Warga Pulau Timor Terpaksa Mengakses Jalan Berbahaya
Belasan warga terjatuh di jalur jalan setapak. Mereka menghindari longsor yang menutupi Jalan Timor Raya.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
OELAMASI, KOMPAS — Hingga Minggu (19/2/2023) petang, jalur utama di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, yang lumpuh total akibat longsor belum bisa ditembus kendaraan. Warga terpaksa melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki melewati setapak terjal dan berisiko terhadap keselamatan mereka.
Longsor menutup ruas Jalan Timor Raya, tepatnya di Kelurahan Takari, Kabupaten Kupang. Lokasi tersebut berada sekitar 85 kilometer dari Kota Kupang, ibu kota NTT. Longsor mulai terjadi pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari.
Hingga Minggu petang, penumpang berbagai kendaraan yang berdatangan dari dua arah itu turun lalu melipir melewati jalan setapak. Mereka berjalan di tengah hutan dengan medan berupa tanjakan dan turunan yang terjal.
Beberapa pelintas sempat jatuh dan terguling sehingga mengalami luka ringan. ”Dari Sabtu kemarin, mungkin sudah belasan orang yang jatuh. Coba kalau jalur ini dirapikan dulu karena tidak ada jalur lain lagi. Ini satu-satunya,” kata Empos (45), warga setempat.
Di jalur sepanjang kurang dari 1 kilometer itu, warga memikul peti jenazah dan juga orang sakit. Sejak Sabtu, sudah lima jenazah dilewatkan. Lebih dari 20 orang secara bergantian membawa peti jenazah yang datang dari dua arah.
Untuk memperlancar perlintasan di jalur itu, warga setempat menawarkan jasa. Untuk mengangkut barang dipatok tarif berkisar Rp 20.000 hingga Rp 50.000. Untuk sepeda motor, satu unitnya Rp 150.000. Tarif itu dinilai terlalu mahal.
Jalan Timor Raya merupakan jalur darat paling ramai di NTT. Transportasi dari Kota Kupang ke sejumlah wilayah Kabupaten Kupang serta semua wilayah pada empat kabupaten harus melewati jalur itu. Tak ada jalur alternatif.
Kabupaten lain dimaksud adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Belu. Setiap hari, ribuan kendaraan, ratusan ribu orang, dan ribuan ton barang diangkut melewati jalur tersebut. Seketika, mobilitas di jalur itu lumpuh total.
Mulai Sabtu siang, alat berat didatangkan untuk membersihkan material. Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional NTT Agustinus Junianto mengatakan, kini tujuh ekskavator dan dua loader dikerahkan ke lokasi longsor.
Berdasarkan perhitungan mereka, kata Agustinus, badan jalan yang tertutup longsor sekitar 250 meter dengan ketinggian rata-rata 6 meter. Material longsor kebanyakan berupa tanah, kayu, dan batu kapur.
Kendala yang dihadapi sejauh ini adalah material tanah yang terus turun dari atas bukit. ”Dalam perkiraan kami, paling cepat sekitar satu minggu baru selesai. Ini dengan catatan, tidak ada lagi pergerakan tanah dari atas,” katanya.
Andre Bano (50), warga setempat, menuturkan, longsor itu terjadi tidak pada saat hujan. Sebelumnya, hujan mengguyur daerah itu selama hampir dua pekan dan baru berhenti sekitar empat hari sebelum terjadi longsor. ”Masyarakat tidak menduga. Bersyukur tidak ada korban jiwa, juga tidak ada rumah yang rusak,” katanya.
Pada saat longsor, sebuah truk tronton melintas sehingga tertutup material. Sopir dan seorang lagi berhasil lolos. Hingga Minggu petang, tronton masih terkubur material longsoran.
Menurut Andre, di atas bukit itu terdapat cekungan air, semacam embung alami. Ia menduga, air dari cekungan itu terus meresap sehingga tanah di bawahnya menjadi tidak solid. ”Apalagi (tanah) di sini bukan tanah batuan, jadi lama-lama pasti ambruk juga,” ucapnya.
Ia mengakui, longsor juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang suka menebang pohon di atas bukit. Banyak pohon yang berdiameter hingga 3 meter kini tidak terlihat lagi. Hutan di sekitar itu mulai gundul.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kupang Semi Tinenti mengatakan, belasan keluarga yang dianggap rawan terkena longsor sudah dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Kini mereka tinggal di rumah keluarga dan kerabat.
”Mereka bangun rumah di dekat tebing yang di atasnya sudah gundul. Ini sangat berisiko. Kejadian longsor tiba-tiba ini harus menjadi pelajaran bagi kita agar selalu menjaga hutan,” katanya.