UMKM Sidoarjo yang telah berhasil menembus pasar luar negeri didorong untuk memperluas negara tujuan ekspornya. Strateginya, antara lain, melalui pemberian fasilitas pendampingan usaha dan pembiayaan ekspor.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang telah berhasil menembus pasar luar negeri didorong untuk memperluas negara tujuan ekspornya. Hal ini di antaranya dengan pemberian fasilitas pendampingan usaha, pembiayaan ekspor, dan kemudahan pengurusan perizinan.
Upaya itu salah satunya dilakukan Akademi Mudah Ekspor dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) saat melepas ekspor bersama produk 32 UMKM dari sejumlah provinsi ke Malaysia, Senin (31/7/2023). Volume produk yang diekspor tersebut mencapai satu kontainer berukuran 20 kaki (feet).
Salah satunya aneka mi telur berbahan sayur yang diproduksi oleh CV Indigo Sejahtera di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pelaku UMKM ini melakukan ekspansi pasar ke Malaysia setelah tahun lalu produknya berhasil menembus pasar Arab Saudi.
Co-Founder Akademi Mudah Ekspor Fernanda Reza Muhammad mengatakan, ekspor bersama seluruh UMKM binaan tersebut merupakan yang perdana. Dari total 42 pelaku UMKM yang mendapat fasilitas pendampingan usaha, 32 UMKM di antaranya berhasil menembus pasar ekspor.
”Dari 32 pelaku UMKM yang mengekspor produknya, 17 pelaku UMKM berasal dari Sidoarjo. Artinya, UMKM di Sidoarjo ini mendominasi sehingga banyak yang sudah mampu bermain di pasar luar negeri,” ujar Reza.
Dia menambahkan, selain Malaysia, ada empat negara lain yang telah bekerja sama, yakni Arab Saudi, Jepang, Kanada, dan Australia. Dia pun optimistis bisa melakukan ekspor bersama dalam waktu dekat ini.
Apalagi, selain mendapat fasilitas pendampingan usaha, pelaku UMKM di Sidoarjo juga mendapat fasilitas pembiayaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Selain itu, produk UMKM Sidoarjo sudah memiliki pembeli tetap, salah satunya Domart, sebuah jaringan supermarket di Malaysia.
Reza mengatakan, tahun lalu, tidak kurang dari 300 pelaku UMKM Sidoarjo yang ikut program akademi berhasil menembus pasar ekspor. Produk mereka diterima dengan baik di sejumlah negara tujuan ekspor. Namun, dia menyayangkan banyak UMKM di Sidoarjo yang sudah ekspor tetapi tidak melapor sehingga tidak bisa didata dengan baik.
”Ada juga yang ekspor lewat pihak ketiga atau secara tidak langsung. Saya harap pelaku UMKM yang sudah ekspor bisa lapor supaya bisa didata dan bisa menjadi pencapaian bersama serta bisa ditingkatkan di kemudian hari,” kata Reza.
Dia pun meminta semua pihak, termasuk Pemkab Sidoarjo, bersinergi bersama meningkatkan kinerja ekspor di wilayahnya, terutama produk pelaku UMKM. Hal itu karena kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi lokal, regional, dan nasional cukup signifikan.
Kinerja UMKM memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar mereka mampu memperluas pangsa pasarnya.
Salah satu tantangan yang dihadapi pelaku UMKM Sidoarjo adalah kekurangan tenaga kerja. Mayoritas pekerja berusia di atas 35 tahun dan sulit mencari regenerasinya. Anak-anak muda tidak mau bekerja pada sektor UMKM. Mereka memilih merantau atau bekerja di Surabaya.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, daerahnya memiliki banyak pelaku UMKM yang mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi atau berdaya saing bagus di pasar ekspor. Karena itu, kinerja UMKM memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar mereka mampu memperluas pangsa pasarnya.
Pemkab Sidoarjo pun terus berupaya mendorong peningkatan capaian kinerja UMKM melalui berbagai strategi. Salah satunya, bantuan modal usaha melalui kredit dengan bunga ringan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Delta Arta. Suku bunga kredit tersebut disubsidi dana APBD Sidoarjo sehingga nilainya jauh di bawah suku bunga komersial.
”Selain itu, ada kemudahan pengurusan izin bagi pelaku UMKM. Bahkan, ada program sertifikasi halal secara gratis,” ucap Muhdlor.
Dia juga meminta dukungan warga terhadap produk UMKM dengan cara membangun kebanggaan terhadap produk lokal. Hal ini diharapkan membuat banyak orang yang membeli produk UMKM dan memakainya.
Di sisi lain, pelaku usaha juga mesti menjaga kinerjanya serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Pelaku usaha pun harus lebih kreatif sehingga produk yang dihasilkan bervariasi.
Hasil penelitian Kementerian Koperasi tahun 2020 terkait kendala yang dihadapi oleh UMKM Sidoarjo menyatakan 50 persen industri kecil kekurangan modal. Selain itu, 34 persen pelaku usaha gagal mengenali pangsa pasar. Selebihnya kendala perizinan dan keterbatasan stok bahan baku yang berasal dari impor.
Beragam tantangan itulah yang berupaya diatasi oleh pemda melalui berbagai program agar kinerja pelaku UMKM bisa optimal. Pemkab Sidoarjo mengakui kontribusi sektor ini sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi lokal ataupun regional Jatim, selain sektor industri manufaktur.