Pembunuh Keluarga Kandung di Magelang Minta Diselamatkan, Keluarga Besar Tolak Membantu
DDS, pembunuh orangtua dan kakaknya, meminta tolong kepada keluarga agar ia tak diproses hukum. Namun, permintaan ini langsung ditolak oleh keluarga.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
Pertemuan DDS, pembunuh orangtua dan kakak kandungnya, dengan keluarga besarnya tidak berjalan mulus. Dia minta diselamatkan dari dingin penjara. Namun, ulah nekatnya membunuh orangtua dan kakaknya masih sulit diterima kerabatnya. DDS diminta bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
Pada Senin (28/11/2022), DDS diyakini membunuh ayah-ibu, Abbas Ashar (58) dan Heri Riyani (54), serta kakaknya, Dea Chairunissa (24). Dia memasukkan racun sianida ke dalam minuman teh para korban. Kejadiannya di rumah mereka sendiri di Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Tindakan itu bukan yang pertama kalinya dilakukan DDS. Pada Rabu (23/11/2022), dia memasukkan arsenik ke dalam minuman dawet. Ketika itu, tiga anggota keluarganya baik-baik saja, mereka terselamatkan.
Atas perbuatannya, pelaku bakal dijerat Pasal 340 tentang pembunuhan berencana juncto Pasal 338 KUHP. DDS terancam penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Perjumpaan di Markas Kepolisian Resor Kota Magelang pada Selasa (29/11/2022) itu dikisahkan Agus Kustiardi (55), kakak Heri. Agus datang sebagai saksi. Adapun DDS sudah berstatus tersangka.
Menurut Agus, DDS menyapa dan menjabat tangannya. Namun, pelaku tidak berani memperlihatkan wajahnya. ”Dia memohon agar dirinya dibantu dan bisa diselamatkan dari hukuman penjara,” ujar Agus pada Kamis (1/12/2022).
Akan tetapi, Agus sudah tidak mau ambil pusing. Keluarga besar dari Abbas-Heri tidak akan mengganggu proses hukum. DDS harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya seorang diri.
Sukoco (69), kakak Heri lainnya, juga enggan berurusan dengan DDS. Dia bahkan menyebut DDS bukan bagian dari keluarganya lagi.
Selain tega membunuh keluarganya sendiri, DDS disebut telah memutarbalikkan fakta. Kepada polisi, DDS mengatakan sakit hati kepada para tersangka. Dia selama ini menyebut sebagai orang yang menanggung semua biaya pengobatan ayahnya. Padahal, dia sendiri tidak bekerja.
”Dia tidak menanggung biaya apa-apa. Heri dan suaminya sehat dan sedang tidak menjalani program pengobatan,” ujarnya.
Anwari (74), tetangga korban, ikut terpukul atas apa yang dilakukan DDS terhadap keluarganya. Dulu, ia terbiasa mengasuh DDS. ”Perbuatannya termasuk kejahatan luar biasa. Apalagi yang dibunuhnya semua adalah keluarga terdekatnya,” ujarnya.
Anwari tidak tahu pasti motif pelaku. Namun, dia mengatakan, keluarga itu terlihat tidak mengalami kesulitan keuangan.
Pelaksana Tugas Kepala Polresta Ajun Komisaris Besar Sajarod Zakun mengatakan, pihaknya masih terus memperdalam penyidikan untuk mengetahui motif pasti pelaku. ”Alasan sakit hati dan terbebani pengeluaran keluarga kami anggap ungkapan awal saja. Kami yakin masih ada motif-motif lain di balik itu,” ujarnya.