Semburan Api di Area Istirahat Tol Cipali, Pemetaan Potensi Gas Alam Dibutuhkan
Semburan api di Rest Area Kilometer 86 Jalan Tol Cikopo-Palimanan atau Cipali dalam tiga hari terakhir diduga berasal dari gas alam. Badan Geologi merekomendasikan pemetaan potensi gas di pantura Jawa Barat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI, Mis Fransiska Dewi
·4 menit baca
SUBANG, KOMPAS — Semburan api di Rest AreaKilometer 86 Tol Cikopo-Palimanan atau Cipali dalam tiga hari terakhir diduga berasal dari gas alam. Badan Geologi merekomendasikan pemetaan potensi gas di pantai utara Jawa Barat untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa.
Edy Slameto, Ketua Tim Kerja Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim ke Rest Area Km 86 B arah Jakarta, di Kabupaten Subang. Tim tengah mendalami penyebab semburan api tersebut.
”Dugaan sementara, hipotesis kami, kemungkinan besar (semburan api) itu dari gas karena daerah pantura Jabar itu penghasil migas (minyak dan gas),” ujar Edy, Jumat (28/4/2023). Lokasinya termasuk zona yang berpotensi menyimpan dan menghasilkan gas. Area tersebut disebut Formasi Cisubuh.
Bahkan, di sekitar semburan api terdapat sumur PSJ-P1 dan PJN-P1 dengan kedalaman 860 meter hingga 1.076 meter. Sumur itu juga menyimpan gas alam. Berdasarkan informasi, terdapat sumur eksplorasi gas yang masih aktif sekitar 2 kilometer arah selatan dari lokasi.
Adapun semburan api berasal dari sumur bor dengan kedalaman sekitar 100 meter. Selama ini, sumur itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di area istirahat. Pekan lalu, Astra Tol Cipali, pengelola area istirahat, mengganti pompa air dengan kapasitas yang lebih tinggi untuk pelayanan arus mudik.
Akan tetapi, sumur itu menyemburkan api hingga setinggi sekitar 12 meter, Rabu (26/4/2023) pukul 08.32. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun, dua petugas kebersihan yang sedang bekerja di sekitar sumur bor mengalami luka bakar ringan. Tempat istirahat itu pun ditutup sementara waktu.
Meskipun dangkal, Edy menduga sumur itu dekat dengan kantong gas. Menurut dia, semburan api itu merupakan migrasi fluida (benda seperti air dan gas) akibat tekanan dari pompa. ”Ketika pompa diganti, gasnya sudah masuk ke situ (sumur bor) dan keluarlah semburan (api),” ucapnya.
Menurut dia, gas yang masuk ke permukaan sumur air tanah merupakan fenomena biasa. Pihaknya akan mengambil sampel gas setelah semburan api padam. Edy juga mendorong Dinas Energi dan Sumer Daya Mineral Jabar serta instansi terkait memetakan potensi gas di wilayah pantura.
Apalagi, saat ini, belum ada peta spesifik terkait titik gas di daerah. ”Perlu inventarisasi kantong-kantong gas di daerah. Peta ini penting untuk menghindari pengeboran sumur air tanah yang dekat dengan kantong gas. Industri juga harus hati-hati saat menggali air tanah,” papar Edy.
Kepala Bidang Air Tanah Dinas ESDM Jabar Aprianto mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Geologi dan instansi terkait untuk menginventarisasi potensi kantong gas di Jabar. Apalagi, katanya, peristiwa di area istirahat Km 86 B pernah terjadi di Bekasi dan Tasikmalaya.
”Kami juga akan mengingatkan kembali kepada perusahaan agar lebih tertib dalam mengambil air tanah,” ucap Aprianto. Berdasarkan data, izin pemanfaatan air tanah di area istirahat sudah habis sejak 15 Mei 2022. Menurut dia, perizinan air tanah itu berada di pemerintah pusat, bukan provinsi.
Corporate Communication dan CSR Department Head Astra Tol Cipali Haelly Lusiawatie mengatakan, telah mengurus perpanjangan izin pemanfaatan air tanah di Rest Area 86 B.
”Pengurusan perpanjangan masih dalam proses mengingat terdapat perubahan sistem sehingga proses dan dokumentasi menyesuaikan,” ucapnya.
Direktur Operasional Astra Tol Cipali Agung Prasetyo mengatakan, penanganan semburan api di tempat istirahat itu terus berlangsung. Setelah memasang pagar yang mengelilingi area semburan, pihaknya kini membangun bak penampungan air untuk kebutuhan pemadaman api.
”Pembuatan bak penampungan air ini digunakan untuk back up kebutuhan air serta sebagai cooling (pendingin) dan pemadam api,” ujarnya.
Pihaknya juga terus memasang pagar sepanjang 156 meter yang mengelilingi area tempat makan. Pagar itu berjarak 4-5 meter dari titik api.
Agung belum bisa memastikan sampai kapan penutupan area istirahat. Penutupan itu juga berdampak bagi sekitar 10 tenan karena tidak bisa beroperasi.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas ESDM Jabar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Subang, Kepolisian Resor Subang, serta tim PT Pertamina untuk penanganaan semburan api.
Pihaknya memohon maaf atas penutupan sementara Rest Area86 B.
Ia mengimbau pengguna jalan yang hendak beristirahat untuk memanfaatkan Rest Area Km 102 atau Rest Area Km 62 di ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pengendara juga dapat beristirahat setelah keluar di gerbang tol terdekat.