Tak Ada Jalur Alternatif, Longsor Lumpuhkan Akses di Pulau Timor
Jalan Timor Raya yang menghubungkan semua kabupaten di Pulau Timor putus akibat bencana longsor. Mobilitas orang dan barang pun lumpuh total.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN, KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
OELAMASI, KOMPAS - Longsor yang menutup badan jalan sepanjang hampir 300 meter menyebabkan jalur transportasi darat penghubung antarkabupaten/kota di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, lumpuh total. Tak ada jalur alternatif sehingga konektivitas antardaerah pun terputus. Jalur itu setiap hari dilewati ribuan kendaraan yang mengangkut puluhan ribu orang dan ribuan ton barang.
Pantauan Kompas, lokasi longsor berada di Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, yang berjarak sekitar 85 kilometer dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT. Aliran material longsor, yang mulai bergerak pada Jumat (17/2/2023) malam, terus turun hingga Sabtu petang ini.
Tanah longsor bergerak dari bukit di sisi jalan menutup ruas jalan sepanjang lebih kurang 300 meter. Tinggi material longsor lebih dari 20 meter. Material longsor kebanyakan berupa tanah dan kayu.
Antrean sepeda motor, mobil, bus antarkota, dan truk ekspedisi mengular lebih dari 2 kilometer dari masing-masing arah. Tak ada jalur alternatif yang bisa dilewati kendaraan. Mobilitas penumpang dan barang pun lumpuh total.
Setiap hari, Jalan Timor Raya dilewati ribuan kendaraan dengan mengangkut hingga puluhan ribu orang. Selain itu, juga ribuan ton barang diangkut melewati jalur tersebut hampir sepanjang waktu.
Jalur itu merupakan satu-satunya akses darat yang menghubungkan semua kabupaten/kota di Pulau Timor, termasuk dari Kota Kupang ke Dili, ibu kota negara Timor Leste. Kabupaten/kota dimaksud adalah Kota Kupang serta Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, dan Malaka.
Tak ada jalur alternatif yang dapat dilewati kendaraan. Para penumpang berjalan kaki menyisiri tebing yang licin dan rawan longsor. Akibat kondisi itu, ada jenazah dan orang sakit yang digotong warga melewati jalan setapak itu.
Hingga Sabtu petang, empat ekskavator terus memindahkan material longsor. ”Ini butuh waktu lebih dari satu minggu baru bisa selesai. Material terlalu tebal,” kata Wakil Kepala Polres Kupang Komisaris Yulius Lau, yang memantau langsung di lapangan.
Sambil menunggu pembersihan jalan dari material, Pemerintah Kabupaten Kupang sedang menyurvei salah satu jalur yang mungkin bisa dilewati kendaraan. Pada Sabtu petang, tim bergerak melakukan pemetaan.
”Satu jalur itu jaraknya bisa sampai 30 kilometer dan masuk ke dalam aliran sungai. Ini masih dalam rancangan kami. Nanti akan dikaji dulu,” tutur Teldi Sanam, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kupang.
Tidak operasi, tapi pengeluaran jalan terus untuk makan saya dan kondektur.
Untuk mempercepat proses pembersihan jalan dari material, lanjut Teldi, pihaknya meminta agar didatangkan lagi dua ekskavator. Pengerjaan jalan itu di bawah tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengingat Jalan Timor Raya merupakan jalan nasional.
Di sisi lain, masyarakat berharap proses pembersihan jalan bisa berjalan lebih cepat. Terhentinya mobilitas akan mematikan kegiatan ekonomi di daerah itu. Pergerakan penumpang dan barang pun terhenti.
Andre Klau (38), sopir bus, menuturkan, dirinya kehilangan pendapatan sekitar Rp 1,5 juta per hari. Dia membawa bus untuk rute Atambua-Kota Kupang. Kini, bus itu tertahan dari arah Kupang. ”Tidak operasi, tapi pengeluaran jalan terus untuk makan saya dan kondektur. Uang makan kami tiga orang Rp 250.000 per hari. Kami irit-irit,” katanya.
Alexander Moi (50), sopir ekspedisi, menyebutkan, terhambatnya distribusi barang ke beberapa kabupaten itu akan berdampak pada kenaikan harga barang. Barang yang diangkut kebanyakan bahan pokok.
Hampir semua barang kebutuhan pokok di Pulau Timor diangkut truk ekspedisi dari Pelabuhan Tenau Kupang. Ada pelabuhan lain yang menjadi pintu masuk, seperti Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Atapupu di Kabupaten Belu. Namun, barang yang masuk ke sana terbatas.