Jembatan Bailey Disiapkan untuk Sambungkan Jalur Lumajang-Malang
Jembatan bailey digunakan untuk penanganan sementara pada Jembatan Kali Glidik II di jalur Lumajang-Malang. Pemkab Lumajang menetapkan status tanggap darurat bencana selama dua pekan.
Oleh
DEFRI WERDIONO, DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS - Hingga Sabtu (8/7/2023), jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Lumajang dan Malang di Jawa Timur belum bisa dilalui kendaraan akibat putusnya jembatan yang diterjang banjir sehari sebelumnya. Kendaraan besar diarahkan memutar melalui jalur Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan sebaliknya.
Jembatan Kali Glidik II yang ada di perbatasan Malang-Lumajang itu lenyap diterjang banjir lahar hujan dari Gunung Semeru, Jumat. Adapun material longsor yang sebelumnya juga menutup badan jalan di Kilometer 59, Candipuro, Lumajang, sudah berhasil disingkirkan.
Dari pengamatan Kompas, petugas Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali melakukan survei di lokasi. Jembatan yang putus ada di antara Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, dan Desa Sidorenggo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.
Kepala BBPJN Jawa Timur-Bali Rakhman Taufik mengatakan, penanganan Jembatan Kali Glidik II segera dilakukan. ”Saat ini telah ditugaskan tim survei untuk melakukan investigasi pilar dan sungai serta menyusun gambar kerja,” ujarnya.
Jika dimungkinkan secara teknis dan cuaca mendukung, lanjut Rakhman, penanganan sementara akan dilakukan dengan instalasi jembatan bailey. Harapannya, jembatan bailey ini bisa dioperasikan pada akhir Agustus.
Jembatan Kali Glidik II dibangun pada tahun 1970 dengan panjang 37 meter dan lebar 6,8 meter. Konstruksi atas jembatan berupa gelagar baja permanen yang terdiri atas tiga bentang.
Menurut sejumlah warga Desa Sidorenggo, Kali Glidik sering dilewati material lahar hujan dari Semeru pascaerupsi gunung itu pada Desember 2021 dan 2022. Namun, baru kali ini badan jembatan itu lenyap tersapu lahar.
”Curah hujannya memang tinggi,” ujar Heri Eko (53), warga. Heri menilai keberadaan jembatan itu vital untuk mengangkut hasil bumi dan ternak ke kota Lumajang dengan waktu tempuh kurang dari 2 jam. Adapun jika memutar melalui Probolinggo, waktu tempuh membengkak menjadi lebih dari 7 jam.
Pemerintah Kabupaten Lumajang telah menetapkan status tanggap darurat selama dua pekan setelah banjir dan longsor menimpa wilayahnya. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 188.45/286/427.12/2023 dengan tujuan mempercepat penanganan darurat di lokasi terdampak.
Berdasarkan Data Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 8 Juli, sedikitnya ada enam jembatan putus akibat limpasan lahar hujan. Banjir juga memaksa 571 warga mengungsi ke 13 titik.
Jalur sudah terbuka. Semoga tidak ada lagi longsor susulan.
”Ada belasan tempat pengungsian. Di setiap titik diupayakan ada sukarelawan yang bertugas untuk minimal membuat dapur umum dan mendukung trauma healing korban,” kata Rudi, sukarelawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lumajang.
Menurut dia, di setiap titik pengungsian, kebutuhan warga berbeda-beda. Ada titik pengungsian yang butuh bahan kebutuhan pokok, terutama titik pengungsian di rumah warga; susu anak; peralatan mandi; dan lainnya.
Sementara itu, jalur Pronojiwo-Candipuro, yang sempat terputus akibat tertutup longsor, pada Sabtu siang sudah terbuka dan bisa dilalui kendaraan. Tim gabungan penanganan bencana Lumajang berhasil mengevakuasi material longsor di Kilometer 59, Candipuro.
”Jalur sudah terbuka. Semoga tidak ada lagi longsor susulan,” kata Agus Samsul Hadi, Camat Candipuro. Dengan sudah terbukanya akses jalan, akses Kecamatan Pronojiwo yang sempat terisolasi kini sudah bisa ditembus, baik untuk kendaraan roda dua maupun empat.
Sementara itu, banjir yang menggenangi sejumlah desa di Kabupaten Malang juga dilaporkan telah surut. Namun, pada Jumat malam, terjadi longsor yang menimpa rumah warga di Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan membenarkan bahwa seorang penghuni rumah bernama Santoso (76) tewas. Dua orang lainnya, yakni Felik (14) dan Mega (36), menderita luka dalam peristiwa ini.
Sebelumnya, banjir menggenangi sejumlah desa di Kabupaten Malang, di antaranya Desa Sitiarjo dan Sidoasri di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, serta Desa Pujiharjo di Kecamatan Tirtoyudho. Sementara longsor melanda Desa Lebakharjo dan Wiroranan di Kecamatan Ampelgading.
Menurut Sadono, pihaknya masih bersiaga dalam beberapa hari ke depan untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem. Kegiatan yang dilakukan saat ini adalah pembersihan sisa banjir, penyedotan sumur warga, dan pendirian dapur umum di Desa Sitiarjo.