Panen Berkah Lebaran di ”Kampung Ketupat” Banjarmasin
Lebaran selalu mendatangkan berkah bagi para pedagang ketupat dan lontong di Kampung Ketupat, Sungai Baru, Kota Banjarmasin karena produksi dan penjualan meningkat signifikan.
Lebaran selalu mendatangkan berkah bagi para pedagang ketupat dan lontong di Kampung Ketupat, Sungai Baru, Kota Banjarmasin. Tahun ini, para pedagang kembali memanen berkah Lebaran seiring situasi pandemi Covid-19 yang kian melandai dan maraknya gelaran open house di mana-mana.
Haitami (33), anak pemilik warung ketupat Hj Iwar di Sungai Baru, hampir tak sempat beristirahat dan mengobrol dengan temannya yang datang bersilaturahmi lebaran, Sabtu (22/4/2023). Pembeli datang silih berganti ke warungnya untuk membeli ketupat maupun lontong.
Hampir tidak ada yang membeli sedikit. Ada pembeli yang minta dibungkuskan 10 buah ketupat. Kemudian pembeli lain minta dibungkuskan 20 buah lontong. Ada pula pembeli yang minta dibungkuskan keduanya, ketupat dan lontong.
”Sejak malam Lebaran, pembeli ramai. Sampai-sampai kami harus tutup (warung) pukul 00.00 Wita dan sudah buka lagi pukul 04.30 Wita,” ujarnya.
Haitami dan ibunya harus bergantian menjaga warung di saat kerabat dan sahabat mereka juga banyak yang datang untuk bersilaturahmi pada Idul Fitri 1444 Hijriah. Saat ibunya menerima tamu di rumah, yang berada persis di belakang warung, Haitami melayani pembeli ketupat dan lontong. Begitu juga sebaliknya, saat Haitami menerima tamu di rumah, ibunya melayani pembeli di warung.
”Kami tidak mungkin tutup (warung) saat hari raya karena inilah saatnya orang-orang datang mencari ketupat dan lontong. Dibandingkan hari-hari biasa, penjualan bisa meningkat lima hingga enam kali lipat, bahkan bisa lebih,” tuturnya.
Haitami menyebutkan, mereka biasanya hanya memproduksi sekitar 500 buah ketupat dan 1.500 sampai 2.000 buah lontong pada hari biasa. Namun, saat lebaran, mereka bisa memproduksi 5.000 buah ketupat dan 10.000 buah lontong.
Tak hanya produksi yang meningkat signifikan, harga jual ketupat dan lontong juga naik hingga dua kali lipat. Lontong berbentuk lonjong dengan bungkusan daun pisang yang biasanya dijual Rp 3.000 per buah menjadi Rp 6.000 per buah. Ketupat yang biasanya dijual Rp 3.500 per buah menjadi Rp 7.000 per buah.
Menurut Haitami, kenaikan harga jual ketupat dan lontong menyesuaikan dengan kenaikan biaya produksi. Setiap tahun selalu begitu. Semua barang harganya naik menjelang lebaran. Harga beras, daun pisang, daun nyiur, dan bahan-bahan lain naik semua. Upah pekerja juga naik karena mereka harus lembur.
”Pembeli sudah maklum dengan kenaikan harga ketupat dan lontong di hari lebaran. Kalau harga jual tidak naik, pedagang yang rugi,” katanya sambil tertawa.
Anwar (53), pemilik warung Al Amin yang juga menjual ketupat dan lontong, turut merasakan berkah lebaran. ”Setiap Lebaran, penjualan ketupat dan lontong pasti jauh lebih banyak dari hari-hari biasa. Peningkatannya paling tidak 200 persen,” ujarnya.
Pada malam lebaran atau malam takbiran, menurut Anwar, banyak orang mengantre membeli ketupat dan lontong di warungnya. Ia dan istrinya pun hampir tidak sempat beristirahat. ”Sampai pukul 22.00 Wita, pembeli masih antre di warung kami,” ucapnya.
Anwar juga membenarkan adanya kenaikan harga jual ketupat dan lontong saat lebaran. Semua pedagang di Kampung Ketupat memberlakukan harga jual yang sama. ”Jadi, mau beli di warung mana pun, harganya sama. Memang selalu begitu setiap hari raya. Pembeli juga sudah tahu dan tidak lagi terkejut,” katanya.
Praktis
Haitami menambahkan, ketupat dan lontong yang dijual di Kampung Ketupat sudah matang dan siap santap. Pembeli tinggal mengolahnya untuk berbagai makanan khas lebaran berbahan ketupat dan lontong sehingga sangat praktis.
”Kami selalu menjual ketupat dan lontong yang baru dimasak. Masaknya juga lama, bisa semalaman. Ketupat dan lontong dipastikan bisa bertahan dua hari, tidak akan basi meskipun tidak disimpan di kulkas,” ujarnya.
Fatimah (40), salah seorang pembeli, menuturkan, adanya ketupat dan lontong yang sudah siap santap sangat memudahkan. Ia pun tidak perlu repot membuat dan memasak ketupat ataupun lontong untuk santapan bersama di hari lebaran.
”Di rumah, ulun (saya) biasanya hanya membuat soto banjar atau opor ayam. Nanti ketupat dan lontongnya beli di Sungai Baru,” katanya.
Menurut Wawan (28), warga Banjarmasin, berbagai makanan yang disajikan saat Lebaran terasa lebih nikmat bila disantap dengan ketupat maupun lontong. Soto banjar dan ketupat kandangan, misalnya, sudah pasti harus pakai ketupat. Opor ayam bisa pakai ketupat ataupun lontong. Menu lontong sayur sudah pasti pakai lontong. Lalu, sate dan gado-gado juga wajib pakai lontong.
”Apa pun makanannya, ketupat dan lontong tidak pernah ketinggalan. Karena itu, kami juga selalu beli ketupat dan lontong di Sungai Baru saat lebaran,” ujarnya.
Kampung Ketupat berada di Kelurahan Sungai Baru, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Lokasinya tidaklah sulit dicari karena berada di tepian Sungai Martapura dan tembus ke Jalan Ahmad Yani. Dari Jalan Ahmad Yani terlihat gerbang besar dengan plang bertuliskan ”Selamat Datang di Kawasan Wisata Kampung Ketupat”.
Ketua Koperasi Pemasaran Dangsanak Kriya Katupat Kalsel Elisa R Suryana menuturkan, lebaran tahun ini disambut pedagang ketupat dan lontong di Kampung Ketupat dengan penuh sukacita. Bisa dikatakan, para pedagang panen rezeki dan banyak berkah di momen Lebaran tahun ini karena tingginya permintaan ketupat dan lontong.
”Dibandingkan lebaran tahun lalu, ada peningkatan produksi dan penjualan yang signifikan pada tahun ini. Hal itu karena suasana pandemi sudah tidak terasa lagi dan di mana-mana ada gelaran open house,” katanya.
Elisa menyebutkan, pedagang yang pada lebaran sebelumnya biasa memproduksi ketupat dan lontong dengan bahan baku beras sebanyak tujuh belek atau kaleng (1 belek setara 20 liter beras), pada Lebaran kali ini bisa memproduksi dengan 12 belek beras.
”Sejak H-7 Lebaran, kami sudah sibuk menganyam ketupat karena banyak orderan dari mana-mana. Orderan ketupat dan lontong tidak hanya banyak untuk hari H (lebaran), tetapi juga sampai H+2 lebaran,” ujarnya.
Menurut Elisa, lebaran selalu menjadi momen spesial bagi pedagang di Kampung Ketupat karena mendatangkan banyak berkah. Berkah lebaran diharapkan berlanjut karena Dinas Pariwisata Kalsel telah mempercayakan pada koperasi yang dipimpinnya untuk mengelola kapal wisata susur sungai. Di atas kapal tersebut disajikan berbagai kuliner berbahan ketupat dan lontong. Pengunjung pun bisa menikmati wisata sungai sembari menikmati wisata kuliner dari Kampung Ketupat
”Ke depan, Kampung Ketupat diharapkan tidak hanya terkenal sebagai kawasan sentra produksi ketupat dan lontong, tetapi juga terkenal sebagai kawasan wisata kuliner berbahan ketupat dan lontong,” katanya.