Selaraskan Kebutuhan Industri dengan Kemampuan Tenaga Kerja
Menyelaraskan peluang kerja dengan kemampuan para pencari kerja dinilai penting guna menekan angka pengangguran. Dibutuhkan peran dan komitmen dari semua sektor untuk mewujudkan hal tersebut.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Menyelaraskan ketersedian tenaga kerja dengan kebutuhan industri menjadi hal yang paling krusial untuk menekan angka pengangguran. Sayangnya, upaya ini menemui sejumlah kendala, seperti kurangnya wadah informasi serta belum sesuainya kemampuan para pencari kerja dengan kebutuhan industri.
Koordinator Jaringan Pasar Kerja dan Pengembangan Kerja Sama Kementerian Ketenagakerjaan Sigit Ary Prasetyo, Kamis (8/6/2023), di Palembang, menuturkan, menyelaraskan kebutuhan antara pencari dan penyedia kerja sangat penting untuk mengurangi pengangguran di sejumlah wilayah.
Sigit menuturkan, sebenarnya peluang kerja di Indonesia sangat besar. Beberapa jenis pekerjaan yang sangat dibutuhkan saat ini, misalnya, terkait pengembangan digitalisasi dan pencipta konten (content creator). "Banyak perusahaan yang mencari pekerja yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi, desain grafis, desain produk, dan pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence)," ungkapnya.
Peluang kerja itu tidak hanya ada di Indonesia, melainkan terbuka lebar di negara lain, terutama di negara yang mengalami resesi tenaga kerja, misalnya Jepang. Saat melakukan kunjungan ke Negeri Sakura itu, Sigit mengaku bertemu sejumlah pengusaha Jepang yang sedang membutuhkan pekerja dengan keahlian khusus. Jumlah kebutuhan tenaga kerja itu mencapai 300.000 orang.
"Bahkan pada Juli ini ada satu perusahaan yang membutuhkan 1.000 pekerja dari Indonesia yang ahli di bidang digitalisasi," ujar Sigit saat diwawancarai seusai penutupan bursa kerja dalam rangka HUT Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) ke-23.
Untuk memanfaatkan peluang itu, pemerintah bersama instansi terkait, terutama penyalur tenaga kerja, berupaya untuk meningkatkan kemampuan pencari kerja sesuai dengan kebutuhan industri, misalnya dengan mengasah kemampuan pekerja dalam berbahasa Jepang.
Menurut Sigit, bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia saat ini membuat struktur penduduk didominasi oleh warga yang masih produktif sehingga ekonomi Indonesia memiliki peluang untuk melesat. "Jika tidak dimanfaatkan bonus demografi ini tentu akan menjadi bumerang," katanya.
Dia menambahkan, saat ini Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terus bekerja sama untuk menciptakan formula yang tepat guna menyelaraskan kemampuan pencari kerja dengan kebutuhan industri.
Visi ini juga selaras dengan tujuan dari diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Tidak hanya di tingkat kementerian, pemerintah daerah juga memiliki tanggung jawab untuk menekan angka pengangguran di daerahnya.
Sigit menyebut, upaya itu akan dilakukan di sejumlah daerah yang memiliki angkatan kerja besar dengan dukungan dari pemerintah daerah masing-masing. "Dengan beragam cara ini, diharapkan visi untuk menekan angka pengangguran di Indonesia bisa terwujud," ucapnya.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Palembang Rediyan Deddy Umrien menyebut, Pemkot Palembang terus berupaya untuk menekan angka pengangguran yang saat ini sekitar 9 persen. Caranya dengan menjembatani kebutuhan pencari kerja dengan penyedia kerja, misalnya melalui bursa kerja.
"Tidak hanya di sejumlah tempat publik, bursa kerja akan kita gelar di sejumlah lembaga pendidikan untuk memberikan ruang informasi yang seluas-luasnya bagi penyedia dan pencari kerja," ujar Rediyan.
Selain itu, kemampuan pencari kerja juga akan terus ditingkatkan dengan mengadakan sejumlah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Tidak hanya kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk membuat surat lamaran kerja yang menarik juga harus dimiliki para pencari kerja.
Jika tidak dimanfaatkan bonus demografi ini tentu akan menjadi bumerang
"Harus disadari, para pencari kerja harus berkompetisi agar bisa mendapatkan pekerjaan. Karena itu dari hal yang paling sederhana pun harus diperhatikan," ungkap Rediyan.
Dengan langkah ini, diharapkan angka pengangguran di Palembang dapat dikurangi setidaknya di bawah angka nasional, yakni 5,4 persen. "Saya yakin jika program ini dijalankan secara berkesinambungan, target tersebut dapat terpenuhi dalam waktu dua tahun," ujar Rediyan.
Ketua Human Resources Community Sumsel Bersatu Muhammad Kasidi menuturkan, seiring dengan membaiknya perekonomian setelah pandemi Covid-19, kebutuhan perusahaan menyerap tenaga kerja meningkat 20 persen. Karena itu, keberadaan bursa kerja sangat membantu para penyedia dan pencari kerja memenuhi kebutuhannya.
"Kami pun menargetkan dalam satu tahun setidaknya ada empat bursa kerja yang digelar," ungkapnya.
Meski begitu, Kasidi mengakui, memang tidak semua lowongan bisa terisi karena kemampuan pencari kerja belum sesuai dengan kebutuhan industri. "Biasanya, dari seluruh lowongan yang disediakan. hanya 70 persen yang dapat dipenuhi pelamar," ujarnya.
Di sisi lain, peningkatan kebutuhan perusahaan juga tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja yang terus bertambah setiap tahun. Karena itu, pelatihan kewirausahaan juga perlu diperbanyak agar mereka yang tidak bisa terserap lapangan pekerjaan memiliki kemampuan untuk membuka usaha.