Pergerakan tanah di lokasi longsor mengancam keselamatan pengguna Jalan Timor Raya. Oleh karena itu, pembukaan jalur baru diperlukan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
OELAMASI, KOMPAS — Pergerakan tanah di lokasi longsor Jalan Timor Raya, Nusa Tenggara Timur, dinilai membahayakan pengguna jalan. Pemerintah diharapkan membuka jalan permanen yang agak jauh dari jalur lama yang rawan longsor itu. Bagaimanapun keselamatan pengguna jalan tidak boleh diabaikan.
Ruas jalan yang terkena longsor itu tepatnya di Kelurahan Takari, Kabupaten Kupang. Dari Kota Kupang, ibu kota NTT, lokasi longsor berjarak lebih kurang 85 kilometer. Longsor terjadi pada Jumat (17/2/2023) malam hingga Sabtu (18/2/2023) dini hari.
Longsor memutus akses transportasi dari Kota Kupang ke empat kabupaten. Akibatnya, mobilitas di jalur utama Pulau Timor itu lumpuh total. Setiap hari, Jalan Timor Raya dilewati ribuan kendaraan dengan jumlah penumpang puluhan bahkan hingga ratusan ribu orang. Ribuan ton barang juga diangkut melalui jalur itu.
Hingga Rabu (22/2/2023), tanah di lokasi longsor terus bergerak mengancam jalan darurat yang dibuka di sisi utara titik longsoran. Padahal, setiap hari, jalur darurat sepanjang lebih kurang 250 meter itu dilewati ribuan kendaraan roda dua dan roda empat.
Demi keselamatan pengguna jalan, ketika terjadi hujan lebat, jalan darurat ditutup sementara. Hujan membuat material yang menggunung di sisi selatan bergeser menutup badan jalan darurat. Material membuat ketebalan lumpur di jalan darurat semakin tinggi.
”Khawatirnya, ketika kendaraan terjebak di tengah, tiba-tiba datang lagi material dengan volume yang lebih banyak. Kendaraan bisa terkubur. Ini yang berbahaya,” kata Lukas Seran (45), pengendara yang melintasi titik itu pada Rabu pagi.
Berkaca pada kejadian longsor besar pada Jumat lalu, sebuah truk tronton terjebak sebelum akhirnya datang material lebih banyak dan mengubur truk itu. Hingga Rabu ini, truk masih tertimbun di dalam lumpur dengan ketebalan lebih dari 10 meter.
Elfrid V Saneh, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Kupang, mendorong pemerintah agar membuka jalur baru. Jalur di sisi utara longsoran itu sepanjang lebih kurang 580 meter. Lokasi itulah yang kini dibuka sebagai jalan darurat khusus jalur kendaraan besar, seperti bus dan truk pengangkut peti kemas.
”Tinggalkan saja longsoran itu lalu fokus membuka jalan baru. Kalau melihat kondisi dan pergeseran tanah terus-menerus, pilihan relokasi menjadi solusi yang terbaik,” kata Elfrid. Konsekuensinya adalah pembebasan lahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Kondisi bukit yang tidak stabil menyebabkan tingkat kerentanan semakin tinggi.
Menurut dia, kondisi bukit yang tidak stabil menyebabkan tingkat kerentanan semakin tinggi. Bukan tak mungkin, jika dibiarkan, dapat menimbulkan korban jiwa di kemudian hari. ”Bagaimanapun untuk risiko korban jiwa tidak boleh ditawar. Ini harus jadi prioritas,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Geologi juga mengingatkan kepada masyarakat, termasuk pengguna jalan, agar meningkatkan kewaspadaan akan potensi terjadinya longsor susulan di tempat itu. Para pengguna jalan agar memperhatikan kestabilan material dan cuaca (Kompas.id, 21/2/2023).
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kupang Teldi Sanam mengatakan, pemerintah masih fokus membangun jalur darurat agar bisa dilalui kendaraan pengangkut logistik. Belum ada rencana relokasi jalur dengan membuka jalan baru sebab memerlukan kajian mendalam.
Di sisi lain, pembersihan di titik longsor masih terus dilakukan. Pembersihan menunjukkan kemajuan berarti. Kendati demikian, ia mengakui, pergerakan tanah menghambat laju pembersihan jalan dari material longsor dan dapat mengancam keselamatan pelintas.