Temuan Potongan Kaki di Karanganyar, Sampel Darah Keluarga Orang Hilang Diperiksa
Kepolisian masih menyelidiki penemuan potongan kaki manusia di kawasan air terjun Grojogan Sewu, Karanganyar, Jawa Tengah. Sekitar sepekan sebelum penemuan itu terdapat laporan orang hilang dari lingkungan setempat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KARANGANYAR, KOMPAS – Kepolisian terus menyelidiki kasus penemuan potongan kaki manusia di kawasan air terjun Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sekitar sepekan sebelum penemuan itu terdapat laporan orang hilang dari lingkungan setempat. Sampel darah keluarga orang yang hilang itu pun diperiksa di laboratorium forensik untuk mengetahui apakah dua peristiwa tersebut berhubungan.
Penemuan potongan kaki itu berawal dari swafoto yang dilakukan sejumlah wisatawan di aliran sungai yang terdapat di kawasan Grojogan Sewu, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Kamis (23/2/2023). Setelah penemuan itu, aparat kepolisian dan sukarelawan melakukan penyisiran di sepanjang aliran sungai.
Hasilnya, pada Jumat (24/2/2023) kembali ditemukan bagian tubuh lainnya dengan jarak sekitar 300 meter dari lokasi penemuan awal. Bagian tubuh yang ditemukan itu sudah rusak sebagian.
Kaki kanannya hilang. Tinggal tersisa kepala, tangan kanan dan kiri, serta kaki kiri. Temuan itu seperti melengkapi potongan kaki kanan manusia yang lebih dahulu didapatkan sehari sebelumnya. Adapun bagian kepala terkelupas pada sisi belakangnya.
Kepala Kepolisian Resor Karanganyar Ajun Komisaris Besar Jerrold Hendra Yusuf Kumontoy mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Tim Indonesia Aoutomatic Fingerprint Identification System (Inafis). Namun, hingga sekarang belum diketahui jenis kelamin dari jasad yang ditemukan.
”Untuk jenis kelamin, masih menunggu. Masih dalam pemeriksaan. Kami mohon agar bisa dimaklumi. Harapannya kasus ini bisa cepat terungkap,” kata Jerrold di Markas Polres Karanganyar, Jumat sore.
Jerrold menyampaikan, polisi sudah memeriksa sejumlah saksi terkait dengan penemuan potongan kaki tersebut. Para saksi itu terdiri dari petugas jaga, wisatawan, dan satu keluarga yang baru saja melaporkan kehilangan kerabatnya.
Orang yang dilaporkan hilang itu bernama Satiyem (81). Ia merupakan warga Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu. Desa itu berjarak sekitar 5 kilometer dengan lokasi penemuan potongan tubuh tersebut. Satiyem hilang sejak 16 Februari 2023 atau satu pekan sebelum ditemukannya potongan kaki hingga jasad yang tidak utuh itu.
Tiga kerabat Satiyem juga diambil sampel darahnya oleh aparat kepolisian. Ketiga orang itu adalah adik Satiyem, yaitu Sutinem (75), dan dua keponakan Satiyem, yakni Maryono (48) dan Suparmi (49). Sampel tersebut akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium forensik untuk membantu proses identifikasi. Sebab, jasad ditemukan dalam kondisi rusak sebagian sehingga sulit dikenali.
”Keluarga yang kehilangan, kami belum tahu (apakah ada hubungannya dengan penemuan potongan tubuh), apakah itu identik. Nanti menunggu hasil otopsi baru kami akan melakukan pendalaman kembali,” kata Jerrold.
Pada Jumat (24/2/2023) kembali ditemukan bagian tubuh lain dengan jarak sekitar 300 meter dari lokasi penemuan awal. Bagian tubuh yang ditemukan itu sudah rusak sebagian.
Ditemui terpisah, Maryono, keponakan Satiyem, meyakini, bagian tubuh yang ditemukan itu adalah milik Satiyem. Ia mengenali bentuk kaki Satiyem yang baru saja dipotong kukunya. Pihak keluarga berharap segera memperoleh kejelasan mengenai nasib kerabatnya yang hilang tanpa kabar tersebut.
Sebelum menyadari Satiyem pergi dari rumah, Maryono merenovasi atap rumah yang ditinggali bibinya itu. Saat itu, ia melihat pintu kamar Satiyem terbuka. Namun, ia menganggapnya sebagai hal yang wajar. Baru pada sore hari Satiyem diketahui tidak lagi berada di kamarnya. Maryono mencoba mencari ke ladang, tetapi sang bibi tidak ditemukan.
”Biasanya, kalau tidak pulang begini, dia pergi ke dusun sebelah, yaitu Dusun Dawuhan. Masih di Desa Blumbang. Bude (Satiyem) lahirnya di sana. Beliau itu memang sudah pikun, tetapi masih kuat berjalan. Saya kaget, kok besoknya (Jumat) diberi kabar kalau bude tidak pergi ke Dusun Dawuhan,” kata Maryono.
Selanjutnya, menurut Maryono, keluarga bersama warga desa berbondong-bondong mencari keberadaan Satiyem. Mereka mendatangi dusun-dusun tetangga hingga menyusuri sungai terdekat, yaitu Sungai Samin, yang alirannya juga menuju ke Grojogan Sewu.
Sungai tersebut turut disusuri karena menjadi jalur yang biasa dilewati Satiyem untuk menuju Dusun Dawuhan. Adapun jarak sungai dengan tempat tinggal Satiyem hanya sekitar 100 meter.
”Saya meyakini, itu yang ditemukan (potongan tubuh) bude (Satiyem). Bentuknya mirip. Dan, kalau ke Dawuhan, memang lewat sungai ini. Kebetulan sungai ini alirannya sampai ke Grojogan Sewu itu,” kata Maryono.