Tanami Lahan Kritis hingga Penerapan Teknologi untuk Hutan Jabar
Lebih dari 83 juta bibit pohon telah ditanam di Jabar dalam lima tahun terakhir. Selain itu, penggunaan teknologi juga diharapkan membuat masyarakat bisa memanfaatkan hutan secara ekonomi dan lestari.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Lebih dari 83 juta bibit pohon telah ditanam di 81.000 hektar lahan kritis di Jawa Barat dalam lima tahun terakhir. Riset terkait penerapan teknologi digital untuk mengamati potensi vegetasi hutan juga diharapkan bisa menjaga kelestarian hutan di Jabar.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Kabupaten Bandung, Jabar, Minggu (20/8/2023) menjelaskan, penanaman pohon ini digulirkan dalam Gerakan Tanam dan Pelihara 50 juta pohon. Kampanye lingkungan ini dilakukan melalui sumbangan bibit hingga penanaman dalam setiap kegiatan di wilayah Jabar.
“”Selama lima tahun, jumlah pohon yang ditanam mencapai 83 juta atau 166 persen dari target. Dengan capaian itu, ada 81.000 hektar lahan kritis di Jabar kembali menghijau. Rumusnya begini, kalau ada yang berbahagia, sumbang pohon,” kata Gubernur Jabar dalam West Java Forest Festival 2023 itu.
Gubernur yang kerap dipanggil Emil itu menyatakan, gerakan menanam pohon ini mulai diikuti oleh masyarakat. Hal ini diharapkan bisa mengurangi potensi lahan kritis di Jabar yang mencapai ratusan ribu hektar.
Berdasarkan data Pemprov Jabar melalui laman opendata.jabarprov,go.id, luas lahan kritis di Jabar tahun 2020 mencapai 907.683 hektar. Kabupaten Sukabumi menjadi daerah dengan lahan kritis terluas yang mencapai 565.739 hektar.
”Dengan gerakan ini, masyarakat pun ikut berlomba-lomba menanam pohon, misalnya ulang tahun satu pohon, menikah sepuluh pohon, membangun rumah atau bangunan lain bisa 1.000 pohon,” ujarnya.
Riset digital
Selain penanaman pohon di lahan kritis, upaya menjaga hutan di Jabar juga dilakukan dengan riset melalui teknologi digital. IPB University bersama dengan United State Forest Services International Program (USFS-IP) untuk mengukur data vegetasi kawasan hutan dengan teknologi digital.
Diseminasi hasil riset bertajuk ”Urban Forest i-tree Research Project” ini juga berlangsung di Tahura Ir H Djuanda pada akhir Juli 2023. Dengan teknologi ini, keadaan vegetasi satu kawasan hutan dapat diidentifikasi secara digital. Data ini diharapkan memudahkan para pemegang kebijakan membuat keputusan.
Ketua tim peneliti yang juga dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB, Kaswanto, memaparkan, data yang didapat secara digital itu menunjukkan potensi hutan secara menyeluruh. Tidak hanya menunjukkan jenis dan usia pohon, teknologi ini juga dapat memetakan serapan karbon oleh hutan hingga menghitung oksigen yang dihasilkan.
”Yang terdata mulai dari jenis pohon, baik eksotik maupun endemik, potensi oksigen yang dihasilkan hingga jumlah kandungan karbon yang bisa diserap. Selain di tahura, kami juga melakukan penelitian serupa di dua titik Kota Bandung, yaitu Taman Maluku, dan Babakan Siliwangi,” ujarnya.
Riset tersebut disambut baik oleh Pemprov Jabar. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jabar Dodit Adrian Pancapana menyebut, teknologi i-tree bisa menjaga hutan di Jabar karena telah mengetahui potensinya.
Dodit berujar, masyarakat tidak bisa terus-terusan hidup dari hasil penebangan pohon dan seharusnya melestarikan hutan. Dengan melihat potensi lain yang belum tergali, masyarakat bisa melihat potensi ekonomi tanpa merusak lingkungan.
”Rimbawan tidak bisa lagi mengandalkan penebangan pohon. Dengan teknologi ini, kami bisa mendapat gambaran dari hasil hutan dengan dengan potensi nilai ekonomi dari karbon,” ujarnya.