Komoditas Unggulan Perkebunan Jambi Alami Tekanan Berat
Tekanan dialami petani kelapa sawit, karet, serta sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan seiring dihapuskannya subsidi pupuk. Biaya produksi semakin membengkak di tengah musim paceklik.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Sejumlah komoditas unggulan Jambi mengalami tekanan berat yang berdampak menekan kesejahteraan petani. Pemerintah perlu mengambil langkah prioritas untuk mengurangi tekanan ini.
Pengamat ekonomi dari Universitas Batanghari, Pantun Bukit, mengatakan, tekanan dialami petani kelapa sawit, karet, dan sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan seiring dihapuskannya subsidi pupuk. Biaya produksi jadi membengkak. Harga 1 zak pupuk tadinya Rp 200.000 menjadi Rp 800.000. ”Artinya, petani menanggung beban 4 kali lebih besar sejak akhir tahun lalu,” katanya, Selasa (7/2/2023).
Kenaikan biaya produksi itu ironisnya tak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Harga buah sawit yang sempat mencapai Rp 3.500 per kilogram pada Maret 2022 tak kembali lagi. Harga sawit pada pekan ini Rp 2.000 per kg, turun dari pekan lalu yang mencapai Rp 2.200 per kg.
Menurut Bujang, petani di wilayah Maro Sebo, Muaro Jambi, turunnya harga buah sawit saat ini diperparah kondisi volume panen yang menyusut selama musim trek(paceklik). Pada masa trek, hasil brondolan dan buah menurun drastis, bahkan bisa tidak menghasilkan buah sama sekali.Di wilayah itu, buah sawit yang biasanya menghasilkan 1 ton per hektar kini turun lebih dari setengah. ”Biasanya kondisi seperti ini berlangsung satu hingga dua bulan,” katanya. Namun, lanjut Bujang, masa trek kali ini lebih panjang. Menurunnya produksi sudah berlangsung menjelang Desember dan masih berlangsung sampai sekarang.
Kepala Badan Pusat Stastistik (BPS) Provinsi Jambi Agus Sudibyo mengatakan, harga dua komoditas unggulan perkebunan di Jambi mengalami penurunan. Harga minyak sawit turun 7,25 persen pada kuartal IV-2023 dibandingkan kuartal III. Sementara penurunan harga pada kuartal IV-2022 dibandingkan periode yang sama 2021 turun 29,23 persen. Begitu pula harga komoditas karet turun 8,31 persen pada kuartal IV-2022 dibandingkan kuartal III, dan turun 21,95 persen (year on year/yoy).
Secara umum, Agus menyebutkan pertumbuhan Provinsi Jambi pada kuartal IV-2022 mencapai 5,22 persen. Dari pertumbuhan itu, 30,2 persen masih disumbang dari sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Pihaknya juga mencatat produksi sawit juga meningkat jadi 2,63 juta ton pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,43 juta ton. Tak seperti volume produksinya, harga komoditas sawit dan karet turun. Kondisi itu juga berbanding terbalik dengan perkembangan harga batubara yang naik 107 persen dibandingkan harga pada tahun lalu.
Kenaikan harga batubara, menurut Pantun, kian mendorong aktivitas tambang batubara. Namun, karena infrakstuktur pengangkutan hasil tambangnya belum ada, batubara menimbulkan persoalan di masyarakat. Pengangkutannya melewati jalan umum sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat pengguna jalan akibat kemacetan yang ditimbulkan. Karena itu, ia mendorong jalan khusus cepat dibangun oleh investor batubara.
Untuk mengurangi tekanan bagi petani di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan, ia mengusulkan agar pemerintah mengambil kebijakan perluasan pasar dan pengembangan industri hilir di Jambi.