Harimau Sumatera di Aceh Mati Lagi akibat Ulah Manusia
Sejak 2019 hingga 2022, ada 19 harimau sumatera mati, sebagian besar karena perburuan. Aceh menjadi salah satu daerah dengan kematian harimau akibat ulah manusia.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
TAPAKTUAN, KOMPAS — Ulah manusia terus menyebabkan kematian harimau sumatera yang keluar dari kawasan hutan. Sabtu (11/3/2023), satu harimau sumatera di Aceh Selatan, Aceh, mati akibat sling baja yang dipasang warga untuk menjerat babi hutan.
Bangkai harimau itu ditemukan pada Sabtu oleh tim patroli lembaga konservasi di Desa Buket Meuh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan. Ditemukan di perkebunan warga atau di luar kawasan hutan, seutas sling baja melilit lehernya.
Dari hasil identifikasi, harimau betina itu berusia sekitar 7 tahun. Berat badannya 80 kilogram dengan panjang 220 sentimeter dan tinggi 82 sentimeter.
Kematian ini rawan menghambat penambahan populasi. Harimau betina bisa hamil pada usia empat tahun dan maksimal bisa melahirkan tiga anak.
”Di lokasi temuan bangkai ditemukan jerat jaring yang digunakan untuk menjerat babi,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Gunawan Alza, dihubungi Minggu (12/3/2023).
Ke depan, Gunawan meminta warga tidak memasang jerat kawat, jerat listrik tegangan tinggi, hingga racun. Semua orang yang melakukannya, kata dia, dapat dikenakan sanksi pidana.
Kepala Polres Aceh Selatan Ajun Komisaris Besar Nova Suryandaru mengatakan, kasus ini masih diselidiki sembari melakukan nekropsi. Sejauh ini, polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus tersebut.
Kematian harimau akibat ulah manusia di Aceh tidak kunjung usai. Pada Agustus 2021, tiga harimau mati terkena jerat di kawasan hutan Desa Ie Buboh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan.
Pada April 2022, tiga harimau lain mati di perkebunan sawit di Kabupaten Aceh Timur. Penyebabnya serupa, akibat terikat tali baja. Pada 22 Februari 2023, satu harimau di Aceh Timur kembali mati. Kali ini, penyebabnya adalah racun milik warga yang marah karena kambingnya dimangsa harimau.
Lembaga Suar Galang Keadilan (LSGK), lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pemantauan kasus satwa, mencatat, 19 harimau sumatera mati periode 2019-2022. Penyebab utama adalah perburuan.
Kondisi itu jelas memprihatinkan. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, harimau sumatera berstatus terancam kritis (critically endangered) atau hanya satu tingkat di bawah terancam punah di alam. Populasinya di alam diperkirakan 500-600 individu. Tersebar di hutan Sumatera, 150-200 individu diduga ada di Aceh.