Hutan Penyangga Taman Nasional Tesso Nilo Dirambah, KLHK Diminta Bertindak
Hutan desa di Kenegerian Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau, dilaporkan menjadi korban pembalakan liar. Padahal, hutan tersebut merupakan penyangga Taman Nasional Tesso Nilo. Pemerintah pusat diminta turun tangan.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Aktivitas pembalakan liar dilaporkan marak terjadi di hutan desa di Kenegerian Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau. Padahal, hutan tersebut merupakan penyangga Taman Nasional Tesso Nilo. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diminta turun tangan untuk menindak tegas perambahan hutan itu.
Ulil Amri, pendamping hutan desa dari Yayasan Mitra Insan, Rabu (8/3/2023), mengatakan, aktivitas pembalakan liar itu ditemukan dalam patroli yang dilakukan oleh tim gabungan beberapa pihak pada 4-5 Maret 2023.
Tim gabungan itu terdiri atas sejumlah unsur, misalnya lembaga pengelola hutan desa (LPHD), perangkat desa, tokoh masyarakat, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Sorek. Secara administratif, hutan desa yang dirambah itu berlokasi di Desa Gunung Sahilan dan Desa Sahilan Darussalam, Kecamatan Gunung Sahilan.
Ulil menyebut, hasil patroli tim itu menemukan banyak pembalakan liar di kawasan hutan tersebut. Pelaku perambahan juga telah membuka akses jalan ke tengah hutan desa. Selain itu, juga ada aktivitas pembersihan lahan atau steking yang diduga untuk perkebunan kelapa sawit.
”Terjadi perambahan atau steking areal hutan alam sekitar 500 hektar. Sudah dibuat kanal-kanalnya, petak-petaknya, dan ada akses jalan per zona-zonanya. (Sepertinya) Sudah direncanakan untuk target besar,” kata Ulil saat dihubungi dari Padang, Sumatera Barat, Rabu.
Ulil memaparkan, saat berada di lokasi, tim patroli juga menemukan sejumlah pekerja yang sedang membuka lahan dengan alat berat. Setidaknya ada tiga ekskavator yang ditemukan di lokasi. Namun, para operator alat berat itu langsung melarikan diri ketika melihat tim patroli datang.
Ia menduga, aktivitas pembalakan liar itu melibatkan pemodal besar. Adapun pelaksana lapangannya adalah masyarakat. ”Sepertinya ada pemodal besar karena perambahannya tidak skala kecil. Mereka menggunakan alat berat,” ujarnya.
Ulil menuturkan, perambahan di hutan desa itu sudah lama terjadi. Beberapa bulan lalu, LPHD juga melaporkan temuan aktivitas perambahan kepada sejumlah pihak, antara lain Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau, petugas Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) KLHK di Riau, dan kepolisian. Namun, sampai saat ini tidak ada respons memadai.
”Masyarakat meminta KLHK melakukan penegakan hukum. Mereka sudah lapor (temuan perambahan hutan desa ini) ke mana-mana, ke DLHK, Balai Gakkum, dan polisi, tetapi tidak ada eksekusi,” katanya.
Padahal, menurut Ulil, hutan desa Kenegerian Gunung Sahilan itu merupakan penyangga Taman Nasional Tesso Nilo dan bagian dari program Restorasi Ekosistem Tesso Nilo (RETN) melalui skema perhutanan sosial. Dua desa itu mendapatkan surat keputusan (SK) hak pengelolaan hutan desa (HPHD) pada 2017. Luas hutan tersisa saat itu 2.849 hektar.
”SK HPHD Kenegerian Gunung Sahilan diserahkan Presiden Joko Widodo di Istana Presiden. Sekarang wilayah hutan itu hancur-hancuran. Setiap LPHD melaporkan kasus perambahan, sampai sekarang belum ada penyelesaian. LPHD sudah bingung hendak lapor ke mana lagi,” ungkapnya.
Sepertinya ada pemodal besar karena perambahannya tidak skala kecil. Mereka menggunakan alat berat.
Ulil menambahkan, jika perambahan itu terus dibiarkan, polemik di masyarakat desa akan terus berkecamuk karena hutan tersebut merupakan aset desa. Hutan yang semestinya bisa dimanfaatkan masyarakat desa justru sekarang dinikmati oleh individu. Perusakan hutan ini juga menghancurkan impian program Riau Hijau.
”Akan hancur juga impian Menteri LHK (Siti Nurbaya Bakar) untuk RETN karena hutan itu kawasan penyangga. Taman Nasional Tesso Nilo itu, kan, rumah gajah sumatera. Jika habis hutan yang tersisa itu, gajah akan menyerang permukiman dan perkebunan masyarakat sekitar,” tuturnya.
Kompas telah berupaya meminta tanggapan Kepala Dinas DLHK Riau Mamun Murod atas laporan maraknya perambahan hutan desa di Kenegerian Gunung Sahilan itu. Walakin, Murod tidak merespons pesan teks Whatsapp dan panggilan telepon Kompas.
Kepala Balai Gakkum LHK KLHK Wilayah Sumatera Subhan mengaku belum mendapatkan informasi mengenai perambahan hutan penyangga Taman Nasional Tesso Nilo itu. ”Saya cari info dulu, ya,” katanya via pesan teks Whatsapp.
Sementara itu, saat dihubungi Kompas, Direktur Jenderal Gakkum LHK KLHK Rasio Ridho Sani mengarahkan untuk wawancara dengan Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengamanan KLHK Sustyo Iriyono.
Namun, ketika dihubungi, Sustyo mengatakan belum bisa diwawancarai. ”Saya masih di lapangan hutan Pati, ya. Hingga Jumat saya di lapangan. Minggu depan baru bisa (wawancara),” katanya melalui pesan teks Whatsapp.