12 Daerah di Sumsel Tetapkan Siaga Darurat Karhutla
Sebanyak 12 daerah di Sumatera Selatan sudah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla. Hujan buatan juga terus dilakukan untuk mengantisipasi meluasnya karhutla.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS — Sebanyak 12 daerah di Sumatera Selatan sudah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla. Hujan buatan juga sudah dilakukan di beberapa kawasan rawan kebakaran mengingat titik panas meningkat dan kebakaran lahan sudah marak terjadi.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, Kamis (18/5/2023), menyatakan, saat ini, dari 17 daerah di Sumsel, 12 di antaranya sudah menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). ”Daerah yang telah menetapkan status siaga darurat memang daerah yang rawan bencana karhutla,” ungkapnya.
Penetapan diperlukan karena jumlah titik panas di Sumsel mengalami kenaikan signifikan. Sejak Januari hingga Kamis ini, tercatat ada 555 titik panas di Sumsel. Peningkatan terjadi sejak April, tercatat ada 227 titik panas. ”Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan jumlah titik panas dalam dua tahun terakhir,” ujar Ansori.
Ketika suatu daerah telah menetapkan status siaga darurat bencana, lanjut Ansori, koordinasi antarinstansi bisa lebih lancar. Penanganan karhutla pun akan lebih cepat. ”Ketika status siaga darurat ditetapkan, dana siap pakai dari BNPB pun bisa digunakan untuk operasional pemadaman kebakaran,” ungkap Ansori.
Di sisi lain sudah selayaknya seluruh pemerintah daerah, terutama di kawasan yang rawan terbakar lebih waspada, terutama daerah yang memiliki lahan gambut yang cukup luas seperti di Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Muara Enim.
Ansori juga mengingatkan warga dan perusahaan untuk mengawasi lahan di area konsesi atau tempat tinggalnya. Menurut dia, kebakaran akan lebih rentan terjadi di kawasan yang tidak terkelola.
”Ketika musim panas terjadi, semua kawasan yang tidak terkelola rentan terbakar. Tidak hanya karena pembukaan lahan saja, membuang puntung rokok pun bisa saja menjadi penyebab awal kebakaran,” jelas Ansori.
Ketua Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Sumsel Darna Dahlan menyebut, untuk mencegah kebakaran lahan, pihaknya mengaktifkan kembali sumur bor, penimbunan kanal, dan sekat kanal. Secara keseluruhan ada 2.100 sumur bor dan sekitar 1.000 sekat kanal di Sumsel. Sarana ini diharapkan dapat membantu lahan gambut di Sumsel tetap basah.
Adapun TRGD di Sumsel telah melakukan intervensi pada 1,3 juta hektar lahan gambut di Sumsel dari 2,1 juta hektar lahan yang ada. Lahan gambut tersebut tersebar di tujuh daerah. Namun, intervensi pembasahan gambut diprioritaskan di tiga daerah, yakni Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir.
”Karena ketiga daerah ini memiliki lahan gambut terluas dan rentan terbakar,” ungkapnya.
Modifikasi cuaca
Sebagai upaya mitigasi, pihaknya bersama instansi terkait dan masyarakat selalu melakukan pemantauan lahan gambut agar tinggi muka air di gambut tersebut tetap terjaga, yakni sekitar 40 sentimeter (cm) atau lebih. ”Jika kurang dari itu, lahan gambut akan mudah terbakar,” ucap Darna.
Karena itu, ucap Darna, langkah intervensi, termasuk teknologi modifikasi cuaca, harus terus diterapkan selama awan hujan masih terdeteksi.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Kristianto menuturkan, sampai saat ini kondisi kawasan gambut yang rentan terbakar masih basah karena hujan masih tetap mengguyur. Namun, pihaknya mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada mengingat saat ini Sumsel sudah memasuki musim kemarau.
Hingga April 2023, sudah ada 900 hektar lahan terbakar, baik di lahan konsesi perusahaan maupun di lahan masyarakat. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Saat itu, luas lahan terbakar hanya sekitar 600 hektar.
Beberapa kawasan yang terbakar ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Muara Enim, dan Musi Banyuasin. Kawasan yang terbakar berada di bekas konsesi perusahaan yang tidak terkelola dan juga di beberapa kawasan lain yang sifatnya sporadis.
Tidak hanya di Sumsel, kebakaran lahan sudah terjadi di provinsi lain. Hingga April 2023, kebakaran lahan sudah terjadi di Riau dan Jambi. Karena itu, TMC terus dilakukan. Di Riau, TMC sudah diterapkan di beberapa daerah, seperti Kabupaten Pelalawan, Bengkalis, Dumai, dan Rokan Hilir.
Adapun di Jambi, TMC telah diterapkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Muaro Jambi. Sementara di Sumsel, TMC telah diterapkan di Musi Banyuasin dan Banyuasin. TMC akan dilanjutkan ke wilayah Muara Enim dan Ogan Komering Ilir.