Mendekatkan Anak-anak dengan Buku Melalui Lomba Bercerita di Pontianak
Upaya mendekatkan buku dengan anak-anak bisa dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya dengan lomba bercerita, seperti yang digelar dalam peringatan Hari Buku Nasional di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
Sambil membawa boneka di tangan kanannya, Irma Sintania (39) mengisahkan dongeng tentang seorang anak bernama Dodo. Sukarelawan kampung dongeng Kalimantan Barat itu menyebut, Dodo adalah seorang anak yang suka menolong, mencintai lingkungan, dan sering memberi makan pada anak kucing yang ditemuinya.
Saat mendongeng, Irma kerap berdialog dengan boneka yang ia mainkan dengan tangan kanannya. Boneka bernama Aisah itu seolah bisa berbicara seperti manusia.
Selain itu, Irma juga berjalan-jalan menghampiri anak-anak di depannya. Senyum bahagia terpancar dari wajah anak-anak itu tatkala melihat Irma berdialog dengan Aisah.
Dongeng tentang Dodo itu dikisahkan Irma dalam acara pembukaan peringatan Hari Buku Nasional di Taman Alun Kapuas, Kota Pontianak, Rabu (17/5/2023). Kegiatan yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pontianak bekerja sama dengan sejumlah penerbit dan komunitas literasi itu berlangsung hingga Jumat (19/5/2023).
Lomba bercerita itu diikuti 32 siswa dari 32 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di Kota Pontianak. Sebelum berlomba, mereka terlebih dulu mendengarkan dongeng pembuka dari Irma.
Dongeng pembuka dari Irma itu pun memantik semangat anak-anak yang akan mengikuti lomba bercerita. Bahkan, seusai Irma mendongeng, sejumlah anak meminta berfoto bersama boneka yang dibawanya.
”Dalam cerita ini tidak ada peran antagonis, tujuannya untuk menanamkan karakter kepada anak untuk cinta lingkungan dan sesama,” ujar Irma.
Lomba bercerita itu tak sekadar menjadi adu kepiawaian mendongeng. Irma berharap, lomba tersebut bisa mendorong anak-anak gemar membaca buku. Sebab, banyak cerita dongeng yang telah dibukukan sehingga mereka harus membaca buku lebih dulu sebelum mengisahkan dongeng.
Dalam lomba itu, para peserta memang tampak menggali cerita dari buku-buku yang mereka baca. Alvin (11), siswa SDN 33 Pontianak Utara, misalnya, mengetahui cerita tentang Putri Anam dan Putri Busu dari membaca buku di perpustakaan sekolah.
”Putri Anam ini dikisahkan ingin mendapatkan harta seperti yang didapatkan adiknya, yaitu Putri Bunsu. Namun, ketika Putri Anam membelah buah labu, yang keluar malah binatang berbisa,” kata Alvin yang melakukan persiapan sekitar satu minggu sebelum berlomba.
Persiapan yang dijalani Alvin itu mencakup mencari kisah di buku dan berlatih menceritakannya. Di masa persiapan, Alvin didampingi Muji, petugas perpustakaan SDN 33 Pontianak Utara.
Muji mengatakan, dalam masa persiapan itu, Alvin membaca banyak buku karena dia ingin mencari cerita yang dinilai cocok. Oleh karena itu, Alvin harus berulang kali ke perpustakaan untuk mencari buku.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pontianak Rendrayani menuturkan, tujuan penyelenggaraan lomba bercerita itu, antara lain, untuk meningkatkan kegemaran membaca di kalangan anak-anak.
”Tahun ini, peserta diberi persyaratan sudah membaca literatur sebanyak lima buku dalam dua tahun. Jadi, peserta otomatis harus membaca. Selain itu, mereka diwajibkan menjadi anggota perpustakaan agar anak-anak lebih sering ke perpustakaan dan giat membaca,” ungkap Rendrayani.
Selain lomba bercerita, peringatan Hari Buku Nasional di Pontianak juga diisi dengan sejumlah acara, misalnya bazar buku, workshop menulis puisi, dan penampilan seni budaya. Dalam acara itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pontianak bekerja sama dengan sejumlah komunitas literasi.
Menurut Rendrayani, acara tersebut sengaja digelar di Taman Alun Kapuas agar mudah diakses masyarakat umum. Apalagi, di Taman Alun Kapuas juga terdapat rumah baca. ”Kegiatan ini juga diharapkan bisa menggugah semangat literasi masyarakat,” tuturnya.
Komunitas literasi
Rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Buku Nasional itu disambut baik oleh para pegiat literasi di Kalbar. Annisa Maharani Nasran, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Kalbar dan pendiri Kampung Literasi Selamat, menuturkan, kegiatan itu penting untuk mengampanyekan aktivitas membaca kepada masyarakat.
Menurut Annisa, berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, banyak anak yang sebenarnya memiliki minat membaca, tetapi ketersediaan buku untuk anak-anak terkadang masih menjadi masalah. Oleh karena itu, Forum Taman Bacaan Masyarakat Kalbar kerap menggelar kegiatan donasi buku.
Di sisi lain, Annisa mengakui, penyebaran buku ke taman baca juga masih menjadi tantangan. Saat ini, dia menyebut, ada 20 taman baca di 14 kabupaten/kota di Kalbar. Namun, dia menduga, masih ada taman baca lainnya yang belum terdaftar. Annisa pun mendorong taman baca yang belum terdaftar untuk masuk ke sistem daring sehingga bisa mendapat donasi buku.
Ketua Umum Komunitas Perempuan Menulis Khatulistiwa (Kopermekha Bekate) Anna Mardhiya menuturkan, untuk mendekatkan buku kepada masyarakat, komunitas tersebut juga membangun rumah baca. Saat ini, sudah ada enam rumah baca di Kalbar yang didirikan komunitas itu.
Enam rumah baca itu terdiri dari masing-masing satu rumah baca di Pontianak, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten Kayong Utara, serta tiga di Kabupaten Kubu Raya. Pada hari-hari tertentu, misalnya Sabtu-Minggu, rumah baca dibuka seharian untuk anak-anak.
Menurut Anna, anak-anak boleh berkunjung ke rumah baca itu dan membaca buku sepuasnya. Mereka juga boleh berdiskusi dan menceritakan kembali kisah yang dibaca kepada teman-temannya.
Buku-buku yang disediakan pun beragam, termasuk buku karya para anggota Kopermekha Bekate. Selain itu, ada juga buku dari hasil donasi masyarakat, bantuan dari Forum Taman Bacaan Masyarakat Kalbar, serta koleksi pribadi pengelola.
Tahun ini, peserta diberi persyaratan sudah membaca literatur sebanyak lima buku dalam dua tahun. Jadi, peserta otomatis harus membaca.
Pegiat literasi Kalbar, Ahmad Sofian, menuturkan, momentum Hari Buku Nasional menjadi pengingat bahwa buku merupakan media untuk mentransfer pengetahuan. ”Manfaat membaca buku itu banyak, bisa untuk menumbuhkan nilai-nilai kearifan, mengasah rasa empati, dan mengajarkan norma keseharian,” tuturnya.
Selain itu, Sofian juga mengingatkan pentingnya memproduksi bahan bacaan yang ramah anak sehingga bisa mendekatkan buku pada anak-anak. Dia juga berharap, kegiatan terkait buku dan literasi harus berkelanjutan dan melibatkan banyak pihak. Ini penting untuk menumbuhkan kegemaran membaca di masyarakat, termasuk anak-anak.