Titik Terang ”Hilangnya” Dosen UII, Kondisi Kesehatan Jadi Alasan Ubah Rute Penerbangan
Kasus ”hilangnya” dosen Universitas Islam Indonesia, Ahmad Munasir Rafie Pratama, akhirnya menemui titik terang. Ahmad telah berhasil diajak berkomunikasi. Dia mengaku mengubah rute penerbangan karena alasan kesehatan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kasus dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Ahmad Munasir Rafie Pratama, yang dilaporkan hilang, akhirnya menemui titik terang. Manajemen UII menyatakan telah berhasil menjalin komunikasi dengan Ahmad. Dalam komunikasi itu, Ahmad mengaku mengalihkan penerbangan ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan.
”UII bersyukur karena upaya pelacakan keberadaan AMRP (Ahmad Munasir Rafie Pratama) yang hilang kontak telah membuahkan hasil. AMRP telah membalas korespondensi e-mail (surat elektronik) yang dikirimkan UII,” kata Rektor UII Fathul Wahid dalam keterangan tertulis, Jumat (24/2/2023) sore.
Sebelumnya diberitakan, Ahmad dilaporkan hilang kontak setelah mengikuti kunjungan bersama tim UII ke University of South-Eastern Norway di Norwegia. Pada 12 Februari 2023, Ahmad dijadwalkan terbang dari Oslo, Norwegia, ke Jakarta melalui Istanbul, Turki.
Akan tetapi, Ahmad kemudian tidak bisa dikontak dan tidak diketahui keberadaannya. Belakangan, Ahmad yang merupakan dosen Jurusan Informatika UII diketahui masuk ke AS melalui Boston.
Fathul menyatakan, berdasarkan penjelasan yang dikirimkan melalui e-mail, Ahmad menyebut kondisi kesehatannya menjadi penyebab pengalihan rute penerbangannya ke AS. Belum ada penjelasan detail mengenai kondisi kesehatan yang disebut Ahmad itu.
”UII telah mencermati alasan kondisi kesehatan AMRP yang menjadi penyebab pengalihan rute penerbangan ke Amerika Serikat dan disampaikan melalui penjelasan AMRP di dalam balasan e-mail,” tutur Fathul.
Dalam e-mail tersebut, Ahmad juga menyampaikan permohonan maaf kepada Rektor UII dan seluruh sivitas akademika universitas itu atas kegaduhan yang muncul terkait masalah ini. ”UII mendoakan semoga AMRP lekas mendapatkan kembali kesehatan yang prima. UII akan memberi pendampingan dan dukungan layanan kesehatan bagi AMRP apabila diperlukan,” ujar Fathul.
Namun, Fathul juga menyebut, tindakan Ahmad yang mengalihkan perjalanan ke AS tanpa pemberitahuan ke UII itu patut diduga sebagai tindakan indisipliner. Sebab, Ahmad telah meninggalkan tanggung jawabnya yang menyebabkan dampak terhadap tata laksana organisasi UII. Oleh karena itu, UII akan membentuk tim untuk menindaklanjuti masalah tersebut.
”Untuk melakukan verifikasi atas dugaan tersebut, UII akan membentuk tim berdasarkan regulasi yang berlaku di UII,” ungkap Fathul.
Fathul memaparkan, UII juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelusuran Ahmad, terutama Kementerian Luar Negeri beserta jajarannya, Polri, dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dia menambahkan, setelah adanya penjelasan resmi dari UII, diharapkan tidak ada lagi spekulasi mengenai kasus hilangnya Ahmad.
”UII berharap, rilis media ini dapat mengakhiri spekulasi yang berkembang di tengah publik,” tutur Fathul.
UII telah mencermati alasan kondisi kesehatan AMRP yang menjadi penyebab pengalihan rute penerbangan ke Amerika Serikat.
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Inspektur Jenderal Krishna Murti mengatakan, Ahmad masuk ke Boston pada 13 Februari 2023. Hal itu diketahui berdasarkan data yang dikeluarkan US Customs and Border Protection.
Krishna menyebut, berdasar bukti elektronik yang didapat kepolisian, Ahmad memesan tiket dengan rute Istanbul-Boston sejak masih di Jakarta. Selama beberapa tahun terakhir, Ahmad juga diketahui beberapa kali berkunjung ke AS.
Apalagi, dosen yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Teknologi Industri UII itu pernah menempuh pendidikan doktoral di AS. Ahmad meraih gelar doktor dari Stony Brook University, AS, pada 2019.
”Kami punya list (daftar) keluar-masuk yang bersangkutan ke Amerika selama beberapa tahun terakhir, kurang lebih delapan kali kami dapatnya,” kata Krishna.
Krishna mengungkapkan, saat berada di Istanbul, Ahmad mematikan semua saluran komunikasinya. Oleh karena itu, Krishna menduga, Ahmad tidak hilang, tetapi hanya mengubah rute perjalanan ke Boston.