Jatim dan Jepang terus mempererat persaudaraan melalui kemitraan bukan sekadar dalam bidang ekonomi, melainkan sosial dan budaya mengingat hubungan keduanya telah ada sejak periode 1890 di masa Hindia-Belanda.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Jepang berkomitmen mempererat persaudaraan melalui kemitraan ekonomi, sosial, dan budaya. Komitmen itu kembali ditegaskan dalam Resepsi Perayaan Hari Ulang Tahun ke-63 Kaisar Jepang Naruhito di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/2/2023) malam.
Menurut Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, kemitraan dengan Jepang telah terjalin amat lama. Bahkan, program provinsi kembar Jatim dan Osaka (prefektur) sudah berlangsung sejak 1984. Hampir empat dekade kedua pihak bekerja sama di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, kepemudaan, dan pelabuhan.
Surabaya, ibu kota Jatim, juga menjalin program kota kembar dengan Kochi, ibu kota Prefektur Kochi, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
”Melalui sister province, kemitraan dipererat bukan sekadar pariwisata, perdagangan, dan investasi, melainkan sosial dan kebudayaan,” ujar Emil, doktor lulusan Universitas Ritsumeikan, Kyoto, Jepang.
Bangsa Jepang dan Jawa, termasuk Mataraman di Jatim, punya kemiripan kultural, misalnya keramahan, membungkuk untuk menghormati, dan memiliki tingkatan bahasa. Berbagai kemiripan itu sepatutnya mengeratkan kemitraan dan persaudaraan.
Emil melanjutkan, kemitraan dengan Jepang termasuk dalam masa pandemi Covid-19. Tahun lalu, saat pandemi dianggap terkendali, ekonomi provinsi berjuluk Brang Wetan ini tumbuh 5,34 persen atau di atas nilai pertumbuhan nasional.
Lebih khusus, menurut Emil, sudah ada pengusaha dari Jatim yang memasok kebutuhan pangan di Jepang. ”Mereka juga membangun ritel-ritel di Jepang. Jadi, hubungan Jatim dan Jepang tetap strategis,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim, ekspor nonmigas pada Januari 2023 mencapai 1,63 miliar dollar AS. Nilai ekspor tertinggi ternyata ke Jepang dengan 300,11 juta dollar AS. Urutan berikutnya ialah Amerika Serikat dengan 234,42 juta dollar AS dan China dengan 187,35 juta dollar AS.
Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Takeyama Kenichi mengatakan, Jepang memulai hubungan dengan Indonesia dari Jatim. Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya didirikan pada 1920 saat masih dalam masa pemerintah kolonial Hindia Belanda.
”Sejak 1890-an, ketika zaman Hindia Belanda, sudah ada warga Jepang yang tinggal di Surabaya dengan membuka toko-toko,” kata Kenichi dalam sambutan resepsi.
Dari sana, Jepang memulai misi diplomatik dengan mendirikan Konsulat Jenderal di Surabaya pada 1920. Sampai saat ini, ada lebih dari 150 perusahaan dari ”Negeri Sakura” beroperasi di Jatim.
Kenichi melanjutkan, untuk memperingati 40 tahun hubungan Jatim-Osaka, di Jepang akan diadakan Osaka Expo 2025. Surabaya dan Kochi juga telah memperingati 25 tahun hubungan kota kembar.
Dalam waktu dekat juga akan diadakan Pameran Fukui atau Fukui Japan Fair 2023 di Surabaya untuk promosi prefektur itu kepada dunia.
Kenichi yang senang mendaki Gunung Penanggungan di Jatim mengatakan, tahun depan, kereta kilat Hokuriku Shinkanzen akan melayani jalur Tokyo-Fukui.
”Jepang juga kian mengembangkan fasilitas yang ramah bagi umat Islam sehingga kian menarik dikunjungi,” ujarnya.
Kenichi mengatakan, festival bunga sakura atau Hanami di mana warga dapat menikmati bunga sakura mekar berlangsung Maret-April 2023. Dalam masa itu, Jepang biasanya ramai dikunjungi wisatawan mancanegara.
Jepang telah membuka kembali pintu perbatasan sejak Oktober 2022 sehingga negeri itu dapat dikunjungi untuk kepentingan bisnis, wisata, dan studi. Sejak saat itu, konsulat di Surabaya menerima 200-300 permohonan visa setiap hari.
”Pengajuan visa di konsulat kami berada di urutan ke-20 di antara kedutaan besar dan konsulat Jepang di seluruh dunia,” kata Kenichi.