Diduga Digigit Ular Berbisa, Penjaga Sekolah di Cirebon Tewas
Jumadi (38), penjaga Sekolah Dasar Negeri Karyamulya II, tewas diduga akibat digigit ular berbisa. Ia ditemukan tidak bernyawa dengan bekas gigitan di tangan kanan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kasus gigitan ular yang menelan korban jiwa di Cirebon, Jawa Barat, kembali terjadi. Jumadi (38), penjaga Sekolah Dasar Negeri Karyamulya II, tewas diduga akibat digigit ular berbisa. Petugas dan warga pun mencari ular yang diduga berasal dari kebun setempat tersebut.Irma (33), istri Jumadi, mengatakan, terakhir berkomunikasi dengan suaminya pada Minggu (23/4/2023) malam melalui pesan telepon. Namun, pada Senin (24/4/2023) Jumadi tidak lagi bisa dihubungi. Irma yang tinggal di rumah keluarganya pun meminta kerabatnya untuk mengecek suaminya.”Pas Magrib (Senin menjelang malam), kakak ipar ke sana. Pintu didobrak. Kirain suami saya masih tidur. Enggak tahunya, posisi (jenazah) sudah keras. Ada bekas gigitan di tangan kanan,” ucap Irma saat ditemui di tempat kejadian, Selasa (25/4/2023). Ceceran darah juga menempel di lantai tempat korban tidur.
Jumadi tinggal di sebuah rumah dalam lingkungan SDN Karyamulya II Kesambi. Saat kejadian, ia tidur di lantai beralaskan kasur. Tepat di dekatnya, terdapat kamar mandi dan dapur. Di sekitar rumahnya terdapat tumpukan batu bata dan genteng. Kamar mandi sekolah juga ada di sana. Adapun sekolah dikelilingi kebun di kedua sisinya dan sebuah rumah di bagian belakang. Meski masih terdapat kebun dan tanah lapang, kawasan itu juga dipadati perumahan, indekos, dan kompleks pesantren. Tidak jauh dari area itu terdapat sungai serta kebun warga. Irma mengatakan, selama 12 tahun tinggal di rumah itu, ia dan suaminya kerap melihat ular. Namun, ia tidak tahu pasti jenis ularnya. ”Ada yang kecil dan ada yang gede pernah masuk ke sini. Pernah lewat WC. Di belakang rumah, kan, masih banyak kebun. Jadi, ada ular. Biasanya, cuma diusir saja,” katanya.
Kepala Kepolisian Sektor Kesambi Inspektur Satu Rudiana membenarkan adanya warga tewas diduga karena gigitan ular berbisa. Pihaknya bersama petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Cirebon serta warga tengah mencari ular tersebut di sekitar tempat kejadian.”Pencarian ular berbisa ini untuk mengantisipasi adanya korban lainnya. Kami berupaya mencari sampai ularnya ketemu,” ucap Rudiana. Selain kamar mandi, dapur, dan lemari, petugas juga mengecek plafon rumah yang diduga tempat persembunyian ular itu. Namun, hingga kini hasilnya nihil.Presiden Toxynologi Indonesia Tri Maharani belum mengetahui jenis ular yang menggigit korban. Namun, ia menduga kematian cepat bisa akibat neurotoksin yang dihasilkan oleh ular berbisa, seperti ular weling (Bungarus candidus). ”Apalagi tidak ada pembengkakan. Ini neurotoksin,” katanya.
Tri mengatakan, kemunculan ular berbisa di kawasan itu juga dipicu adanya mangsa ular, seperti katak dan tikus. Apalagi, di wilayah itu masih banyak kebun dan tanah lapang. Ia mengimbau masyarakat waspada dengan potensi ular berbisa dengan membersihkan area rumahnya.Peristiwa di SDN Karyamulya II itu menambah kasus gigitan ular yang menelan korban jiwa di Cirebon. Akhir 2020 lalu, Adila Oktavia (4), warga Desa Pamengkang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, tewas setelah digigit ular weling.