Dilaporkan Hilang, Dosen UII Diduga Matikan Alat Komunikasi sejak di Istanbul
Meski sudah terdeteksi masuk ke AS, keberadaan dosen UII, Ahmad Munasir Rafie Pratama, belum diketahui. Berdasarkan penelusuran kepolisian, Ahmad diduga mematikan semua alat komunikasinya sejak berada di Istanbul, Turki.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO, REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski sudah terdeteksi masuk ke Boston, Amerika Serikat, keberadaan dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Ahmad Munasir Rafie Pratama, belum diketahui. Berdasarkan penelusuran kepolisian, Ahmad diduga mematikan semua alat komunikasinya sejak berada di Istanbul, Turki.
Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Inspektur Jenderal Krishna Murti, Selasa (21/2/2023), mengatakan, Ahmad diketahui masuk ke Boston pada 13 Februari 2023. Hal itu diketahui berdasarkan data yang dikeluarkan oleh US Customs and Border Protection.
Krishna menyebut, berdasar bukti elektronik yang didapat kepolisian, Ahmad memesan tiket dengan rute Istanbul-Boston sejak dirinya masih berada di Jakarta. Selama beberapa tahun terakhir, Ahmad juga diketahui beberapa kali berkunjung ke Amerika Serikat (AS).
Apalagi, dosen Jurusan Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) itu pernah menempuh pendidikan doktoral di AS. Ahmad meraih gelar doktor dari Stony Brook University, AS, pada 2019.
”Kami punya list (daftar) keluar-masuk yang bersangkutan ke Amerika selama beberapa tahun terakhir, kurang lebih delapan kali kami dapatnya,” kata Krishna.
Sebelumnya diberitakan, Ahmad dilaporkan hilang kontak setelah mengikuti kunjungan bersama tim UII ke University of South-Eastern Norway di Norwegia. Pada Minggu (12/2), Ahmad dijadwalkan terbang dari Oslo, Norwegia, ke Jakarta melalui Istanbul.
Akan tetapi, Ahmad kemudian tidak bisa dikontak dan tidak diketahui keberadaannya. Belakangan, dia diketahui masuk ke AS melalui Boston.
Krishna mengungkapkan, saat berada di Istanbul, Ahmad mematikan semua saluran komunikasinya. Dia menambahkan, Polri sudah mengetahui nomor ponsel yang digunakan Ahmad di AS. Namun, nomor tersebut tidak aktif. Untuk mendapatkan nomor tersebut, pengunjung dari luar AS hanya perlu menunjukkan paspor.
Kami punya list keluar-masuk yang bersangkutan ke Amerika selama beberapa tahun terakhir, kurang lebih delapan kali kami dapatnya.
Untuk sementara, Krishna menyatakan, Ahmad tidak hilang, tetapi hanya mengubah rute perjalanan ke Boston dengan kepentingan yang belum diketahui. Namun, apabila ada bukti petunjuk lainnya, kepolisian akan mendalaminya.
Kepolisian juga sudah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di sejumlah negara, misalnya Norwegia, Turki, dan AS.
Sementara itu, Rektor UII Fathul Wahid yakin sangat kecil kemungkinan Ahmad terlibat dalam jaringan organisasi terlarang di AS. Tanpa membeberkan lebih jauh, dia menyebut pendapat itu berdasarkan rekam jejak Ahmad selama ini.
”Ahmad sering berkunjung ke sana (AS). Selain karena pernah menempuh pendidikan doktor di salah satu universitas, dia memiliki proyek-proyek penelitian di negara tersebut,” katanya.
Fathul menambahkan, UII terus berkomunikasi dengan keluarga Ahmad di Indonesia. Dia pun meminta istri Ahmad tetap bersyukur karena suaminya sudah diketahui keberadaannya.
Selain itu, Fathul juga meminta media massa tidak membuat berita yang menyudutkan atau memberikan beban bagi Ahmad dan keluarganya. ”Jangan sampai pemberitaan yang banyak beredar justru menjadi alasan baru bagi Ahmad untuk tidak pulang,” ujarnya.