Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Ekspor Nilam Rp 2,5 Miliar ke Perancis
Kegiatan ekspor ini sangat berarti tidak hanya terkait perdagangan, tetapi juga dapat mendorong gairah petani lebih giat merawat nilam.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Provinsi Aceh, melalui Pusat Riset Nilam atau Atsiri Research Center mengekspor minyak nilam senilai Rp 2,5 miliar ke Perancis. Selain mengisi pasar global, pembuatan produk berbahan baku minyak nilam untuk kebutuhan dalam negeri tetap digenjot.
Ketua Atsiri Research Center (ARC) Syaifullah Muhammad, dihubungi Selasa (6/12/2022), menuturkan, minyak nilam yang dikirimkan ke Perancis merupakan hasil panen dari petani binaan ARC. ”Kali ini yang kita ekspor 3 ton. Pengiriman menggunakan kapal melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Besok harus sudah muat,” kata Syaifullah.
Pelepasan ekspor dilakukan oleh Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan dan Direktur PT U Green Aromatics International Faisal Al Farisi sebagai eksportir.
Minyak nilam yang diekspor itu diklaim berkualitas tinggi. Tim ARC telah memilih minyak nilam terbaik yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Selatan, Aceh Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Timur.
Sejak lama minyak nilam Aceh dikenal sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Minyak nilam juga menjadi salah satu produk unggulan Aceh.
Syaifullah menuturkan, ekspor minyak nilam yang dilakukan ARC membuka gerbang bagi petani nilam di Aceh untuk mengakses pasar dunia dengan harga jual yang kompetitif. Ekspor minyak nilam tersebut merupakan hasil kerja sama para pihak, terutama ARC, petani, pemerintah daerah, dan dunia usaha.
ARC membeli minyak nilam dari petani binaan dengan harga minimal Rp 500.000 per kilogram dan maksimal sesuai harga pasar. Harga Rp 500.000 menjadi harga batas bawah sehingga saat harga pasar di bawah itu ARC tetap akan membeli Rp 500.000. Dengan demikian, para spekulan tidak dapat mempermainkan harga.
ARC membeli minyak nilam dari petani binaan dengan harga maksimal sesuai harga pasar. Harga Rp 500.000 menjadi harga batas bawah sehingga saat harga pasar di bawah itu, ARC tetap akan membeli Rp 500.000. Dengan demikian, para spekulan tidak dapat mempermainkan harga.
Menurut Syaifullah, kegiatan ekspor ini sangat berarti tidak hanya terkait perdagangan, tetapi juga dapat mendorong gairah petani lebih giat merawat nilam. ”Dengan adanya kegiatan ekspor ini, ARC membutuhkan minyak nilam yang semakin banyak kepada petani nilam, dengan harga yang menguntungkan semua pihak,” ujar Syaifullah.
Marwan mengatakan, capaian yang ditoreh ARC cukup membanggakan. Selain membuka pintu ke pasar internasional, ARC juga terus memproduksi produk turunan nilam. Menurut Marwan, hilirisasi riset seperti yang dilakukan ARC sangat penting untuk meningkatkan nilai ekonomis komoditas nilam dan peningkatan pendapatan petani.
ARC memiliki kelompok usaha sampingan, seperti produk parfum, balsem cair, lulur, cairan cuci tangan, biolosion, pengharum ruangan, dan aroma terapi. ”Baru-baru ini ARC meluncurkan produk anti aging, produk untuk kecantikan, hasil kerja sama dengan PT Focustindo di Jawa Barat,” kata Marwan.
”Semua berkolaborasi untuk mendukung industri nilam di Aceh. Komitmen bersama inilah yang harus selalu kita kuatkan,” ucap Rektor.
Sementara itu, Faisal Al Farisi menjelaskan, kegiatan ekspor ini merupakan kolaborasi bisnis antara Universitas Syiah Kuala dan perusahaan asal Perancis, yaitu Nat Green. ”Setelah kegiatan ekspor ini, selanjutnya USK akan rutin melakukan ekspor minyak nilam setiap dua bulan sekali,” kata Faisal.