Pembangunan Tol Semarang-Demak Terkendala Pembebasan Lahan
Persoalan pembebasan lahan masih membelenggu pembangunan Tol Semarang-Demak, khususnya pada ruas Kaligawe-Sayung. Pada ruas Sayung- Demak yang pembangunannya sudah 99 persen juga masih ada persoalan pembebasan lahan
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pembebasan lahan masih menjadi tantangan besar pembangunan Tol Semarang-Demak di Jawa Tengah. Permasalahan ini terjadi, baik di seksi I ruas Kaligawe-Sayung dan seksi II ruas Sayung- Demak. Pemerintah Provinsi Jateng akan membentuk tim khusus menyikapi masalah ini.
Proyek pembangunan tol Semarang-Demak yang diproyeksikan menjadi tanggul laut sekaligus pemecah kepadatan arus lalu lintas di jalur pantura itu masih berjalan. Pembangunan tol sepanjang 26,95 kilometer itu dibagi menjadi dua seksi, yakni seksi I Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 km dan seksi II Sayung-Demak sepanjang 16,31 km.
Pada ruas Kaligawe-Sayung, belum banyak dilakukan pembangunan fisik. Pembebasan tanah di wilayah itu belum tuntas. Hingga pekan lalu, progresnya baru 3 persen dari total target. Salah satu alasannya, pemerintah tidak mau membayar ganti rugi secara penuh karena menganggap tanah yang terendam air telah musnah.
Sementara itu, progres konstrusi pada ruas Sayung-Demak telah mencapai 99 persen. Bahkan, jalur itu sudah dibuka sebagai jalur alternatif untuk memecah kepadatan lalu lintas di jalan pantura Demak sejak Jumat (18/11/2022).
Menurut rencana, pembukaan ruas itu akan diberlakukan hingga 2 Desember 2022. Sebagian pengguna jalan merasa terbantu dengan adanya pembukaan ruas Sayung-Demak sebagai jalur alternatif.
Akan tetapi, hampir rampungnya ruas Sayung-Demak menyisakan keresahan bagi Ahmad Suparwi (72), warga Desa Pulosari, Kecamatan Karangtengah, Demak. Alasannya, sawah Suparwi diuruk dan belum mendapatkan ganti dari pemerintah.
”Tanah saya luasnya 3.940 meter persegi, tapi yang dipakai untuk pembangunan tol itu sekitar 3.700 meter persegi. Pengurukan itu tiba-tiba di tahun 2018. Saat itu, saya belum setuju. (Sawahnya) diuruk pas masih ada padinya," kata Suparwi, Minggu (27/11/2022).
Sampai saat ini, sertifikat tanah dan surat-surat lainnya masih ada di tangan Suparwi. Bahkan, Suparwi masih rutin membayar pajak tanah tersebut. Pembayaran terakhir dilakukan pada tahun 2022.
Warga lanjut usia itu mengaku pernah dikumpulkan di Balai Desa Pulosari untuk mengikuti sosialisasi terkait pembangunan Tol Semarang-Demak pada tahun 1997. Setelah itu, tidak ada kabar apa pun lagi terkait rencana tersebut hingga tanahnya tiba-tiba diuruk pada 2018.
Nasib tanah
Berbagai upaya telah dilakukan Suparwi untuk memastikan nasib tanahnya. Ia sudah mencoba meminta penjelasan kepada pemerintah desa, pengelola jalan tol, hingga Badan Pertanahan Nasional.
Akan tetapi, Suparwi belum mendapatkan jawaban terkait persoalannya itu. Suparwi lantas melaporkan kasusnya itu ke Kepolisian Daerah Jateng pada Desember 2020. Sayangnya, upaya itu juga belum membuahkan hasil.
”Saya pernah hendak menemui Presiden Joko Widodo saat beliau mengunjungi Pasar Peterongan di Kota Semarang pada Juli 2022. Waktu itu saya ditanyai oleh Pasukan Pengaman Presiden terkait niat saya karena mungkin gelagat saya mencurigakan. Waktu itu, Paspampres bilang akan menyampaikan keluhan saya ke Presiden, tapi saya khawatir (keluhan saya) tidak sampai,” ujarnya.
Pada Senin (28/11/2022), Suprawi berencana pergi ke kantor Gubernur Jateng untuk menemui Ganjar Pranowo. Suprawi berharap, dirinya bisa segera mendapatkan uang ganti rugi. Sawah itu akan diwariskan juga kepada anak dan cucunya.
Menyikapi itu, Ganjar berencana membentuk tim khusus. Tim akan bekerja mengutamakan pendekatan personal dan diskusi hingga mencapai kesepakatan bersama.
”Saya berterima kasih kepada warga yang sudah ikhlas membantu dan kemudian yang belum, tolong dong dibantu. Kita siap dialog, apa yang mesti kita sampaikan. Tapi, intinya soal ganti rugi atau uang kerahiman, tinggal kita bicarakan sama mereka,” ucap Ganjar.
Ganjar menilai, pembangunan Tol Semarang-Demak harus segera diselesaikan. Selain untuk memecah kepadatan, tol itu juga diharapkan bisa menjadi tanggul laut dan bisa membebaskan Semarang dan Demak dari rob.
Kepala Humas PT Pembangunan Perumahan Jalan Tol Semarang-Demak, Robby Suwarna mengatakan, setelah dibuka sebagai jalur alternatif sampai dengan 2 Desember, ruas Sayung-Demak akan kembali ditutup untuk penyelesaian pembangunan. Ruas itu akan kembali dibuka secara fungsional saat H-3 arus mudik Natal dan Tahun Baru, akhir Desember. Adapun untuk target operasional ruas tersebut diperkirakan pada Januari 2023.