Kasus Rabies Ditemukan di Kota Kupang, Warga Diminta Waspada
Penyebaran penyakit rabies di Nusa Tenggara Timur meluas ke Kota Kupang. Warga diminta waspada dan mengamankan anjing peliharaan di rumah masing-masing untuk mencegah penularan rabies.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penyebaran penyakit rabies di Nusa Tenggara Timur kian meluas. Setelah menyebar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, kasus rabies kini ditemukan di Kota Kupang. Masyarakat diminta waspada dan mengamankan anjing peliharaan di rumah masing-masing untuk mencegah penularan rabies.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan NTT Melky Angsar, Kamis (10/8/2023), di Kupang, mengatakan, kasus rabies di kota itu ditemukan saat seekor anjing peliharaan mendadak mati di jalan di Kelurahan Oesapa, tiga pekan lalu. Otak anjing itu kemudian dikirim oleh Rumah Sakit Hewan Kupang ke Balai Besar Veteriner Denpasar, Bali.
”Hasilnya dinyatakan positif setelah dua kali dilakukan pemeriksaan. Itu berarti anjing tersebut mati karena serangan virus rabies,” kata Melky.
Melky menyebut, hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa penyakit rabies telah menyebar di Kota Kupang. Pemerintah Kota Kupang pun meminta dinas terkait melakukan sosialisasi kepada masyarakat soal kasus ini. Beberapa jenis hewan penular rabies, misalnya anjing, kucing, dan kera, juga diminta untuk dikandangkan atau diikat untuk mencegah penularan penyakit itu.
Penularan rabies di Kota Kupang diduga berkait dengan kasus rabies di Timor Tengah Selatan. Di kabupaten itu, terjadi penularan penyakit rabies sejak tiga bulan lalu. Tercatat enam orang meninggal dan 643 kasus gigitan anjing rabies di wilayah itu.
Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh meminta anjing-anjing milik warga segera diikat atau dikandangkan. Hal itu penting sebagai langkah antisipasi agar penularan rabies bisa dicegah sejak dini.
George menyatakan, jika penularan rabies meluas, tim satuan tugas penanganan rabies Kota Kupang bakal bertindak. Tim itu akan mengamankan anjing-anjing yang masih berkeliaran dengan bebas. Warga yang memiliki anjing juga diharapkan segera bertindak mengendalikan hewan peliharaan mereka.
Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, Maxs Sanam mengatakan, tindakan kesiapsiagaan harus segera dijalankan, terutama di Kelurahan Oesapa yang menjadi lokasi penemuan kasus. Mobilitas dan populasi hewan penular rabies, terutama anjing liar, harus dikendalikan.
”Biarlah anjing-anjing itu berada di dalam kandang, terikat, atau di dalam pagar. Tindakan kedua, anjing-anjing itu harus divaksin, tidak hanya di Kelurahan Oesapa, tetapi seluruh anjing di Kota Kupang,” kata ahli ilmu mikrobiologi dan parasitologi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Undana itu.
Maxs memaparkan, selama ini, kasus kematian manusia akibat rabies biasanya terjadi karena gigitan anjing yang tertular rabies. Oleh karena itu, keberadaan anjing yang berkeliaran di tengah permukiman warga harus diwaspadai. ”Apalagi, populasi anjing begitu banyak di tengah permukiman warga di Kupang,” katanya.
Menurut dia, korban paling rentan dari gigitan hewan yang terinfeksi rabies adalah anak-anak. Oleh karena itu, orangtua harus memberi perhatian khusus terhadap aktivitas anak-anak.
Hasilnya dinyatakan positif setelah dua kali dilakukan pemeriksaan. Itu berarti anjing tersebut mati karena serangan virus rabies.
Selain itu, pemerintah diminta memprioritaskan pemberian vaksin rabies pada anjing. Pemerintah harus menyediakan vaksin rabies sesuai dengan jumlah populasi anjing di Kupang.
Apalagi, berdasarkan pengamatan di Kota Kupang, banyak anjing masih berkeliaran di tengah permukiman penduduk meski kasus positif rabies sudah diumumkan satu pekan silam. Pemberian vaksin rabies pada anjing pun belum digalakkan Pemkot Kupang.
Meski begitu, di sejumlah puskesmas, petugas kesehatan aktif meminta warga untuk mengikuti vaksinasi rabies. Di Puskesmas Penfui, Kota Kupang, misalnya, setiap hari ada dua petugas yang menangani warga yang ingin mendapatkan vaksin rabies. Namun, hanya beberapa warga yang bersedia divaksin.
Lisa (54), salah seorang warga yang datang berobat ke Puskesmas Penfui, mengatakan enggan mengikuti vaksinasi rabies. Dia meminta pemerintah fokus melakukan vaksinasi rabies pada anjing.
Juru bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Rabies di Timor Tengah Selatan, Adi Talo, mengatakan, lebih dari 10.000 hewan penular rabies di kabupaten itu telah mendapat vaksin rabies. Dia menyebut, kegiatan vaksinasi itu terus dilanjutkan hingga semua hewan penular rabies divaksin. Namun, vaksinasi itu juga bergantung pada ketersediaan vaksin rabies.
Adi menyebut, masyarakat di Timor Tengah Selatan semakin menyadari pentingnya melakukan vaksinasi pada hewan penular rabies. Banyak warga yang membawa hewan peliharaannya untuk divaksinasi.
Selain itu, banyak warga yang bersedia mengikat dan mengandangkan anjingnya. Adi berharap kesadaran warga itu bisa bertahan hingga tidak ada lagi kasus rabies di Timor Tengah Selatan.