Sehari Setelah Menjabat, Kapolda Sumut Kumpulkan Jajaran untuk Berantas Begal
Sehari setelah menjabat, Kapolda Sumut Irjen Agung Setya mengumpulkan pejabat utama dan kapolres jajarannya. Peningkatan keamanan menjadi prioritas Agung di tengah meningkatnya kasus begal dan kejahatan jalanan di Sumut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Sehari setelah resmi menjabat, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Agung Setya Imam Effendi mengumpulkan pejabat utama dan jajaran kepala polres, Sabtu (22/7/2022). Peningkatan keamanan menjadi prioritas Agung di tengah meningkatnya kasus begal dan kejahatan jalanan lainnya di Sumut.
”Saya memberikan pengarahan kepada seluruh staf saya, pejabat utama, dan kepala satuan kerja di jajaran Polda Sumut. Ini akan memberikan peta dan memberikan arah tentang apa dan bagaimana mengelola keamanan dan ketertiban di wilayah Sumut,” kata Agung.
Agung resmi menjabat Kepala Polda Sumut setelah acara pisah sambut di Markas Polda Sumut, Medan, Jumat (21/7/2023). Agung menggantikan Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak yang kini menjadi perwira tinggi di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri. Panca menjabat Kepala Poda Sumut sejak Maret 2021 atau sekitar dua tahun lima bulan.
Agung mengatakan, di awal masa jabatannya dia akan berfokus menciptakan rasa aman masyarakat di area publik dengan memberantas begal dan kejahatan jalanan lainnya. Masyarakat harus bisa beraktivitas di ruang publik dengan rasa aman agar bisa memajukan Sumut.
Keamaman di Kota Medan dan sekitarnya dalam beberapa bulan terakhir ini terganggu oleh maraknya begal dan kejahatan jalanan lainnya. Begal merampas sepeda motor, harta benda, dan tidak segan-segan melukai korban dengan senjata tajam. Beberapa korban begal bahkan meninggal.
Pada akhir Juni, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Insanul Ansori Hasibuan, tewas dibacok begal yang merampas sepeda motornya saat melintas di Jalan Mustafa. Kasus begal lainnya yang melukai korban dan merampas harta benda juga terjadi hampir setiap hari. Polrestabes Medan sudah menangkap 140 pelaku kejahatan jalanan, termasuk empat orang yang diduga merupakan pelaku pembegalan Insanul.
Maraknya kasus begal menjadi perhatian Gubernur Sumut Edy Rahmayadi hingga Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution. Edy bahkan memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk ikut melawan begal dan kejahatan jalanan. Patroli dari berbagai satuan, termasuk dari Kodam I Bukit Barisan, juga dilakukan secara masif di jalanan.
Dia juga mempersenjatai aparat Satpol PP dengan double stick. ”Apresiasi saya kepada petugas Satpol PP yang terus berusaha maksimal dalam bekerja menangani pekerjaan begal di Sumut,” kata Edy.
Sudah banyak korban begal di Medan. Saya pribadi mendukung kepolisian bertindak tegas.
Edy menyebut, kasus pembegalan merupakan tindak pidana sehingga penegakan hukumnya tetap dilakukan oleh kepolisian. Pengerahan Satpol PP sifatnya untuk membantu Polda Sumut dan jajarannya memberantas begal. ”Kita berantas begal dengan aturan yang berlaku di negara kita,” kata Edy.
Pemberantasan begal ini juga jadi perhatian Bobby. Dia juga memberikan pernyataan agar aparat kepolisian melakukan tindakan tegas kepada pelaku begal. ”Sudah banyak korban begal di Medan. Saya pribadi mendukung kepolisian bertindak tegas,” kata Bobby.
Kriminolog Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Redyanto Sidi, mengatakan, jajaran kepolisian harus menyadari Kota Medan sedang dalam keadaan darurat begal dan kriminalitas jalanan lainnya. ”Kuantitas dan kualitas pencegahan serta penindakan begal harus ditingkatkan untuk mengembalikan rasa aman masyarakat,” kata Redyanto.
Dalam beberapa tahun ini, kata Redyanto, sejumlah tim anti begal dan anti-premanisme dibentuk kepolisian, tetapi belum bisa menekan aksi kriminalitas secara signifikan. Hal ini tidak efektif karena kuantitas dan kualitas dari tim yang tidak ditingkatkan.
Jumlah tim dan personel yang berpatroli untuk mencegah begal masih jauh dari kata cukup. Banyak jalan sepi di tengah hingga pinggir kota Medan yang sangat rawan terjadi aksi pembegalan. ”Meski demikian, kepolisian harus tetap diapresiasi karena di tengah keterbatasan tetap melakukan aksi pencegahan dan penindakan begal,” kata Redyanto.
Maraknya kriminalitas jalanan di Medan, menurut Redyanto, bukan semata karena faktor ekonomi. Ada faktor peredaran gelap narkoba yang kian marak, yang memicu kriminalitas jalanan. Hampir semua begal adalah pecandu narkoba. Mereka memilih jalan pintas karena terdesak kebutuhan untuk membeli narkoba. Para pelaku juga umumnya melakukan tindakan kejam kepada korban di bawah pengaruh narkoba.
”Kalau hanya mengalami kesulitan ekonomi, masyarakat memilih pekerjaan lain seperti pemulung sampah plastik. Namun, pecandu narkoba yang mengalami kesulitan ekonomi akan melakukan kejahatan yang keji,” kata Redyanto.