Penyisiran Ulang Dilakukan untuk Mencari Kakak Korban yang Hanyut di Kediri
Dua anak kakak beradik di Kediri hanyut terseret arus selokan saat hujan deras terjadi. Satu ditemukan meninggal, satu lagi masih dalam pencarian.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Proses pencarian terhadap M Alfian Sausa E (10), salah satu dari dua bocah yang hanyut terbawa air selokan di Kediri, Jawa Timur, kembali dilakukan, Senin (27/3/2023). Pencarian sehari sebelumnya hanya menemukan adik korban, M Rohman E (4 bulan), dalam kondisi meninggal.
Pencarian pagi ini difokuskan di aliran sungai dari belakang gudang gaplek sampai Perumahan Puri Asri, di Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Komandan Tim Operasional Kediri dari Basarnas Pos Trenggalek Eko Apriyanto mengatakan, dari hasil analisis dan evaluasi tim pencari pada Minggu sore, mereka menginginkan dilakukan penyisiran ulang karena banyak rintangan berupa vegetasi yang melintang di atas sungai.
”Ada empat titik yang belum dibongkar. Akhirnya teman-teman usul hari ini dilakukan penyisiran sekali lagi,” katanya saat dihubungi dari Malang. Menurut Eko, proses penyisiran ulang kali ketiga di lokasi yang sama dilakukan sampai Senin siang.
Jika pencarian belum membuahkan hasil, pihaknya akan menurunkan perahu karet hingga Jembatan Brawijaya (Sungai Brantas). Jika waktunya memungkinkan, pencarian akan dilakukan sampai Dam Waru Turi di Gampengrejo, Kabupaten Kediri.
Proses pencarian melibatkan Badan SAR Nasional, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota dan Kabupaten Kediri, Palang Merah Indonesia, dan beberapa sukarelawan.
Selain melakukan pencarian di lokasi, Kepala BPBD Kota Kediri Indun Munawaroh mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pihak terkait di wilayah tetangga yang dilalui Sungai Brantas, seperti BPBD Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk. Selokan tempat korban terpeleset bermuara di Sungai Brantas.
”Segala kemungkinan terjadi, termasuk masuk ke Sungai Brantas meski fokus kami pada hari pertama kemarin masih di sekitar lokasi korban hanyut. Kami telah berkoordinasi, siapa tahu korban terlihat di kawasan mereka, seperti di Kertosono (Nganjuk),” ucapnya.
Mengenai kronologi peristiwa, Indun menuturkan, sepeda motor yang dikendarai keluarga itu mogok di sekitar SPBU di Ngronggo, Sabtu (25/3) malam. Saat itu mereka hendak pulang ke rumah di Desa Sumberagung, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.
Mendapati sepeda motornya mogok, sang ayah, Hendri Supriyono (46), mencoba memperbaiki sepeda motor. Sang ibu, Sulastri (42), bersama kedua anaknya memilih berteduh di seberang jalan dekat selokan yang airnya tengah meluap akibat hujan deras.
Karena kondisi daerah sekitar gelap, kemungkinan Sulastri tidak mengetahui jika lokasi tempat mereka berdiri terlalu ke pinggir selokan. Korban pun terpeleset. Mengetahui hal itu, Hendri berusaha menolong, tetapi hanya istrinya yang bisa diselamatkan. Kedua anaknya hilang terbawa air.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan, untuk mengatasi masalah banjir pihaknya memiliki beberapa upaya, antara lain membuat sudetan (jangka pendek) dengan maksud agar air bisa segera masuk ke Brantas. Selain itu, juga memperbaiki beberapa saluran air (jangka panjang), khususnya pada daerah rawan banjir.
Saluran air di daerah rawan banjir masih terlalu kecil dan juga masih ada sampah yang harus dibersihkan. ”Ada juga yang menyempit sehingga nanti direvitalisasi. Banjir kemarin terjadi akibat air dari sejumlah daerah, dan hujan sangat lebat di Kota Kediri,” katanya.
Sebelumnya, saat banjir pada Sabtu malam, Pemerintah Kota Kediri mencoba mengatasi agar banjir segera surut dengan membersihkan sumbatan-sumbatan dan menggunakan pompa air. Pihaknya juga memberikan bantuan makanan untuk sahur bagi warga terdampak.