Aktivitas ekspor mulai bergeliat di Pelabuhan Krueng Geukuh, Kota Lhokseumawe, Aceh. Pelabuhan itu diharapkan menjadi tumpuan untuk ekspor berbagai komoditas unggulan Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
LHOKSEUMAWE, KOMPAS — Aktivitas ekspor di Pelabuhan Krueng Geukuh, Kota Lhokseumawe, Aceh, mulai bergeliat. Pelabuhan tersebut disiapkan sebagai titik ekspor untuk berbagai komoditas lokal Aceh. Volume ekspor dari pelabuhan itu pun tumbuh pesat.
Salah satu yang melakukan ekspor dari Pelabuhan Krueng Geukuh adalah PT Biomas Andalan Indonesia Kharisma. Perusahaan itu mengekspor 10.000 ton cangkang sawit ke Jepang. Pada Selasa (1/8/2023), pekerja memuat cangkang kelapa sawit ke kapal. Truk membawa cangkang itu kemudian dimasukkan ke baki penampung untuk dimuat ke kapal. Proses muat memakan waktu dua hari.
Direktur PT Biomas Andalan Indonesia Kharisma Peter Halim mengatakan, cangkang sawit tersebut dikumpulkan atau dibeli dari beberapa perusahaan kelapa sawit di Provinsi Aceh. Setelah terkumpul 10.000 ton, baru diekspor. ”Cangkang sawit kami jual ke Jepang, perusahaan pembangkit listrik. Harganya 130 dollar AS per ton,” ujarnya.
Peter mengatakan, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar pengganti batubara. Selain lebih ramah lingkungan, daya panas cangkang sawit lebih baik dibandingkan batubara. Selain itu, residu sisa pembakaran lebih sedikit. ”Permintaan di luar negeri cukup tinggi dan persediaan di Aceh cukup banyak,” ucapnya.
PT Biomas Andalan Indonesia Kharisma telah lima kali melakukan ekspor cangkang sawit ke Jepang melalui Pelabuhan Krueng Geukuh. Pelabuhan itu dipilih karena waktu tunggunya yang lebih singkat ketimbang Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara.
Branch Manager PT Pelindo Multi Terminal Lhokseumawe Joni Hutama mengatakan, aktivitas ekspor di Pelabuhan Krueng Geukuh mulai tumbuh. Sejak awal tahun 2023, telah terdapat delapan kali ekspor. Komoditas yang diekspor adalah minyak sawit mentah (CPO) dan cangkang kelapa sawit.
Adapun total ekspor pada 2023 sebanyak 52.673 ton, jauh meningkat dibandingkan ekspor tahun 2022 yang sebanyak 23.215 ton. Komoditas CPO masih mendominasi ekspor melalui Pelabuhan Krueng Geukuh.
Pelabuhan Krueng Geukuh berada di bawah pengelolaan PT Pelindo Multi Terminal. Pelabuhan tersebut masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun. Pelabuhan Krueng Geukuh menjadi andalan untuk aktivitas ekspor-impor di "Serambi Mekkah" itu. “Secara fasilitas, pelabuhan kami sangat siap untuk menjadi lokasi ekspor. Dermaga kami bisa disandari dua kapal besar sekaligus,” kata Joni.
Fasilitas pendukung lain, Pelabuhan Krueng Geukuh memiliki gudang dan area penumpukan kontainer yang memadai. Pelabuhan ini memiliki luas 38,18 hektar. Dari luasan tersebut, seluas 13,7 hektar belum terpakai.
Joni menambahkan, Pelabuhan Krueng Geukuh dapat melayani banyak aktivitas, seperti jasa peti kemas, pelayanan kapal, penyimpanan/gudang, dan terminal khusus. Pelabuhan Krueng Geukuh dapat menjadi pelabuhan alternatif untuk kegiatan ekspor dan impor mengingat Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara telah cukup padat.
Karena Pelabuhan Krueng Geukuh masuk dalam KEK Arun, para eksportir diberikan keringanan pajak. Joni berharap keringanan itu dapat menarik minat eksportir menggunakan Pelabuhan Krueng Geukuh. ”Aceh memiliki banyak komoditas yang bisa diekspor. Sudah saatnya pelabuhan ini menjadi pilihan eksportir lokal,” ungkapnya.
Joni menambahkan, fasilitas di Pelabuhan Krueng Geukuh sudah cukup lengkap, meliputi enam dermaga, gudang, crane, lapangan penumpukan, forklift, dan fasilitas pendukung lainnya.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh Faisal mengatakan, pelabuhan-pelabuhan di Aceh sudah siap menjadi pelabuhan ekspor. Pelabuhan Krueng Geukuh telah berstandar internasional. Secara fasilitas sudah cukup mumpuni. Namun, selama ini banyak komoditas dari Aceh diekspor melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara.
Faisal menambahkan, saat ini Pemprov Aceh dan DPR Aceh telah menyusun Qanun/Perda Aceh tentang Tata Niaga Komoditas Aceh. Qanun ini mengatur agar komoditas unggulan Aceh diekspor melalui pelabuhan di Aceh. Qanun ini sedang dalam telaah Kementerian Dalam Negeri.
”Ke depan komoditas Aceh harus diekspor melalui pelabuhan di Aceh agar aktivitas ekonomi di Aceh semakin tumbuh,” kata Faisal.
Beberapa komoditas yang dominan diekspor adalah kopi, ikan, rempah, kondensat, dan batubara. Data Badan Pusat Statistik Aceh menunjukkan, pada 2022, total volume ekspor Aceh 8.847,16 juta kilogram dengan nilai 585,72 juta dollar AS. Tiga negara tujuan ekspor terbesar adalah India, Malaysia, dan Thailand.