Elpiji 3 Kilogram Langka di Sejumlah Daerah di Sulsel
Kelangkaan elpiji 3 kilogram di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan dikhawatirkan meluas. Pertamina mengingatkan warga mampu untuk menggunakan elpiji non-subsidi.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sejak dua hari terakhir, ketersediaan elpiji 3 kilogram di sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan dilaporkan langka. Jika pun ada, harganya naik hingga Rp 30.000 per tabung, jauh dari harga eceran tertinggi yakni Rp 18.500 per tabung. Padahal, Pertamina menyebut sudah menambah pasokan pada Idul Adha lalu.
Di kawasan permukiman padat penduduk di Perumnas Panakkukang dan Kompleks Minasa Upa, Makassar, misalnya, warga telah dua hari mengeluhkan sulitnya mendapatkan elpiji 3 kilogram (kg). Di Kecamatan Tamalate, Barombong, bahkan hingga di Kabupaten Takalar, kondisinya sama.
”Ke pangkalan tidak ada, cari di warung-warung yang biasanya jual, juga tidak ada. Katanya belum masuk. Tidak tahu mau mencari ke mana lagi karena di sekitar kompleks tidak ada,” kata Nursanty (40), warga Kelurahan Mappala, Makassar.
M Arif (30), warga Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar, juga mengeluhkan hal sama. ”Sejak Sabtu lalu, mulai sulit (mendapatkan elpiji 3 kg). Mau di agen, pangkalan, sampai warung eceran kecil, tetap susah. Ada yang sempat beli, tapi harganya 25.000 per tabung,” katanya.
Di sejumlah wilayah di Makassar, langkanya elpiji 3 kg membuat harganya naik sampai Rp 30.000 per tabung. Itu pun jika ada, hanya dijual di warung kecil. Di sejumlah agen dan pangkalan, stoknya kosong. Bahkan, di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), stok yang ada diserbu warga.
Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Regional Sulawesi Fahrougi Andriani Sumampouw mengatakan, sebenarnya menjelang Idul Adha dan libur panjang pekan lalu, stoknya telah ditambah.
”Kami sudah melakukan penambahan sebanyak 457.960 tabung untuk seluruh wilayah Sulawesi. Bahkan, realisasi penyaluran hingga Juni sudah mencapai 142.089 metrik ton dari kuota 140.000 metrik ton. Artinya, sebenarnya sudah lebih,” katanya.
Penambahan 457.960 tabung ini meliputi Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 242.200 tabung, Sulawesi Tenggara (61.400 tabung), Sulawesi Barat (22.400 tabung), Sulawesi Tengah (45.920 tabung), Sulawesi Utara (45.360 tabung), dan Gorontalo (40.680 tabung).
”Kami masih mengecek di mana letak persoalan hingga terjadi kelangkaan. Ada kemungkinan peningkatan konsumsi pada saat Idul Adha dan libur panjang,” kata Fahrougi.
Dia menambahkan, saat ini pihaknya juga sedang melakukan pencocokan data untuk penerima manfaat elpiji subsidi. Pencocokan data ini sudah berjalan sejak April 2023 dan dilakukan secara bertahap di pangkalan-pangkalan resmi Pertamina di seluruh Indonesia. ”Tapi, apakah ini ada kaitannya dengan sulitnya warga mendapatkan elpiji, kami juga masih mengecek,” ujarnya.
Program pendataan ini, lanjutnya, sama halnya dengan subsidi tepat BBM yang menggunakan QR code. Namun, dalam transaksi pembelian elpiji 3 kg tidak menggunkaan QR code, tetapi menunjukkan KTP dan kartu keluarga yang terdaftar dalam data P3KE (Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem).
Fahrougi meminta pemerintah dan aparat terkait ikut mengawasi distribusi elpiji agar tepat sasaran. Warga yang tidak berhak juga diingatkan untuk tidak menggunakan elpiji 3 kg karena Pertamina juga menyediakan produk non-subsidi Bright Gas 5,5 kg-12 kg. Di wilayah Sulawesi, sampai dengan Mei 2023, terdapat 338 agen dan 30.014 pangkalan elpiji 3 kg.