Lonjakan Kasus Demam Berdarah di Kalsel Diantisipasi
Lonjakan kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kalimantan Selatan pada awal tahun 2023 diantisipasi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Lonjakan kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kalimantan Selatan pada awal tahun 2023 diantisipasi. Hal itu mengingat wilayah Kalsel masih musim hujan. Gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik digiatkan kembali dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Diauddin menyampaikan, sudah puluhan kasus DBD dilaporkan terjadi pada Januari 2023. Sampai saat ini setidaknya sudah tercatat 66 kasus DBD di Kalsel. Tidak tertutup kemungkinan, kasus DBD akan terus bertambah karena saat ini masih musim hujan.
”DBD merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai pada musim hujan. Penyakit ini tergolong berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian,” katanya di Banjarmasin, Kamis (19/1/2023).
Sepanjang tahun 2022, kasus DBD di Kalsel mencapai 1.014 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Banjar (230 kasus), diikuti Kota Banjarbaru (140 kasus), Kabupaten Kotabaru (139 kasus), dan Hulu Sungai Tengah (109 kasus). Delapan kasus DBD di antaranya berakibat pada kematian.
Pada awal tahun 2023, Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin juga sudah melaporkan adanya satu kasus kematian akibat DBD pada pekan lalu. Namun, Diauddin mengatakan, pihaknya sejauh ini belum mendapat laporan kasus kematian akibat DBD dari kabupaten/kota. ”Angka kematian kasus DBD di tahun 2023 masih nol,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus DBD, menurut Diauddin, pihaknya sudah mengimbau dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas agar mengajak pemerintah desa ataupun kelurahan untuk bergotong royong membersihkan lingkungan dari berbagai kondisi yang memungkinkan nyamuk bersarang.
”Yang paling penting dalam penanggulangan DBD adalah membersihkan lingkungan agar bebas dari sarang nyamuk Aedes aegypti. Tindakan pengasapan (fogging) saja tidak cukup karena itu hanya bisa membunuh nyamuk dewasa,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kalsel Sukamto menambahkan, gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan peran juru pemantau jentik (jumantik) harus diaktifkan kembali dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD. Untuk mendukung gerakan tersebut, Dinas Kesehatan Kalsel siap membagikan bubuk abate secara gratis.
”Pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik harus dilakukan secara berkala. Setiap orang bisa melakukannya di rumah dan lingkungan masing-masing,” katanya.
Untuk memasifkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, menurut Sukamto, bupati dan wali kota perlu membuat surat edaran. Hal itu, misalnya, sudah dilakukan Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina melalui Surat Edaran Nomor 442.2/03/P2P/Dinkes tertanggal 4 Januari 2023.
Ibnu Sina mengimbau dan mendorong masyarakat di Kota Banjarmasin untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus (menguras, menutup, mendaur ulang, plus mencegah gigitan nyamuk) serta melakukan gerakan satu rumah satu jumantik.
”Kami berharap kabupaten/kota lain juga melakukan hal yang sama (dengan Kota Banjarmasin) dalam upaya mengendalikan kasus DBD di Kalsel,” ujar Sukamto.