Permintaan dan Populasi Ayam Petelur di Blitar yang Tak Normal Picu Harga Telur Tinggi
Dua pekan terakhir harga telur ayam terus naik meski pada akhirnya dua hari terakhir turun. Populasi ayam petelur dan meningginya permintaan konsumen disebut sebagai penyebab.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS —Harga telur ayam di tingkat peternak di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, kembali meninggi dalam dua pekan terakhir. Tingginya permintaan konsumen dan populasi ayam yang belum benar-benar pulih disebut sebagai salah satu faktor penyebab.
Beberapa peternak ayam layer, Selasa (16/5/2023), mengatakan, harga telur di tingkat peternak sempat mencapai Rp 28.500, bahkan Rp 29.000 per kilogram (kg). Tingginya harga juga terjadi di pasar. Di Pasar Kepanjen, Kabupaten Malang, misalnya, harga telur pada 15 Mei mencapai Rp 30.000 per kg dari sebelumnya Rp 27.000 per kg.
”Ini harga telur di tingkat peternak paling tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya tidak pernah setinggi itu. Tahun lalu sempat naik tinggi, tetapi hanya sampai Rp 27.000 per kg,” kata Widodo Setyohadi (65), salah seorang peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.
Widodo tidak tahu persis penyebabnya tingginya harga telur. Namun, yang dia ingat pasca-Lebaran, harga telur sempat turun dari sebelumnya Rp 24.000 per kg menjadi Rp 22.000 per kg.
Setelah itu, satu pekan kemudian harga telur terus meroket, mulai dari Rp 23.000, Rp 25.000, hingga akhir pekan lalu mencapai Rp 28.500 per kg. ”Sedangkan pada hari Senin (15/5) turun menjadi Rp 27.200 per kg dan hari ini menjadi Rp 26.500 per kg,” katanya.
Menurut Widodo, populasi ayam di Blitar memang belum kembali normal setelah banyak peternak mengosongkan kandang akibat harga telur rendah selama berbulan-bulan. Peternak juga kesulitan mencari pakan pada 2021-awal 2022 lalu, termasuk dirinya.
Banyak pula peternak yang telah mengubah kandangnya menjadi kandang kambing.
Widodo baru mengisi lagi kandangnya dengan 1.000 ayam produktif sehingga total ayam miliknya saat ini menjadi 2.000 ekor. Dari ayam-ayam tersebut, dia bisa memanen 1 kuintal telur setiap hari.
Terkait belum normalnya populasi ayam petelur di Blitar, dibenarkan pengurus Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar, Yesi Yuni Astuti. Bahkan, 50 persen kandang milik dia masih kosong. Saat ini, Yesi punya ayam di bawah 10.000 ekor. ”Banyak pula peternak yang telah mengubah kandangnya menjadi kandang kambing,” ucapnya.
Yesi membenarkan permintaan telur ayam mulai meningkat. Satu-dua bulan setelah Lebaran biasanya banyak masyarakat menggelar hajatan sehingga permintaan telur cenderung meningkat. Selain itu, aktivitas masyarakat yang sudah normal pascapandemi juga ikut memengaruhi.
Menurut peternak, harga titik impas telur saat ini ada di angka Rp 24.000 per kg, menyesuaikan dengan kenaikan harga pakan. Saat ini harga konsentrat naik Rp 10.000 dari Rp 463.000 menjadi Rp 473.000 per zak ukuran 50 kg. Begitu jagung giling naik menjadi Rp 6.000 per kg dari Rp 5.400-Rp 5.500 per kg. Kenaikan terjadi sejak dua bulan lalu.
Populasi ayam yang masih terbatas dan naiknya permintaan konsumen sebagai penyebab tingginya harga telur akhir-akhir ini juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Toha Mashuri.
Dikonfirmasi secara terpisah melalui aplikasi perpesanan, Toha menyebut populasi ayam petelur di wilayahnya saat ini 15 juta ekor dengan produksi telur 800 ton per hari.
Angka ini lebih tinggi dari kondisi pertengahan 2022 lalu. Berdasarkan catatan Kompas, saat itu populasi ayam petelur di Blitar hanya 13.726.000 ekor dengan produksi telur 312 ton per hari. Sementara dalam kondisi normal, populasi ayam petelur di Blitar 20 juta ekor dengan produksi 1.000 ton per hari.