Puluhan Orang di Sampit Diduga Keracunan Kudapan Buka Puasa, Satu Meninggal
Seusai buka puasa, puluhan orang di Sampit, Kotawaringin Timur, Kalteng, keracunan makanan hingga dilarikan ke rumah sakit. Satu orang meninggal diduga karena keracunan kudapan, belasan orang lainnya masih dirawat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Setidaknya 47 orang di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, diduga keracunan kudapan dalam sebuah acara buka puasa. Kudapan itu dibeli dari Pasar Ramadhan di Sampit. Sebanyak 17 orang masih dirawat di rumah sakit dan satu orang meninggal dalam kejadian tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi menjelaskan, korban keracunan setelah menyantap kudapan dalam sebuah acara buka puasa. Awalnya, ada lima orang yang masuk di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Murjani Sampit. Korban kemudian terus bertambah hingga mencapai 47 orang dari anak-anak sampai warga lansia. Satu orang di antaranya meninggal dunia.
Korban meninggal merupakan pria berumur 60 tahun asal Sampit, Kotawaringin Timur. Korban sudah dalam keadaan meninggal saat dibawa ke rumah sakit, sedangkan istrinya hingga kini masih dirawat.
Kue yang dikonsumsi, kata Umar, merupakan kue tradisional yang dikenal dengan nama kue ipau. Semua yang mengonsumsi kue itu memiliki keluhan serupa dan gejala serupa. Gejala yang diderita korban di antaranya sakit perut, muntah-muntah, hingga kepala pusing.
”Setelah mendapat laporan dari masyarakat, langsung kami tindak lanjuti dengan mengambil sampel makanan dan memeriksanya. Hasilnya baru keluar tiga atau lima hari lagi,” ungkap Umar saat dihubungi dari Palangkaraya, Minggu (2/4/2023).
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (31/4/2023) malam. Setelah kasus terjadi, pemerintah daerah dan aparat keamanan pun melakukan pemeriksaan. Berdasarkan informasi di lapangan, aparat kini tengah memeriksa penjual kue tersebut. Kue diduga diambil dari Pasar Ramadhan di Sampit.
Ambil sampel
Setelah kejadian, pada Sabtu (1/4/2023) pagi, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Palangkaraya melakukan inspeksi mendadak di Pasar Ramadhan Taman Kota Sampit. Inspeksi tersebut dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel bahan baku salah satu pedagang ipau yang diduga menjadi penyebab keracunan makanan, juga toko lain di sekitarnya.
BPPOM telah melakukan pengambilan sampel secara acak di Pasar Ramadhan itu. Mereka juga memberikan sosialisasi kepada pedagang agar tidak menggunakan pewarna makanan berlebihan.
Ketua Tim Sidak BPOM Palangkaraya Wiwik Wiranti menjelaskan, pihaknya telah mengambil sampel dari semua bahan baku kue yang diduga jadi penyebab keracunan massal mulai dari daging sapi, kentang, wortel, hingga bahan baku lainnya.
”Semua sampel ini akan kami bawa ke Palangkaraya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium,” kata Wiwik.
Wiwik menambahkan, berdasarkan gejala penyakit mulai dari sakit perut hingga pusing yang dirasakan korban, ia menduga keracunan dipicu oleh mikrobiologi. Mikrobiologi, lanjut Wiwik, sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan sanitasi, mulai dari tempat pengolahan, cara mengolah makanan, juga bahan baku dan kemasannya.
”Ke depannya sosialisasi kebersihan pangan dan sehat harus kian gencar dilakukan, khususnya di bulan puasa ini,” ungkap Wiwik.
Sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan sanitasi, mulai dari tempat pengolahan, cara mengolah makanan, hingga bahan baku dan kemasannya. (Wiwik Wiranti)
Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor mengungkapkan, pihaknya akan menanggung semua biaya rumah sakit untuk korban terdampak keracunan makanan. Khususnya mereka yang tidak memiliki asuransi BPJS Kesehatan.
”Saya berharap mereka cepat sembuh. Ini jadi pelajaran dan saya mengimbau semua masyarakat untuk bisa berhati-hati memilih dan membuat makanan,” kata Halikinnor.
Halikinnor menambahkan, di momen Ramadhan ada oknum-oknum pedagang yang memanfaatkan keadaan untuk meraih keuntungan yang besar. Hal itu membuat para pedagang tidak teliti dalam mengolah dagangan mereka.
”Bulan Ramadhan mungkin pesanannya banyak sehingga mereka memanfaatkan berbagai cara untuk memanfaatkan kesempatan mendapat keuntungan yang banyak,” kata Halikinnor.