Peduli Lingkungan Lewat Edukasi dan Aksi
Menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dapat dimulai dengan edukasi dan aksi. Sampah tidak menjadi persoalan yang mengancam lingkungan dan kehidupan manusia jikalau semua orang sadar dan mau tidak menyampah.
Panggung terbuka di Kalangan Ayodya, kompleks Taman Werdhi Budaya Bali, Kota Denpasar, Sabtu (27/5/2023), diisi sekitar 20 orang pemudi dan pemuda. Saat itu, mereka mengikuti lokakarya Plasticology yang digelar Bentara Budaya Bali.
Dengan tatapan tekun, kelompok muda mudi itu mengamati dan mendengarkan pemaparan dari Made ”Bayak” Muliana (43), seniman Bali yang sejak 2010 menggarap proyek seni bertemakan lingkungan, yakni Plasticology. Made Bayak menggunakan beraneka macam sampah, terutama plastik dan bekas kemasan, sebagai bahan utama menghasilkan karya seni.
”Saya penasaran dan tertarik dengan isu lingkungan, terutama sampah plastik,” kata Kadek Rifkiandi (19), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Pendidikan Ganesha, Buleleng. Kadek bersama enam rekannya dari Universitas Pendidikan Ganesha, Buleleng, mengikuti lokakarya Plasticology serangkaian kelas kreatif dari Bentara Budaya Bali di kompleks Taman Werdhi Budaya Bali, Sabtu (27/5/2023).
Senada dengan Kadek, Ni Putu Kiti Muliadewi (19), mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, juga mengaku penasaran dengan tema kelas kreatif Plasticology yang digelar Bentara Budaya Bali pada Sabtu itu.
”Tertarik ikut karena belum pernah dengar istilah Plasticology. Baru kali ini,” ujar Kiti saat mengikuti lokakarya di Kalangan Ayodya Taman Werdhi Budaya Bali.
Baca juga : Kelola Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular
Koordinator Bentara Budaya Bali Anak Agung Gde Rai Sahadewa mengatakan, kegiatan kelas kreatif merupakan program Bentara Budaya untuk memberikan ruang dan wadah pengembangan minat dan bakat bagi generasi muda. Hal itu bertujuan mengasah kemampuan di bidang seni, dan mendorong pergaulan kreatif di kalangan generasi muda.
Kelas kreatif
Kelas kreatif Bentara Budaya Bali, ujar Rai Sahadewa, kerap mengangkat tema lingkungan dan alam dengan tujuan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.
”Ini merupakan kelas kreatif keempat dengan tematik lingkungan dan alam,” kata Rai Sahadewa memberikan latar belakang penyelenggaraan kelas kreatif Bentara Budaya Bali itu, Sabtu (27/5/2023).
Sebelumnya, Bentara Budaya Bali mengadakan lokakarya pembuatan kertas daur ulang untuk media karya seni dalam program kelas kreatif di Kota Denpasar, Sabtu (18/3/2023).
Dalam kegiatan lokakarya di Kalangan Ayodya Taman Werdhi Budaya Bali, Made Bayak mengajak peserta lokakarya untuk memanfaatkan sampah plastik dan berbagai macam sampah lain, termasuk kain perca dan daun-daunan, menjadi media menghasilkan karya seni.
Bekas pembungkus makanan kecil, bekas label minuman, dan bermacam sampah lain, menurut Made Bayak, dapat diolah dan dibentuk menjadi karya seni, baik sebagai lukisan, patung, maupun seni instalasi, yang tidak jarang mendapat apresiasi.
Ini edukasi melalui aksi untuk membiasakan membuang sampah di tempat yang benar. (Sudiarta)
Kiti mengakui mengolah sampah, terutama sampah plastik, menjadi karya seni merupakan sesuatu yang unik dan menarik. Kiti membuat karya lukisan penyu dengan menggunakan sampah plastik dan kain perca dalam lokakarya itu.
Menurut Kiti, karyanya itu diharapkan mampu memberikan pesan kepedulian lingkungan, terutama menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Bentara Budaya Bali bersama seniman dan komunitas seni lainnya juga mengenalkan metode reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang) atau 3R dalam memanfaatkan sampah dan limbah menjadi medium berkarya seni. Kelas kreatif Bentara Budaya itu juga diisi pemaparan dan edukasi perihal kesadaran lingkungan.
Semangat serupa, tetapi melalui kegiatan berbeda dengan program kelas kreatif Bentara Budaya, Malu Dong Community Bali mengadakan kegiatan bersih-bersih dengan mengajak kalangan murid sekolah di Bali. Jumat (26/5/2023). Aksi Malu Dong Community Bali menyasar kawasan Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, melalui aksi Beach Clean Up. Kegiatan bersih-bersih di kawasan pantai wisata itu juga dihadiri pejabat daerah Pemerintah Kota Denpasar.
Pendiri Malu Dong Community (MDC) Bali, Komang Sudiarta, yang lebih akrab disapa Om Bemo, mengungkapkan, aksi bersih-bersih melibatkan generasi muda, mulai dari murid taman kanak-kanak sampai mahasiswa perguruan tinggi, dan juga pegiat komunitas. Hal itu bertujuan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian bersama terhadap persoalan lingkungan, terutama sampah.
”Ini edukasi melalui aksi untuk membiasakan membuang sampah di tempat yang benar,” kata Sudiarta alias Om Bemo mengenai kegiatan MDC itu.
Baca juga : Setelah Ditata, Kawasan Suci Pura Besakih Harus Dijaga
Kegiatan bersih-bersih di kawasan pantai wisata di Sanur, Kota Denpasar, tersebut mendapat tanggapan positif dari Pemkot Denpasar. Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa dan Sekretaris Daerah Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana pun ikut turun dan bersih-bersih di Pantai Mertasari, Sanur, bersama komunitas dan anak sekolah tersebut.
Sekitar satu bulan sebelum mengadakan aksi Beach Clean Up dengan bersih-bersih di Pantai Mertasari, Sanur, Kota Denpasar, Jumat (26/5/2023), MDC Bali juga menggelar kegiatan bersih-bersih di kawasan Pura Agung Besakih di Kabupaten Karangasem pada Kamis (27/4/2023). Bersih-bersih di sekitar pura terbesar di Bali itu juga melibatkan kalangan pelajar, selain dari komunitas dan masyarakat setempat.
Sekitar 90 orang dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Denpasar turut dalam kegiatan bertajuk ”Mareresik di Pura Agung Besakih”, Kamis (27/4/2023). Mareresik bermakna bersih-bersih. Murid dan guru dari SMK Negeri 1 Denpasar itu memunguti berbagai macam sampah yang tercecer di kawasan sekitar Pura Agung Besakih, Karangasem.
Wakil Kepala SMK Negeri 1 Denpasar, yang membidangi hubungan masyarakat (humas), Desak Made Rai mengungkapkan, pihak SMK Negeri 1 Denpasar antusias dan sering mengikuti kegiatan bersih-bersih, yang diinisiasi MDC Bali. Begitu pula dalam kegiatan mareresik (bersih-bersih) di kawasan Pura Agung Besakih, Kamis (27/4/2023), menurut Desak, pihak SMK Negeri 1 Denpasar melibatkan sekitar 90 orang dari kalangan pelajar dan guru.
”Kami dari sekolah memberikan dukungan,” katanya.
Sekolah pun sangat peduli terhadap lingkungan, terutama persoalan sampah plastik. Kegiatan bersih-bersih ini juga sebagai edukasi kepada siswa bahwa mereka bertanggung jawab terhadap lingkungan. ”Dan, secara moral, kawasan tempat suci tentu harus dijaga kebersihannya,” ujar Desak menambahkan.
MDC Bali mengadakan kegiatan mareresik, tepat satu hari setelah rangkaian upacara besar, yaitu Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, di Pura Agung Besakih, berakhir pada Rabu (26/5/2023). Upacara besar itu berlangsung sejak 5 April 2023 sampai 26 April 2023. Selama masa upacara, ratusan ribu umat Hindu datang dan bersembahyang di Pura Agung Besakih.
Dalam upacara penutup, yang juga dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster, Rabu (26/4/2023), disebutkan lebih dari 700.000 orang datang ke Pura Agung Besakih selama puncak upacara Ida Bhatara Turun Kabeh yang berlangsung selama 21 hari.
Apresiasi
Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada seluruh pendeta Hindu, pihak kepolisian, aparatur desa dan desa adat, dan umat karena rangkaian upacara besar itu berjalan dengan baik.
Koster juga menyatakan sudah menerbitkan surat edaran perihal tata aturan bagi pengunjung saat memasuki dan berada di kawasan suci Pura Agung Besakih dan selama pelaksanaan upacara Ida Bhatara Turun Kabeh, termasuk pelarangan penggunaan tas plastik sekali pakai.
Di sela-sela mengomando kegiatan bersih-bersih di kawasan sekitar Pura Agung Besakih, Kamis (27/4/2023), Om Bemo mengungkapkan, kawasan inti di pura sudah jauh lebih bersih karena umat yang bersembahyang sudah diimbau agar tidak menggunakan tas plastik sekali pakai dan juga agar membawa pulang sampahnya masing-masing.
”Namun, sampah masih banyak tercecer di area sekitar pura, terutama pada jalur menuju Pura Besakih,” ujar Om Bemo saat itu.
Pengelola Desa Besakih, menurut Kepala Urusan Perencanaan Putu Suryawan, juga mendukung kegiatan mareresik tersebut. Putu mengatakan, persoalan sampah merupakan tanggung jawab bersama dan seharusnya menjadi kepedulian bersama.
Putu menambahkan, kebersihan di kawasan inti Pura Agung Besakih sudah mampu dikelola, tetapi sampah di sekitar kawasan pura masih menjadi persoalan. Putu mengungkapkan dirinya mengapresiasi kegiatan mareresik atau bersih-bersih di sekitar lokasi pura.
Sampah tidak sampai menimbulkan persoalan yang mengancam lingkungan dan alam jikalau semua orang sadar dan mau membuang sampah pada tempatnya. Sampah juga masih memiliki nilai ekonomi atau dapat dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang, bahkan menjadi media berkarya seni.