Perguruan Tinggi Swasta di NTT harus Berjuang Menghadirkan Guru Besar
Perguruan tinggi swasta di NTT harus terus berbenah dengan cara meningkatkan mutu pendidikan melalui kehadiran guru besar di lembaga itu. Guru besar menjadi ukuran mutu pendidikan, dan program studi di perguruan tinggi.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Setiap perguruan tinggi swasta harus bekerja keras menciptakan guru besar untuk meningkatkan mutu pendidikan PTS bersangkutan. Ada satu PTS di NTT yang belum memenuhi persyaratan administrasi dari Kemenristek dan Dikti.
Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah XV Nusa Tenggara Timur (NTT) Prof Adrianus Amheka di Kupang, Senin (17/7/2023), mengatakan, ada sembilan guru besar dari 58 perguruan tinggi swasta (PTS) dan empat perguruan tinggi negeri di NTT, dengan jumlah mahasiswa saat ini sekitar 85.000 orang. Mereka tersebar di 22 kabupaten/kota di NTT. Kota Kupang memiliki jumlah PTS terbanyak, sekitar 20 lembaga.
”Jumlah guru besar sembilan orang dari 58 PTS yang ada. Sesuai ketentuan Kemenristek dan Dikti, setiap PTSmemiliki 10 persen guru besar, dari total dosen yang ada. Itu berarti setiap PTS harus bekerja ekstra keras menghasilkan guru besar yang lebih banyak lagi,” kata Adrianus.
Sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi mencapai gelar guru besar itu. Memiliki ijazah doktor (S-3) atau sederajat, paling singkat tiga tahun setelah memperoleh gelar doktor, memublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi, dan berpengalaman sebagai dosen paling singkat 10 tahun. Namun, terkadang banyak dosen terjebak dalam memasukkan karya di jurnal internasional bereputasi, jurnal yang belum berkualitas.
Ketua Lembaga Layanan Perguruan Tinggi Wilayah XV Nusa Tenggara Timur Prof Adrianus Amheka di Kupang, Kamis (13/72023). Ia mengatakan, setiap perguruan tinggi swasta harus berbenah, menciptakan guru besar untuk mencapai mutu pendidikan yang layak.
Tugas LL Dikti Wilayah XV, antara lain,terus berkoordinasi dengan PTS yang ada agar melakukan percepatan dan peningkatan mutu jurnal internasional. Dosen dengan gelar doktor, tahu bagaimana menyusun hasil karya yang bermutu untuk lolos di jurnal internasional bertaraf tinggi ini. Terus mendorong dosen-dosen di setiap PTS agar mencapai gelar guru besar ini.
Itu berarti setiap PTS harus bekerja ekstra keras menghasilkan guru besar yang lebih banyak lagi. (Adrianus)
Guru besar, juga menentukan mutu sebuah PTS. Makin banyak guru besar, makin bermutu PTS bersangkutan. Kualitas lulusan pun dapat disandingkan dengan sejumlah perguruan tinggi negeri bermutu.
Peminat untuk masuk ke PTS itu tentu meningkat. ”Ya, sudah dengan sendirinya meningkatkan akreditasi setiap program studi dengan guru besar yang ada. Selain infrastruktur, sarana dan prasarana pendidikan, dan lainnya yang dibutuhan di perguruan tinggi itu,” katanya.
Integritas
Menjaga kualitas mutu PTS, paling kurang jabatan lektor atau strata dua (S-2). Ia memiliki pangkat atau golongan III-c atau III-d, dengan angka kredit minimum 300. Memiliki integritas, tanggung jawab, tata krama dalam menjalankan tugas. Tugas utama sebagai pengajar, minimal satu tahun sebagai dosen tetap.
Memenuhi standar minimal sebagai lector, NTT belum mencapai 50 persen. PTS harus terus berbenah, tidak boleh puas dengan kondisi yang ada. Tuntutan perguruan tinggi ke depan makin berat, apalagi dengan merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah.
Lektor itu jabatan minimal yang harus terpenuhi, jika perguruan tinggi ingin tetap bertahan untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. ”Kami terus melakukan edukasi, koordinasi, dan konsolidasi dengan semua PTS. Mendorong meeka menciptakan guru besar. Mari saling dukung dan kerja sama untuk peningkatan mutu pendidikan tinggi swasta,” ujarnya.
Kini, LL Dikti Wilayah XV Kupang sudah memiliki gedung baru, berlokasi di Kelurahan Naimata, Kota Kupang, dengan fasilitas yang cukup memadai. Semua staf bekerja lebih leluasa, memberi pelayanan terhadap PTS yang membutuhkan bantuan.
Mengenai perguruan tinggi yang belum memenuhi syarat sesuai standar yang ditetapkan Kemenriset dan Dikti, Adrianus mengatakan, NTT hanyaada satu perguruan tinggi, yakni sekolah tinggi kesehatan Nusantara di Kupang. Stikes Nusantara diberi kesempatan memenuhi persyaratan administrasi enam bulan ke depan.
Rektor Universitas Aryasatya Deo Muri (Unasdem) Kupang Paul Bataona mendukung upaya LL Dikti meningkatkan mutu para dosen di wilayah itu. Semua PTS menyadari hal ini, dan terus berbenah.
”Memang berat, tetapi harus menuju ke sana jika ingin tetap bertahan,” katanya.
Unasdem memiliki sekitar 300 mahasiswa, dengan tiga fakultas, yakni Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ekonomi, dan Fakultas Hukum.