Rp 10.000 Bisa Jalan-jalan ke Mana Saja di Surabaya?
Bagaimana merancang perjalanan wisata di Surabaya yang murah dan tidak membosankan karena hanya berkunjung ke tempat itu-itu saja? Ternyata, hanya dengan Rp 10.000 bisa berkeliling menikmati sejumlah destinasi Surabaya.
Bagaimana caranya berwisata di Surabaya agar tidak membosankan karena hanya berkunjung ke tempat itu-itu saja? Dan, bagaimana merancang rencana perjalanan wisata yang murah di Surabaya?
Sebuah terobosan perjalanan wisata digulirkan Pemerintah Kota Surabaya lewat Program Bus Surabaya Sightseeing and City Tour (SSCT). Hanya dengan membayar tiket Rp 10.000, wisatawan bisa berkeliling Kota Surabaya. Tidak hanya satu destinasi wisata, tetapi berbagai destinasi wisata dalam waktu 3 jam.
Perjalanan wisata bersama Bus SSCT selalu dimulai dari Balai Pemuda Surabaya, seperti halnya Sabtu (22/7/2023). Sebelum naik ke bus, dua pemandu wisata dari Komunitas Cak dan Ning Surabaya memperkenalkan diri. Malam itu Cak Alvin Ananda Siregar dan Ning Putri Aura Salsabila menemani perjalanan 24 orang tamu Bus SSCT.
Cak Alvin membuka perjalanan dengan cerita sejarah Balai Pemuda. ”Dulu Balai Pemuda merupakan tempat berkumpulnya kaum elite Belanda di Surabaya. Saat ini di salah satu sisi Balai Pemuda juga dimanfaatkan untuk Rumah Bahasa,” tuturnya.
Ia juga menceritakan destinasi wisata kuliner ikonik yang ada di seberang Balai Pemuda, Es Krim Zangrandi. ”Dahulu ada barbershop di sana. Agar lebih menarik, pemilik barbershop menyediakan gerai es krim. Ternyata yang beli es krim lebih ramai. Akhirnya Zangrandi berkembang dan bertahan hingga saat ini sebagai kedai es krim,” ungkap Cak Alvin.
Setelah banyak bercerita, Cak Alvin dan Ning Aura mengajak wisatawan naik Bus SSCT. Setiap penumpang diberi penanda berupa kartu ID yang dikalungkan. Di dalam bus, penumpang bebas memilih tempat duduk. Tempat duduk paling depan dan pinggir dekat jendela jadi posisi terfavorit para wisatawan.
Baca juga: Banyuwangi dan Pasar Tematik
Berkeliling
Kaca-kaca yang lebar membuat para penumpang bisa melihat pemandangan di luar dengan jelas dan leluasa. Hampir semua penumpang menikmati perjalanan sembari mengabadikan pemandangan di luar dengan telepon pintarnya.
Perhentian pertama perjalanan itu ialah Taman Prestasi. Di sini para wisatawan diajak untuk naik perahu menyusuri Sungai Kalimas. Di era Kerajaan Majapahit, Sungai Kalimas menjadi bagian rute maritim dan perdagangan utama. Hal itu juga terjadi di era VOC dan pemerintahan kolonial Belanda.
Perjalanan menyusuri Sungai Kalimas diawali di Taman Prestasi dan berakhir di Museum Pendidikan yang berjarak 500 meter. Selama perjalanan, terlihat kerlip lampu dan lampion yang semarak berpadu dengan lampu-lampu dari gedung-gedung bertingkat.
Suasana berbeda dirasakan saat masuk ke dalam Museum Pendidikan. Bangunan tua khas era kolonial membawa wisatawan melintasi waktu. Beragam koleksi, misalnya sabak, buku pelajaran dan seragam sekolah lawas, hingga ijazah-ijazah kuno, yang dipamerkan di dalam museum menarik wisatawan lebih dalam ke zaman dahulu.
Puas berkeliling Museum Pendidikan, wisatawan diajak kembali naik Bus SSCT yang sudah menunggu di sisi Jalan Genteng Kali. Kali ini perjalanan akan dilanjutkan menuju ke Wisata Pecinan Kya-kya di Kembang Jepun.
Dalam perjalanan sejauh lebih kurang 3 km itu, Bus SSCT melintasi beberapa bangunan bersejarah. Cak Alvi dan Ning Aura dengan sangat informatif menjelaskan bangunan-bangunan yang dilewati.
Bangunan bersejarah yang dilalui antara lain Pabrik Gula Rajawali yang dahulu merupakan gedung Rumah Sakit RKZ (Roomsch Katholiek Ziekenhuis). RS RKZ kini masih beroperasi, tetapi sudah pindah tempat di Jalan Diponegoro. Ada juga Rumah Abu Han. Rumah yang dibangun pada 1868 tersebut merupakan milik crazy rich Surabaya pada zamannya.
Sekitar pukul 19.30, Bus SSCT tiba di Wisata Pecinan Kya-kya. Di sana wisatawan diberi kesempatan untuk menikmati suasana China Town sembari wisata kuliner selama 60 menit. Aneka lampion, ornamen kios, hingga hiburan live music dan atraksi barongsai khas Tiongkok membuat kita seolah merasa sedang berada di sebuah pasar tradisional China.
Baca juga: Jeda di Bangku Taman Jalan Besar Ijen
Puas makan dan menyaksikan hiburan, wisatawan diajak kembali ke bus, untuk kembali ke titik pemberangkatan di Balai Pemuda. Dalam perjalanan, Cak Alvin dan Ning Aura kembali menceritakan aneka sejarah Kota Surabaya dan bangunan bersejarah yang dilewati.
Tak seperti alun-alun pada umumnya yang merupakan ruang terbuka hijau, Alun-alun Surabaya memiliki ruang bawah tanah. Berbeda dengan bangunan di atasnya yang berdiri dengan kesan kolonial lewat gaya neo gothic, renaissance, dan klasika romanika, ruang bawah tanah justru punya kesan modern.
Lokasi yang dilintasi, antara lain, SDN Sulung, sekolah tempat ayah Soekarno mengajar; rumah lahir Soekarno di Jalan Pandean; rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh; Jalan Tunjungan, yang khas dengan lagu ”Rek Ayo Rek Mlaku-mlaku nang Tunjungan”; hingga Hotel Majapahit, yang dikenal dengan Hotel Oranye atau Hotel Yamato, lokasi peristiwa penyobekan bendara Belanda dalam peristiwa 19 September 1945.
Sekitar pukul 20.30, Bus SSCT tiba di Balai Pemuda. Namun, perjalanan belum sepenuhnya selesai. Wisatawan kembali diantarkan untuk melihat Alun-alun Surabaya.
Tak seperti alun-alun pada umumnya yang merupakan ruang terbuka hijau, Alun-alun Surabaya memiliki ruang bawah tanah. Berbeda dengan bangunan di atasnya yang berdiri dengan kesan kolonial lewat gaya neo gothic, renaissance, dan klasika romanika, ruang bawah tanah justru punya kesan modern.
Lantai marmer dipadu aksen kayu dengan pencahayaan dari lampu-lampu spotlight yang jumlahnya cukup banyak membuat kesan yang sangat berbeda. Ruang bawah tanah tersebut biasa digunakan untuk menggelar beragam pameran seni.
Berkeliling di ruang bawah tanah Alun-alun Surabaya hanya dibatasi hingga pukul 21.00. Dengan demikian, usai sudah perjalanan keliling Surabaya hanya dengan biaya Rp 10.000. Perjalanan 3 jam yang cukup menyenangkan karena informatif, edukatif, dan rekreatif.
Dua wisatawan yang malam itu turut berkeliling menggunakan Bus SSCT ialah Emilio Martinez Aranda dan Alvaro Bustos Gutierrez asal Spanyol. Mereka mengaku cukup terkesan mengikuti perjalanan keliling Surabaya itu.
”Perjalanan ini sangat otentik. Kami juga bisa merasakan street food yang ada di China Town. Di negara lain mungkin juga ada perjalanan seperti ini. Tetapi, yang membuat ini istimewa karena kami berada dalam bus dan kapal bersama warga lokal. Itu sungguh berkesan,” ujar Alvaro.
Tiket
Untuk bisa merasakan pengalaman keliling Kota Surabaya dengan biaya Rp 10.000, wisatawan harus mengikuti program Bus SSCT. Program tersebut digagas Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata Kota Surabaya. Namun, jangan harap bisa mendapatkan tiket Bus SSCT dengan mudah.
Tiket Bus SSCT bisa dibeli sejak pukul 09.00 H-1 keberangkatan. Pembelian dilakukan melalui laman https://tiketwisata.surabaya.go.id/.
Setiap hari hanya dijual 48 tiket untuk dua pemberangkatan. Program ini hanya ada setiap Sabtu dan Minggu. Setiap hari ada dua pemberangkatan, pada pukul 14.00 hingga pukul 16.30 dan pada pukul 18.00 hingga pukul 20.30.
Tak jarang para wisatawan harus war ticket terlebih dulu untuk bisa ikut Bus SSCT. ”Saya pernah iseng ikut beli tiket. Ternyata, memang tidak mudah dapat tiketnya. Slotnya terbatas, sedangkan yang ingin naik jumlahnya banyak,” ungkap Cak Alvin.
Setiap bulan ada tema perjalanan yang berbeda-beda. Pada bulan Juni rute perjalanan dan lokasi pemberhentian memiliki keterkaitan dengan Proklamator Republik Indonesia Soekarno. Hal itu karena bulan Juni diperingati sebagai bulan lahirnya Soekarno. Sementara pada bulan Juli, yang merupakan bulan libur sekolah, rute perjalanan dikaitkan dengan tempat wisata atau destinasi liburan.
”Dengan rute dan destinasi yang berbeda-beda setiap bulan, wisatawan tidak akan bosan kalau ikut perjalanan ini lagi. Sudah pernah naik di bulan Februari? Coba naik di bulan Agustus, pasti akan mendapat pengalaman dan informasi baru tentang Surabaya,” tutur Cak Alvin.
Jadi, sudah siap wisata keliling Surabaya dengan Rp 10.000?