Sebagai kawasan strategis pariwisata nasional, Danau Toba mestinya terbebas bencana kebakaran. Langkah antisipasi harus dilakukan supaya tidak menjadi bencana langganan.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
PANGURURAN, KOMPAS — Kebakaran lahan di lereng-lereng Danau Toba, Sumatera Utara, kembali terjadi. Tanpa upaya mitigasi yang memadai, cuaca panas dan kemarau panjang tahun ini diperkirakan akan membuat kebakaran lahan berlangsung masif.
Kebakaran mulai terjadi 1,5 minggu terakhir. Diperkirakan hingga saat ini lebih dari 20 hektar lahan telah gosong di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Harian dan Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Upaya pemadaman terkendala peralatan yang minim di tengah area terbakar yang curam dan angin kencang.
”Tadi malam saja (Senin malam) ada dua titik yang terbakar, yakni di Dusun Hutabalian, Desa Sianjur Mulamula, dan daerah perkantoran Kecamatan Sianjur Mulamula,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Samosir Sarimpol Manihuruk saat dihubungi dari Medan, Selasa, (20/6/2023). Dua hari terakhir diperkirakan 20 hektar lahan yang terbakar.
Kebakaran diperkirakan akan meluas mengingat kemarau panjang akan berlangsung hingga Agustus. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan kemarau panjang terjadi sejak 14 Mei hingga akhir Agustus. Pada Selasa ini tercatat sudah 24 hari tidak turun hujan.
Menurut Sarimpol, pemerintah daerah, kepolisian, dan TNI bahu-membahu bersama mengantisipasi kebakaran dengan melakukan sosialiasi kepada warga. Pemerintah Kabupaten Samosir juga telah mengeluarkan edaran agar masyarakat mengantisipasi kebakaran lahan, tetapi tetap saja kebakaran terjadi.
Sejauh ini, BPBD Kabupaten Samosir hanya memiliki satu mobil tangki air yang juga digunakan untuk membantu menyalurkan air bersih ke daerah yang mengalami kekeringan di Samosir. Mobil tangki itu juga membantu mobil pemadam kebakaran di daerah yang terjangkau.
Upaya pemadaman terkendala peralatan yang minim di tengah area terbakar yang curam dan angin kencang.
Dalam rapat koordinasi terakhir dengan BPBD Provinsi Sumut disampaikan sejumlah instansi terkait akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC/hujan buatan) di Danau Toba, tetapi hingga saat ini belum terlaksana. ”Saya belum tahu apa kendalanya,” kata Sarimpol.
Berharap dukungan pusat
Pihaknya berharap, sebagai kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN), pemerintah pusat membantu penyediaan peralatan pemadaman. Setidaknya ada helikopter yang bersiaga mengawasi lima kabupaten dan memadamkan api di daerah yang memiliki area KSPN Toba luas, yakni Kabupaten Samosir, Toba, Humbang Hasundutan, Dairi, dan Simalungun.
”Kalau mengandalkan APBD, kami kewalahan,” kata Sarimpol.
Pegiat lingkungan Kabupaten Samosir, Wilmar Simadjorang, mengatakan, kebakaran lahan terus berlangsung di sekeliling Toba setiap kali musim kemarau datang. Sejauh ini antisipasi belum terwujud. ”Berbagai pihak perlu duduk bersama untuk mengantisipasi kebakaran ini,” kata Wilmar.
Menurut Wilmar, kebakaran lahan pada dasarnya disengaja dan sudah mengarah pada kegiatan vandalisme. Sudah ada pelaku yang ditangkap pada tahun lalu, tetapi tetap belum memberi efek jera.
Ia menengarai kegiatan pembakaran ini menjadi ”budaya” sejak tahun 1980-an. Saat itu, pemerintah gencar melakukan kegiatan penghijauan dan selalu melaporkan penghijauan berjalan sesuai target. Namun, di lapangan sejatinya tidak sesuai dengan rencana. Untuk menutupi ketidaksesuaian itu, lahan pun sengaja dibakar. Tradisi membakar itu lalu terus berlangsung hingga kini. ”Karena zaman saya kecil jarang sekali terjadi kebakaran lahan,” kata Wilmar.
Sebagai KSPN, Danau Toba semestinya terbebas dari bahaya kebakaran dan asap karena itu akan memengaruhi kedatangan wisatawan. Oleh karena itu, langkah antisipasi bersama harus dilakukan supaya tidak menjadi bencana langganan. Dalam jangka pendek, perlu langkah serius pemerintah memadamkan api dengan menempatkan helikopter pemadam di Toba.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan melaporkan pada Senin, 19 Juni 2023 pukul 00.00 sampai 23.00, berdasarkan pantauan Sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Modis) pada Satelit Tera, Aqua, SNPP, dan NOAA20, terdapat 56 titik panas di Provinsi Sumatera Utara dengan kategori sedang/menengah.
Titik itu tersebar di Kabupaten Humbang Hasundutan, Mandailing Natal, Nias Selatan, Labuhan Batu Selatan, Padang Lawas Utara, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Asahan, Karo, dan Labuhan Batu.