Indikator Kritis Uji Coba Bahan Bakar B40 Berhasil Dilewati
Bahan bakar dengan komposisi 40 persen minyak nabati ini ditargetkan bisa dipergunakan publik pada tahun 2023. Komposisi bahan bakar ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi dari fosil.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Bahan bakar B40 melalui rangakaian uji coba di Jawa Barat dan Jawa Tengah sejak pertengahan tahun 2022. Sejumlah indikator kritis berhasil dilewati sehingga biosolar dengan menggunakan 40 persen minyak kelapa sawit ini dianggap layak untuk dipergunakan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif saat memantau uji coba di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, Selasa (1/11/2022), menyatakan optimistis dengan hasil sementara yang diberikan. Berdasarkan laporan dari pengemudi yang dia kumpulkan di sana, tidak ada keluhan berarti saat kendaraan melaju dalam setiap uji coba.
”Saya senang dengan performa B40 yang bisa merespons kebutuhan energi kendaraan. Ini membantu visi ke depan untuk memanfaatkan sumber-sumber energi yang ada. Apalagi, Indonesia sudah punya banyak sumber energi, termasuk sawit,” ujarnya di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Lembang.
Daerah ini menjadi salah satu titik uji coba penggunaan B40. Sejak akhir Juli 2022 silam, sebanyak 12 mobil bermesin diesel mengonsumsi bahan bakar ini dan melaksanakan serangkaian tes.
Enam kendaraan yang terdiri dari tiga merek mobil berbobot di bawah 3,5 ton menempuh lebih kurang 650 kilometer sehari dengan target 50.000 kilometer. Mereka melintasi Lembang, Ciamis, Kuningan, hingga Cirebon.
Kendaraan lalu melintasi perbatasan menuju Jateng melalui Tegal dan Pemalang. Setelah itu, mobil yang diuji kembali lagi ke Lembang melewati Cirebon dan Subang.
Sementara itu, enam kendaraan dari tiga merek lainnya dengan bobot lebih dari 3,5 ton diuji melalui perjalanan 550 kilometer per hari. Uji coba dengan target jarak tempuh 40.000 kilometer ini melewati rute Lembang, Purwakarta, Cikampek, Cirebon, hingga Tegal. Setelah itu, kendaraan kembali menuju Subang dan Lembang.
Sebagian kendaraan telah menempuh jarak 46.000 kilometer dari target 50.000 kilometer, salah satunya yang dikemudikan oleh Fahri (39). Petugas uji coba asal Jakarta ini menggunakan mobil Kijang Innova Diesel, dan selama pengujian tidak merasakan kendala berarti.
”Semua normal. Tidak ada kendala sama sekali, baik tanjakan, turunan, jalan datar, macet, ataupun lancar. Asap yang dikeluarkan juga tidak terlalu hitam dan tidak bau menyengat,” paparnya kepada Arifin dan lainnya.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyebut, tes dilakukan secara bertahap. Sebagian kendaraan telah menempuh 46.000 kilometer, 39.000 kilometer, dan sebagainya.
Menurut Dadan, hal ini bertujuan agar mendapatkan hasil secara bertahap. Jadi, hasil terdekat akan didapatkan dalam dua minggu ke depan, sementara yang lainnya tetap melakukan uji coba.
Selama uji coba, lanjut Dadan, bagian-bagian kritis saat ini telah terlewati dan kondisi kendaraan masih bekerja dengan baik. Indikator ini di antaranya terkait bloking di saringan bahan bakar hingga kemampuan menyalakan kendaraan dalam kondisi dingin.
Dadan menyebut, kedua tes tersebut bisa dilalui dengan mulus. Alat penyaring yang normalnya diganti setiap 10.000 kilometer, ternyata masih bisa digunakan sampai 25.000 kilometer. Hal ini menandakan bahan bakar yang masuk tidak memiliki pengaruh buruk kepada mesin.
Petugas juga melakukan pengetesan kondisi dingin di kawasan Dieng, Jawa Tengah, yang memiliki suhu rata-rata tahunan hingga 14 derajat celsius. Menurut Dadan, dari pengetesan tersebut, mobil masih bisa dinyalakan dalam 1 detik. Hal ini menandakan kendaraan masih berfungsi normal karena batas toleransi menyalakan kendaraan itu sekitar 5 detik.
”Kemampuan melewati krisis-krisis ini dengan kendaraan yang beroperasi normal ini setidaknya sudah terbukti. Apalagi bloking di penyaringan itu bagian paling utama. Semua bisa beroperasi mulus tanpa mogok,” ujarnya.
Hasil yang positif ini membuat Arifin optimistis bahan bakar B40 bisa dipergunakan tahun 2023. Dia berharap, penambahan komposisi minyak kelapa sawit ini bisa membantu negara menghemat bahan bakar fosil.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution, yang turut hadir dalam uji coba tersebut, menyatakan, pihaknya mendukung langkah pemerintah untuk menerapkan B40. Namun, dia meminta waktu dalam 1-2 bulan untuk menyesuaikan infrastruktur agar bisa meneruskannya kepada konsumen.