka bisa dikompres, diminta mengonsumsi air hangat, diberi ramuan tumbuhan seperti daun jarak, dan istirahat.
Dari hasil investigasi cepat Dinkes Payakumbuh, pasien anak-anak tersebut punya riwayat mengalami demam dan mengonsumsi obat sirup sebelum datang ke faskes.
Bukittinggi
Hal senada diungkapkan Kepala Dinkes Bukittinggi Linda Faroza. Linda mengatakan, dinkes sudah mengirimkan surat edaran ke faskes di kota itu agar segera melaporkan dan menangani pasien yang diduga mengalami gagal ginjal akut pada anak. Beberapa gejala penyakit itu, anak tidak buang air kecil, demam, dan mual.
”Kami sudah buat surat edaran. Kalau kondisi pasien tambah berat, tangani lebih lanjut, segera rujuk ke RS dengan fasilitas lebih baik. Karena ini kasus baru, belum ada RS rujukan di Bukittinggi. Maka kami rujuk ke RSUP Dr M Djamil Padang,” kata Linda.
Dinkes Bukittinggi juga meminta faskes untuk sementara waktu tidak meresepkan obat sirop kepada pasien. Faskes dan apotek diminta tidak menjual obat sirop atau obat cair sementara. Dinkes bersama BPOM juga turun ke lapangan memeriksa seluruh apotek terkait peredaran lima obat sirop yang diduga tercemar EG dan DEG.
“Obat-obat (sirop mengandung cemaran ED dan DEG) itu ditemukan di apotek. Kami meminta apotek memisahkannya (dari obat lain) dan mengembalikan ke PBF-nya (perusahan besar farmasi),” ujar Linda.
Terkait tiga pasien yang disebut Dinkes Sumbar dan RSUP Dr M Djamil berasal dari Bukittinggi, Linda mengatakan, sudah menelusurinya. Hasilnya, dua orang warga Bukittinggi, satu lagi kemungkinan warga Agam, daerah tetangga.
Menurut Linda, dua pasien asal Bukittinggi itu berusia di bawah lima tahun. Satu pasien meninggal, satu lagi sudah kembali ke rumah di bawah pengawasan dokter. Penyelidikan epidemiologi terhadap kedua pasien itu masih berlangsung.
”Tentang riwayat minum obat sirop, kami belum menerima hasilnya. Riwayat penyakit pasien, kami selidiki semuanya, sampai proses hamil dan riwayat keluarga. Hasilnya belum kami terima dari Dinkes Sumbar,” katanya.
Linda pun mengimbau warga tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi dokter sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kemenkes dan BPOM terkait kasus ini. Warga diimbau tetap tenang dan waspada serta mengurangi risiko aktivitas yang berpotensi menyebabkan anak terinfeksi penyakit.
12 meninggal
Sebelumnya, Kepala Dinkes Sumbar Lila Yanwar di Padang, Kamis (20/10/2022), mengatakan, ada 12 pasien gagal ginjal akut yang meninggal dunia di Sumbar. Sebanyak 10 orang meninggal di RSUP Dr M Djamil Padang, satu orang meninggal di RSUD dr Rasidin Padang, dan satu lainnya di RSUD Kepulauan Mentawai.
”Masih ada enam orang yang dalam perawatan. Sisanya ada yang sembuh, sembuh dengan gangguan ginjal, dan ada sembuh dengan gangguan ginjal membaik,” kata Lila.
Lila melanjutkan, sampai saat ini, dinkes belum mengetahui penyebab gangguan ginjal akut pada anak ini. Pihaknya masih menunggu informasi yang jelas dari Kemenkes. Walakin, dinkes bersama jajarannya meningkatkan deteksi melalui dokter di puskesmas dan dinkes kabupaten/kota.
”Kami melakukan surveilans kepada keluarga yang anaknya mengalami gangguan untuk penyelidikan epidemiologi, kira-kira ada kaitan dengan faktor lain atau tidak, termasuk konsumsi makanan, obat, lingkungan, faktor keluarga apakah pernah kena Covid-19 dan sebagainya,” ujarnya.
Data hasil surveilans itu, kata Lila, akan dikompilasi lagi dengan data yang sudah dikumpulkan oleh tenaga kesehatan RSUP Dr M Djamil. Kemungkinan-kemungkinan dari temuan itu nantinya bisa menjadi bahan edukasi bagi dinkes kepada masyarakat.
”Kami dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan RSUP Dr M Djamil sudah membuat satuan tugas dan membuat grup untuk berkomunikasi dengan Kemenkes dan IDAI pusat,” ujarnya.
Penanggung jawab Ruangan Emergency dan Rawat Intensif Anak RSUP Dr M Djamil, Indra Ihsan, mengatakan, sejauh ini ada 20 kasus gagal ginjal akut yang ditangani oleh rumah sakit itu. RSUP Dr M Djamil mulai menerima pasien sejak akhir Juli 2022.
”Pada Juli 2 kasus. Agustus puncaknya, 10 kasus. September 4 kasus dan Oktober sampai malam tadi 4 kasus. Totalnya 20 kasus yang kami rawat di RSUP Dr M Djamil,” katanya.
Indra melanjutkan, dari total kasus, pasien paling banyak berasal dari Payakumbuh 5 orang, Bukittinggi 3 orang, rujukan dari Provinsi Jambi 3 orang, sisanya tersebar di kabupaten/kota lainnya di Sumbar, seperti Pariaman dan Lubuk Basung.