Mereguk Kesejukan Telaga Kumpe di Cilongok Banyumas
Telaga Kumpe di lereng Gunung Slamet menawarkan kesejukan alami yang dapat menjadi alternatif destinasi berwisata di pekan ini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Semribit angin lereng Gunung Slamet menyapa kulit. Sejauh mata memandang, pepohonan berbaris mengelilingi tepian telaga. Sinar mentari memantulkan siluet lambaian dedauanan serta birunya langit di permukaan telaga. Sejumlah pengunjung mendayung perahu kayu menikmati sejuknya suasana di Telaga Kumpe.
”Suasananya asyik. Tadi naik perahu terbawa angin, capek juga tapi seru,” kata Dinda (22) salah satu pengunjung asal Jepara yang baru pertama kali berkunjung ke Telaga Kumpe, Rabu (12/7/2023).
Telaga Kumpe yang berada di ketinggian sekitar 750 meter di atas permukaan laut ini bisa ditempuh dalam waktu 30 menit dari Purwokerto. Berada di jarak sekitar 18 kilometer arah barat laut dari Alun-alun Purwokerto, tempat wisata ini baru bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi.
”Jauh dari keramaian kota, jadi bikin tenang di sini,” kata Putri (22), kerabat Dinda.
Dengan membayar sewa Rp 5.000 per orang, pengunjung bisa mendayung perahu untuk menyusuri telaga yang memiliki luas hingga 1,5 hektar ini. Demi keamanan, pengelola sudah menyiapkan jaket penyelamat atau life jacket di setiap perahu.
Di sekitar Telaga Kumpe disiapkan pula selfie deck atau titian bambu supaya pengunjung bisa berswafoto di telaga. Jika ingin duduk-duduk santai di seputaran telaga, telah disiapkan pula sejumlah gazebo. Kios-kios pedagang juga menyediakan makanan dan minuman ringan termasuk makanan khas Banyumas, yaitu tempe mendoan.
Sirun (35), pengelola Telaga Kumpe bagian sewa perahu, menyampaikan, wisata ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga pukul 17.00.
”Di sini pengunjung bisa naik perahu dan juga kamping karena tersedia camping ground. Biasanya pengunjung ke sini juga untuk melihat kabut. Tapi ini kabutnya belum turun,” katanya.
Menurut Sirun, tempat wisata ini ramai dikunjungi pada akhir pekan dengan jumlah 100-200 orang per hari. Sementara pada hari biasa, jumlah pengunjung berkisar 20-an orang.
”Luas total telaga dengan camping ground sekitar 3 hektar. Untuk telaga dalamnya bervariasi ada yang 1 meter dan ada yang 2 meter,” ujarnya.
Cerita legenda
Kepala Dusun 1 Desa Gununglurah Warsito menyampaikan, telaga ini dulunya penuh semak belukar dan di sekitarnya menjadi tempat warga untuk mencari rumput. Namun, kemudian oleh pemerintah setempat, dilakukan penataan dengan pemberonjongan pada 2015 sehingga telaga menjadi lebih rapi dan bisa untuk embung dan tempat wisata.
”Ini cekungan alami dan punya dua sumber mata air. Dipercaya ada nilai keramatnya, disebut sendang laki dan sendang perempuan,” katanya.
Menurut Warsito, berdasarkan cerita yang diturunkan oleh nenek moyangnya, telaga ini terbentuk dari tapak Bima alias Werkudara. Konon saat Bima memindahkan Gunung Slamet, kaki kanannya melesak hingga membentuk cekungan di Telaga Kumpe ini. Adapun bekas tapak kaki kirinya kini menjadi Telaga Ranjeng yang ada di Kaligua, Brebes, Jawa Tengah.
Orang Jawa bilang Gunung Slamet adalah pakunya Pulau Jawa. Pulau Jawa dipaku atau dikunci oleh Bima supaya tidak goyah
”Bentuknya memang seperti kaki kanan. Orang bilang itu tapaknya Bima. Itu Bima menghadap ke kawah atau timur dan utara. Orang Jawa bilang Gunung Slamet adalah pakunya Pulau Jawa. Pulau Jawa dipaku atau dikunci oleh Bima supaya tidak goyah,” katanya.
Terkait arti nama Kumpe, lanjut Warsito, kata itu berasal dari jenis tanaman air yang tumbuh di telaga itu.
Tanaman yang tumbuhnya berumpun itu mirip dengan tanaman nanas. Akarnya yang terendam di dalam air dan lumpur, sedangkan daunnya yang ada di atas permukaan air membuatnya menjadi biasa disebut dikum dalam bahasa Jawa yang berarti direndam dan dipe atau dijemur. Akar terendam dan daunnya seperti dijemur. Oleh karena itu, tanaman sekaligus telaga itu disebut dengan Telaga Kumpe.
Mengingat tempat itu merupakan telaga alami sekaligus tempat yang disakralkan atau keramat, selain dilarang berenang dan berburu atau memancing, Warsito meminta pengunjung untuk menjaga sikap selama di tempat itu.
Ingin menepi sejenak dari hiruk-pikuk perkotaan dan menikmati sejuknya Telaga Kumpe di lereng Gunung Slamet? Mari agendakan liburan ke sini segera.